Setelah membaca pesan tersebut Mahesa tidak mambalasnya dan langsung menyimpan kembali ponsel nya kedalam saku celananya .
Ia kembali memandang maya yang masih menutup wajah nya dengan kedua tangannya , kini ia bingung harus membiarkan maya sendiri di restaurant ini atau mengajak Nya untuk pulang bersama ?
Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal , bagaimanapun juga Mahesa tidak akan tega meninggalkan perempuan sendiri di tempat umum seperti ini apa lagi kini jam sudah menujukan hampir pukul 10 malam , dan kondisi maya sedang menangis seperti ini . Rasanya sangat tidak mungkin untuk meninggalkan maya sendirian , namun apa mungkin ia nekat mengajak maya pulang dengan nya ? Tuhan kenapa ia harus terjebak di posisi seperti ini ."Lo mau pulang atau mau sampai pagi di sini ?" Akhirnya ia membuka pembicaraan setelah beberapa menit terdiam karna kacau dengan pikirannya sendiri .
Maya mengangkat kepalanya dan mengusap air matanya dengan jari-jari tangannya . "Gue pulang sama nyokap lo"
"Nyokap sama bokap udah pulang duluan" jawab Mahesa masih terlihat dingin.
"Yaudah gue bisa pulang sendiri" ucap maya lagi.
Mahesa terdiam sejenak , ia benci dengan dirinya sendiri karna terjebak di posisi yang paling ia benci saat ini . Jika saja ia tega ia akan membiarkan maya pulang sendiri tanpa perduli lagi bagaimana jika maya di jahatin nanti di jalan .
Ia melihat pakaian maya yang hanya memakai dress pendek dan memakai sepatu heels serta tas branded rasanya sangat tidak mungkin membiarkan maya pulang sendiri mengedarai kendaraan umum , ia akan di hantui rasa menyesal jika terjadi apa-apa dengan maya malam ini."Gue duluan , bilang makasih sama tante Dalia dan om Hendro. Dan makasih buat rasa sakit yang udah lo kasih ." Maya bangkit dari duduk nya dan berniat meninggalkan Mahesa , namun saat itu juga Mahesa mengulurkan tangannya menarik pergelangan tangan maya agar tidak pergi dari hadapannya .
"Gue anter lo balik" ucap Mahesa juga bangkit dari duduk nya.
Maya terdiam sejenak , matanya tak henti memandang tangan Mahesa yang masih melingkar di pergelangan tangannya , rasa bahagia di hatinya terasa begitu menggebu-gebu . Ingin rasanya maya berteriak bahagia karna merasa menang atas akting nya barusan , ia yakin suatu saat hati Mahesa akan kembali luluh padanya ."Cepetan , ngapain bengong" ucap Mahesa melepaskan tangannya dari pergelangan tangan maya dan melangkahkan kakinya menuju tempat dimana mobilnya terparkir , dengan cepat maya menyeimbangkan langkah kakinya dengan Mahesa menuju mobil .
Di sepanjang perjalanan menuju rumah maya , Mahesa hanya diam membungkam . Tidak ada sepatah kata pun yang ia lontarkan dari bibir nya , begitu juga maya walaupun ia merasa bahagia karna moment yang selama ini ia harapkan sudah menjadi kenyataan namun rasa canggung tetep mengelilingi jarak antara dia dan Mahesa .
Di tengah-tengah kecanggungan itu tiba-tiba ponsel Mahesa berdering ada satu panggilan masuk , dengan cepat Mahesa mengecek ponsel nya dan melihat nama yang tertera di layar ponsel nya , ternyata Britney yang menghubunginya . Langsung saja ia menggeser lambang slide Answer dan mendekatkan ponsel nya pada telinganya .Mahesa Raditya Putra : Hallo sayang
Mendengar ucapan Mahesa barusan membuat maya berdecak kesal , ia memandangi wajah Mahesa yang kini terlihat begitu bahagia saat berbincang di telfon. Ia yakin perempuan itu adalah pacar Mahesa yang sampai saat ini ia belum tau seperti apa aslinya.
Britney Carolina : kamu dimana ? Kok gak ada kabar ?
Mahesa Raditya Putra : iya maaf ya aku gak sempet main Hp tadi , ini aku lagi nyetir kok arah pulang.
Britney Carolina : Oh Yaudah hati-hati ya, jangan ngebut.
Mahesa Raditya Putra : iya sayang, kamu sudah makan ? Jangan lupa di minum obat nya ya. Besok aku jemput kamu di kampus . See u baby!
KAMU SEDANG MEMBACA
MALAIKAT TANPA SAYAP
RomanceMalaikat tidak selamanya memiliki sayap . Contoh nya kamu.. mungkin bagi ku hanya kamu satu-satu nya malaikat berbalut jas dokter . Terimakasih telah merawat ku dengan penuh kasih sayang, sampai akhir tarikan nafas terakhir ku berhembus di dalam d...