25 - FEELING BAD

53 5 0
                                    

Mahesa membalas peluk Britney, mengelus punggung perempuan itu dengan penuh kasih sayang.
"Gak boleh nangis , nanti jadi jelek loh" ledek nya sambil terkekeh kecil.

"Aku cuma gak tau harus gimana berterimakasih sama Tuhan, aku beruntung banget punya kamu." Ucap Britney masih mengendap di pelukan Mahesa.

"Tuhan mempertemukan kita itu pasti ada alasannya, entah untuk berbahagia , berjuang, menyayangi, tapi yang pasti untuk melengkapi. Kamu gak perlu nangis buat berterimakasih sama Tuhan, tapi kita harus bersyukur karna Tuhan kita jadi menemukan kebahagiaan kita sama-sama." Ucap mahesa masih berbicara lembut.
Britney merenggangkan pelukannya, menjauhkan tubuhnya dari dekapan tubuh Mahesa. Namun kini mereka berhadapan mata mereka saling memandang tatapan penuh kasih sayang dan cinta. Mahesa melebarkan senyum nya seakan memberi tanda agar Britney tidak lagi bersedih. Sesekali ia menghapus sisa air mata yang masih tersisa di pipi kekasih nya itu dengan jemari tangannya.

"Aku gak mau liat kamu sedih lagi.." ucap nya

Britney menggeleng pelan. "Maafin aku"

"Gak perlu minta maaf sayang, gak ada yang perlu di maafin" kini Mahesa mengulurkan tangannya , memegang pipi Britney dengan lembut.

"Aku gak akan kebayang gimana hidup aku tanpa kamu, aku gak mau kehilangan kamu" ucap Britney kembali lirih , setiap ia mengatakan isi hatinya rasa perih di hatinya selalu muncul, entah karna apa tapi ia merasa belakangan ini hatinya seakan memberi isyarat yang tidak pernah ia harapkan , seakan hatinya berbicara suatu saat dirinya akan berpisah dengan Mahesa. Ia tidak ingin kebahagiaan yang Tuhan beri hanya bersifat sementara , ia tidak ingin salah satu alasan dia berjuang untuk hidup nya menghilang dari kehidupannya, Britney tidak pernah membayangkan betapa sakitnya jika kehidupannya kembali kosong tanpa penyemangat. Mungkin rasa sakit nya akan bertambah dua kali lipat .

"Sayang denger aku, aku janji gak akan pernah ninggalin kamu. Aku janji!" Ucap Mahesa

"Aku percaya sama kamu"
Mahesa tersenyum tulus , menatap mata Britney dalam-dalam. Tidak sampai 5 detik ia mendaratkan kecupan nya tepat di kening Britney . Ia mencium kening kekasih nya itu dengan penuh rasa kasih sayang .
Britney hanya bisa tersenyum , hatinya terasa lebih tenang , rasa nyeri di dadanya seakan menghilang begitu saja . Kehadiran Mahesa memang lebih ampuh dibanding 2 botol obat yang selama ini menemani dia.

Tiba-tiba ponsel Mahesa bergetar menandakan ada 1 pesan masuk . Segera Mahesa membuka dan melihat siapa yang mengirimi dia pesan, "Mama" ternyata Dalia yang mengirim pesan untuknya. Dengan rasa penasaran ia membuka isi chat tersebut dan membacanya dalam hati .

"Mahesa kamu jangan pulang sampai malam ya, mama sudah reserved tempat untuk kita makan malam sama maya. Gak boleh ada alasan pokonya mama tunggu."

Saat itu juga senyum nya menghilang dari bibirnya. Seakan raut wajah bahagia yang baru saja ia ciptakan untuk Britney menghilang begitu saja . Seandai nya ia bisa menolak mentah-mentah ajakan ibunya itu namun sayang ia selalu memiliki rasa tidak enak terlebih pada orang tua nya sendiri rasanya sangat tidak sopan jika mengelak kemauan orang tuanya, namun jika berhubung dengan maya rasanya tidak masalah jika Mahesa membangkang. Ia sudah bukan anak kecil lagi yang harus selalu di atur , ia sudah dewasa sudah saat nya menentukan keinginan nya sendiri .

"Kamu kenapa ?" Tanya Britney menyadari sikap Mahesa yang tiba-tiba saja berubah . "Siapa yang chat kamu ?" Tanya nya lagi.

"Aku gapapa , ini mama sayang" jawab Mahesa kembali melebarkan senyum nya.

"Kenapa mama ?"

"Nanti malam ngajak makan malam sama-sama."

"Oh Yaudah terus kenapa kamu jadi cemberut gitu ? Aturan seneng pasti udah lama kan gak ngerasain kumpul sama keluarga sibuk kerja mulu haha" Britney sedikit tertawa renyah.

"Iya kan aku sibuk sama pasien aku.." Mahesa kini tersenyum menatap Britney

"Banyak ya pasien nya ?"

"Banyak sih , tapi cuma kamu yang spesial kayak martabak" ledek nya kini mencolek ujung hidung Britney

"Huh gombal" ucap Britney pura-pura tak acuh

"Gombal-gombal tapi sayang kan ?" Kini ia melebarkan senyum jahil nya

"Mahesa,, kayak anak SMA tau gak" rengek Britney kesal namun Mahesa hanya terkekeh geli , spontan ia mengecup kening Britney dengan penuh kehangatan kasih sayang .
Hati kecilnya selalu berbicara jika ia memang sangat mencintai perempuan yang kini ada di hadapannya , tidak perduli seburuk apapun keadaan Britney karna kondisi penyakit yang terus menggerogoti organ jantung nya . Tidak perduli jika orang lain mengatakan penderita kelainan jantung tidak akan mempunyai masa depan , ia tidak perduli semua hal buruk yang orang lain katakan mengenai Britney yang ia tahu ia sangat mencintai dan menyayangi Britney dengan setulus hati , ia bahkan tidak pernah menyesal selalu jatuh cinta setiap hari dengan perempuan itu, harapannya hanya satu ia ingin menyembuhkan Britney dengan kerja kerasnya sendiri dan memiliki masa depan berdua dengannya hingga rambut mereka sama-sama memutih bersama .

"Maafin aku YaTuhan jika aku harus bersikap egois untuk kebahagiaan-ku sendiri , aku hanya ingin hidup abadi bersama laki-laki yang kini ada di pelukan-ku. Aku ingin merasakan menjadi tua bersama nya , aku ingin mempunyai anak bersama nya , menimang cucu berdua dengannya. Aku hanya ingin hidup sampai rambut ku memutih , dan aku ingin menghembuskan nafas terakhir ku di pelukan laki-laki yang sangat aku cintai saat ini hingga nanti.. tolong jangan rebut kebahagiaanku untuk yang satu ini Tuhan" ujar Britney dengan lirih dalam batinnya , tanpa sadar air matanya kembali tertahan di peluk matanya. Ia tidak pernah berfikir bagaimana hidup nya jika ia harus kehilangan Mahesa. Sungguh, ia tidak pernah mengharapkan bayangan itu menjadi kenyataan.

  "Kamu kenapa sayang ?" Mahesa merenggangkan pelukannya , ia memegang kedua pipi Britney , menatap lurus dua bola mata yang kini ada di hadapannya seakan mencari tau apa yang sedang Britney fikir kan dalam benak nya . Mata perempuan itu terlihat sedikit memerah, mungkin karna menahan tangis nya agar tidak pecah.

"Aku gapapa" Britney mencoba melebarkan senyum nya di hadapan Mahesa , namun saat itu juga hatinya terasa perih .

"Britney , kamu kenapa ? Kok jadi cengeng sih belakangan ini" Mahesa mengernyitkan keningnya . "Kalo ada apa-apa cerita sama aku, aku ini bukan cuma pacar kamu tapi aku dokter kamu juga, gausah malu untuk bilang apapun yang kamu rasain . Aku bukan orang asing di hidup kamu sayang" sambung nya dengan lembut mengelus pipi Britney .

"A...aku" saat itu juga bulir air matanya menetes , membasahi pipi mulusnya begitu saja. "Aku gak tau kenapa belakangan ini feeling aku gak enak tentang kamu" sambung nya sedikit terbata karna menahan isak tangisnya.

"Kenapa ? Apa yang ngeganggu hati kamu ? Apa ada sikap aku yang berubah ke kamu ? Cerita sama aku sekarang sayang.." tutur Mahesa lembut berbicara pada Britney, sesekali ia menghapus air mata britney dengan jari-jari tangannya.

"Aku ,, perasaan aku Bilang kalo suatu saat kamu akan ninggalin aku, dan aku takut!" Saat itu juga isak tangisnya pecah begitu saja, dadanya kembali terasa sesak , namun kali ini bukan karna penyakitnya. Melainkan karna hati nya yang memang belakangan ini tidak pernah menentu perasaannya. "Aku sadar, aku sadar aku memang gak pantas buat kamu. Tapi aku mohon seandainya aku bisa meminta aku cuma mau kamu, aku mau sembuh , aku mau sehat , aku mau jadi yang sempurna buat kamu.. supaya aku pantas buat kamu." Sambung nya kini , air matanya terus menetes membasahi pipinya , membuat kedua matanya menjadi merah dan sembab .
Mahesa menggelengkan kepalanya pelan, ia mencoba memahami perasaan kekasih nya yang memang sedang tidak menentu . Ia menarik tubuh Britney lebih dekat di hadapannya , menempelkan hidung nya pada hidung Britney , menghapus air mata Britney yang terus membanjiri wajah nya . Kini wajah mereka hanya berjarak beberapa centi saja . Hidung mereka menyatu , mata mereka saling menatap , bahkan Mahesa bisa merasakan hangat nya hembusan nafas Britney dari hidung nya.

"Gak perlu jadi sempurna, buat aku menjadi kamu yang apa adanya udah sangat lebih dari cukup. Aku gak butuh Britney yang sehat, aku gak butuh Britney yang mau menjadi apa yang orang lain minta . Cukup kamu apa adanya . Karna Britney yang aku kenal itu , Britney yang kuat , Britney yang sabar , Britney yang tulus , Britney yang ikhlas , dan .. gak pernah nyerah apapun keadaannya. Aku gak butuh kamu jadi sempurna cuma karna merasa gak pantes buat aku, karna bagi aku dari awal kita kenal kamu sudah aku fonis sebagai pasien yang luar biasa . Jadi, mau jadi sempurna seperti apa lagi sayang ?" Tanya Mahesa kini nada bicaranya terdengar sendu.

MALAIKAT TANPA SAYAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang