New Story #53

439 66 40
                                    

Altav memasuki lapangan basket indoor dengan perasaan campur aduk. "Rio. Anterin Thea balik tuh ada di depan." Ia menepuk pundak Rio dengan mudahnya, lalu berlari untuk bergabung bersama Damar dan tim basket yang sedang pemanasan.

Rio yang bertugas menghitung bola pun jadi sejenak harus berhenti karena informasi dari Altav tersebut. "Yya..." Panggilnya, saat sampai di pintu ruangan melihat Thea berdiri di sana.

"Hai, Kak." Thea gugup lagi.

Begitupula Rio yang jadi tidak kuasa untuk basa-basi, "Ayo balik. Gue anterin." Ujarnya.

Thea mengangguk-angguk, lalu mengikuti Rio berjalan meninggalkan koridor lapangan basket indoor itu. Namun, saat akan melintasi koridor ruangan-ruangan lain ia bersilang arah dengan tim cheers yang adalah kakak kelasnya, satu angkatan dengan Rio, dan sepertinya memang akan menjadi pendukung tim basket nantinya.

"Rio..." Sapa Celine. Berpisah dari timnya.

"Eh, udah mulai latihan?" Ujar Rio. Entah sejak kapan ia mengenal Celine, yang pasti Thea jadi tidak nyaman berada di tengah kakak kelas yang terkenal dengan reputasi baik mereka dalam bidang olahraga ini.

"Udah nih. Mau kemana lo? Shalu udah balik sama Aro tuh." Kata Celine, sambil melirik Thea sekilas.

"Oh, iya ini gue nganterin cewek gue balik dulu." Tiba-tiba Rio berkata begitu, membuat Thea melotot ingin mencubit lengannya, tapi tidak bisa karena takut di cap yang tidak-tidak oleh Celine.

"Cewek lo? Wow, Rio udah punya cewek... Tapi kok sekolah belum heboh yah? Oh, atau belum go public? Ya udah, kalau gitu nanti gue sebarin kabarnya ke seantero sekolah." Kata Celine.

"Jangan Kak. Gak gitu." Thea menyeletuk karena tidak tahan lagi hanya jadi pendengar di sana.

Celine dan Rio sama-sama menatap Thea lalu tersenyum, "Hahaha... Lucu banget sih cewek lo. Ternyata tipe lo adek kelas yah, oke-oke paham gue." Kata Celine sambil berlalu begitu saja, "Dah pacarnya Rio. Gue duluan yah..." Pamitnya.

Rio menggeleng-geleng tidak paham, sedangkan Thea sedang merona menahan malu, "Dasar yah Celine... Maaf gue kepepet jadi ngomong gitu Yya, abis lo nggak jawab-jawab yang kemarin."

"Ya udah gue jawab sekarang." Kata Thea, tentu membuat Rio berhenti melangkah, "Gue sama."

"Sama? Maksudnya?"

"Sama kayak lo." Kata Thea, memperjelas tapi belum cukup jelas di telinga Rio, "Lo kan suka sama gue, yah gue juga sama kayak lo. Suka!" Sentaknya. Langsung mengucapkan kalimat itu dengan lantang meskipun tidak sejelas apa yang Rio inginkan. Seketika suasana pun membeku.

"Yya... Serius?" Tanya Rio. Tidak percaya kalau hari yang selama ini ia tunggu-tunggu akhirnya datang juga. "Nggak bercanda kan?" Ia sampai tidak berani mendekati Thea karena takut ini semua hanya mimpi, namun jantungnya sudah terlanjur berdebar kencang dan pipinya merona.

Bahkan, Thea melangkah mendekati Rio lebih dulu sambil menatapnya dengan lekat, "Iya gue serius. Maaf lama sadarnya, semoga lo mau nerima gue yang labil, suka nggak jelas, dan masih belum dewasa gini." Ujarnya. Kembali berkaca-kaca.

"Nggak Yya, gue sayang sama lo mau gimanapun kekurangan lo." Rio bahagia, tanpa basa-basi lagi ia langsung memeluk Thea tepat di belakang tiang bendera. "Makasih Yya, gue seneng banget dengernya." Ia mendekap erat tubuh Thea, tidak peduli bagaimana orang-orang memperhatikan. Meskipun ia khawatir pada Altav tapi ia senang bisa menjadi seseorang yang dipilih oleh Thea.

"Iya Rio, maafin gue." Thea masih menyesal. Mulai hari ini ia akan mempertahankan perasaannya dengan erat, sama seperti eratnya pelukan Rio yang selalu membuatnya aman dan nyaman ini.

Putih Abu! 3 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang