"Gue.." ucap Nabil sambil memegang kedua tangan Melisa yang kini terasa dingin.
"Gue suka sama lo, gue pengen lo jadi pacar gue dan gue bakal jadi malaikat pelindung lo" ucap Nabil setelah ia menghela nafasnya panjang-panjang.
"Maksudnya?" tanya Melisa. Dan yang kini teriak didalam batinnya.
"Gue mau lo jadi pacar gue. Gue sayang sama lo" sahut Nabil lagi.
"Bucin" ucap Melisa memecah suasana sambil sedikit terkekeh.
"Gue serius" pekik Nabil.
"Kenapa kakak nembak gue lagi? Bukankah kita selama ini sudah pacaran semenjak di lapangan kota kemarin?" tanya Melisa.
"Iya gue tau, gue mau moment ini menjadi moment spesial bagi kita untuk menceritakan pada anak-anak kita nanti" ucap Nabil.
"Njladur, masih kecil udah ngomong anak-anak aja" ucap Melisa.
"Gue sayang sama lo. Gue janji gue ga bakal ninggalin lo. Gue bakal setia sama lo. Dan gue harap lo juga sebaliknya ke gue" ucap Nabil sambil mengacak-ngacak rambut Melisa pelan.
"Gue juga sayang sama lo Pooh. Gue harap lo jadi yang terakhir buat gue" ucap Melisa yang kini mendekat ke telinga Nabil.
"Makasih" ucap Nabil sambil merebahkan tubuhnya dan meletakkan kepalanya ke paha Melisa.
Tak lama, setelah percakapan itu terjadi.
"Bil, bangun kek. Lo bikin iri aja" ucap Adam yang lalu mendekat.
"Mangkannya jangan diliat" sahut Nabil.
"Gimana ga liat, orang keliatan" sahut Adam. Yang lalu diikuti kekehan kecil dari mereka.
"Enaknya ngapain nih?" tanya Rio.
"Lo jungkir balik disini sampe kesana. Juga gaada yang ngelarang" sahut Adam.
"Kak gabole gitu ah" bisik Putri.
"Kok sekarang gue yang merasa dipojokin nih" ucap Rio.
"Sabar yak" sahut Rahma sambil menepuk pundak Rio.
"Gue mah orangnya sabar trus" ucap Rio yang diikuti kekehan oleh teman-temannya.
"Balik ke tenda yuk" ajak Adam.
"Disini aja, gue udah nyaman" ucap Nabil sambil berusaha memejamkan matanya.
"Dingin tau disini" sahut Adam lagi.
"Nyalain lagi aja tuh, lo ambil aja kayu disana. Udah gue siapin" ucap Nabil yang lalu bangkit dari tidurnya sambil menunjuk ke suatu tempat.
Nabil kini pun berdiri dan kini sedang berjalan ke arah tendanya.
"Mau kemana?" cegah Melisa.
"Kamu disini aja ya, gue cuman bentar kok" ucap Nabil yang lalu mempercepat langkahnya.
"Dam, ayuk ambil yuk. Keburu ntar apinya mati" ajak Rio untuk mengambil kayu tersebut.
"Kita nunggu Nabil kembali, biar Cewek-ceweknya aman" ucap Adam.
Dan tak lama, Nabil pun kembali membawa tas menuju tempat tadi.
"Gue ambil kayu dulu" ucap Adam saat melihat Nabil kembali.
"Apa itu?" tanya Melisa saat melihat Nabil membawa barang.
"Tenda" jawab Nabil yang lalu mengeluarkan tends yang ia bawa.
"Buat?" tanya Melisa.
"Buat lo" jawab Nabil santai sambil memasang tendanya.
"Biar gue bantu" ucap Melisa.
"Lo duduk aja, gue gamau lo capek" ucap Nabil.
"Ciee" ucap Putri dan Rahma yang hampir bersamaan.
"Cie ngapain nih?" tanya Adam yabg sudah kembali dan sedang merapikan kayu yang ia bawa.
"Itu buat apa bil?" tanya Adam.
"Pasti buat gue lah, temen gue yang satu ini mah the best" ucap Rio kepedean.
Setelah tenda terpasang, Nabil pun kini mendekatkan (tapi tak dekat" amat) tenda tersebut dari api unggun yang mereka bikin.
"Sekarang sudah malam, gue minta yang cewek-cewek segera tidur" ucap Nabil setelah melirik jam tangannya.
"kamu tidur gih" perintah Nabil pada Melisa yang kini sudah menguap sedari tadi.
Dan kini Putri, Rahma, dan Melisa pun memasuki tenda yang dibawa Nabil. Saat hampir memasuki tenda, karena Melisa masuk yang paling akhir.
"Nice dream" ucap Nabil pada Melisa sambil mengusap pelan pucuk kepala Melisa.
"Nice dream too" jawab Melisa yang kini lalu memasuki tenda.
Kini tenda sengaja tidak ditutup oleh Nabil, karena angin malam disini sangat dingin. Nabil menyarankan untuk membukanya, biar kehangatan apinya sampai ke tenda.
Dan...
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih Dari Seorang Teman
Novela Juvenil"Untuk setiap luka yang pernah menghancurkan, akan memberi satu pelajaran yang akan menguatkan" ~Melisa.