Saat sudah mulai lelah, Shalu sedikit kehilangan kestabilan sepedanya. Damar pun dengan sigap menahan sepeda tersebut agar gadis itu tidak terjatuh "Capek? Udahan dulu" sarannya
Shalu pun setuju, gadis itu menuruni sepeda yang masih dipegangi oleh Damar "Tidurin aja" ucap Shalu, seraya menduduki rumput, tidak peduli lagi pada sepedanya
Namun, Damar malah membawa sepeda tersebut ke rerumputan dan menyandarkannya dipohon dekat Shalu terduduk. Setelah itu, ialah yang giliran beristirahat disamping teman masa kecilnya itu "Jakarta panas yah" gerutu Damar
"Iyalah─ dari lahir juga Jakarta ngga pernah adem" sahut Shalu, membuat Damar tertawa kecil disela-sela kegiatan mengolah nafasnya "Eh, kalo Canada adem yah?"
"Adem─ tapi ngebosenin, orang-orangnya terlalu cuek dan baru care setelah orang itu mau ngedeketin mereka" jelas Damar
"Ohh, jadi harus dideketin? Kayak gue?"
Mendengar pertanyaan ini sejenak laki-laki berdarah Amerika-Indonesia itu menoleh "Iya" jawabnya "Persis kayak lo" tambah Damar lagi sambil tersenyum dengan kedua mata menatap Shalu
"Hahaha" dan gadis tersebut hanya tertawa saja menyadari kalau temannya itu masih ingat akan kepribadian dirinya yang sulit akrab dengan orang baru "Percaya ngga─ gue cuma temenan sama Rio, Altav, pas SMP?" tanya Shalu
Seketika Damar terkejut "Serius?" kepalanya langsung bertanya-tanya, karena ia sungguhan tidak percaya kalau Shalu yang punya paras cantik hanya mempunyai teman yang bahkan masih bisa dihitung jari
"Tuh kan─ lo mah, kenal gue gak sih? Gue kan ngga suka mulut-mulut anak cewek yang bawel sampe nanya skincare segala macem ke gue, jadi gue jutekin mereka lah─ apalagi anak cowok yang sok kenal, gue pelototin abis-abisan" keluh Shalu
"Alhasil, lo jadi cuma punya temen mereka berdua? Dari dulu, lo masih ngga bisa lepas dari kita bertiga?" sahut Damar, masih belum percaya
"Nope─ and never hahahaha"
"Kenapa?" tanya Damar, merasa heran "Lo cantik Sha─ orang-orang yang mau temenan sama lo pasti ngantri, ngga cuma dari dalem sekolah, lo populer sampe ke sekolah tetangga kan?"
"Populer karena kejutekan sama ke no life an gue─ oh iya, plus, gue juga mainnya cuma sama lo bertiga, jadi ya gimana ngga digosipin orang-orang"
"Sha─" saking tak pahamnya, Damar sampai tidak bisa berkata-kata lagi dan hanya bisa memasang raut wajah penuh harapan
Tapi, Shalu merasa kalau hal ini bukanlah yang biasa Damar lakukan "Ah Dam, kok ekspresi lo jadi kayak Altav deh─ kalian jadi sebelas duabelas bawelnya, terus kalo Rio suka ngerdus mulu, mendingan gue jadi cewek penyendiri aja kali ya, selama SMA nanti?"
"Bad idea" umpat Damar
"Kenapa? Lagian kan ngga ada yang bisa gue lakuin selain menyendiri" sahut Shalu, masih kukuh dengan sikap kurang sosialitas yang ada didalam dirinya
"Nyaman sama diri sendiri tuh pasti ada batasannya Sha─ suatu saat lo bakal sadar, kalo punya sahabat sama orang yang bisa denger cerita lo kapan aja itu menyenangkan─ dan ngga ada bosennya" setelah berkata begini Damar beranjak dari posisi duduknya
Sedangkan Shalu hanya mendadak kagum, ternyata Damar sudah bisa banyak bicara dibandingkan masa kecilnya yang ia habiskan hanya dengan sepatah dua patah kata "Dam, lo berubah" akhirnya inilah kalimat yang Shalu dapatkan setelah cukup lama berbincang dengan laki-laki tersebut
"Gue udah dewasa─ gue bisa aja ngomong kayak gitu lagi, kalo ngerasa ada yang salah atau ngga beres sama pemikiran seseorang" kata Damar, seraya menoleh ke bawah, menatap Shalu yang masih duduk direrumputan
KAMU SEDANG MEMBACA
Putih Abu! 3
Teen Fiction"Ini adalah cerita anak-anak kami, yang entah mengapa cepat sekali beranjak dewasa... hingga tak terasa telah mengenakan seragam yang pernah kami kenakan─ putih abu" present by: (keturunan) nct dream note: Putih Abu! 3 - New Story adalah series tera...