New Story #33

489 58 90
                                    

"Duhh, gimana nih kok gak pada bisa di hubungin sih ya?" gerutu Maudy, panik sekali menyadari Yuhi pun tidak kunjung memberikan kabar terkini padanya "Rio─ tolong panggilin Papa di ruang kerjanya dong, bilangin Om Haechan masuk rumah sakit" celetuknya, memberikan perintah darurat

Seketika Rio yang baru saja kembali ke rumah dari kegiatan menikmati mobil baru Altav, sekarang mematung hebat "OM HAECHAN?!" sentaknya, terkejut dan sangatlah tidak percaya

"Iya, makanya buruan bilangin ke Papa─ kayaknya kita harus susul ke rumah sakit deh, gak tenang banget Mama dengernya" keluh Maudy

Rio yang ikut khawatir pun segera berlari ke arah ruang kerja Renjun yang terletak dekat tangga, selain gelisah dan cemas soal keadaan Haechan, Rio juga merasa tidak berguna karena tahu kalau sekarang pasti Thea sedang bersedih

###

"Coba kalau gak bisa jangan di paksakan, nanti malah tambah parah jadinya Pak, Bu" kata dokter

"Masa gak bisa sih? Harus bisa dong─ sumpah gak bisa berdiri?" tanya Yuhi, yang tidak mau suaminya harus di rawat di rumah sakit hanya karena hal sepele seperti jatuh di kamar mandi

Namun, sudah di coba berkali-kali pun Haechan tetap tidak bisa menapakkan kakinya di lantai "Gak bisa─ tadi pas baru jatuh masih bisa nahan, tapi sekarang malah kerasa kebal aja" jelasnya

Dokter yang mendengarnya pun langsung mengangguk sembari mencatat sesuatu di laporan medis yang ada di tangannya "Dengan begini berarti Bapak akan lumpuh sementara Bu, penyembuhan di sertai fisioterapi biasanya berjalan selama kurang lebih dua bulan─ kalau di paksakan, pasti akan semakin parah, bahkan bisa sampai menemui operasi pengangkatan" jelasnya

Yuhi yang mendengarnya tentu saja mematung karena shock sekali, sedangkan Haechan yang berbaring di ranjang malah tersenyum santai "Gapapa─ cuma dua bulan" ucapnya, membuat Yuhi langsung mengepalkan tangannya seperti sedang menahan segenap perasaan yang muncul

"Iya, satu-satunya pilihan terbaik harus di rawat inap selama beberapa hari─ setelah agak baikan dan mampu untuk duduk di kursi roda, baru Bapak bisa melanjutkan rawat jalan" saran dokter

"Ya udah, iya" kata Yuhi, sembari menukar tatapannya dengan Haechan yang masih saja tersenyum padanya "Lagian makanya jangan sembarangan kalo di kamar mandi" omelnya, setelah dokter dan perawat di sana sedang sibuk mengurusi rekap medis sebagai laporan

"Sebentar yah, Pak, Bu─ pasien akan segera di pindahkan ke kamar rawat setelah finansial dan obat sudah di tebus di resepsionis" kata suster

"Ohh, iya suster" sahut Yuhi, membuat dokter dan suster meninggalkan ruangan lebih dulu "Ihh, bahaya tau" keluhnya, sebelum menyusul mereka karena harus mengurusi masalah pembayaran

"Nggak, gapapa" kata Haechan

Yuhi yang mendengarnya sebenarnya cemas dan khawatir sekali, maka dari itu ia tidak percaya saat Haechan tidak bisa berdiri atau saat dokter menyucapkan diagnosis seriusnya itu, sekarang sepasang matanya jadi berkaca-kaca melihat sang suami bahkan tidak mampu untuk terduduk dan bersandar di bantal, hanya dapat berbaring dengan sepasang kakinya yang mati rasa

"Hi─ jangan nangis" ledek Haechan, malah makin membuat Yuhi ingin meneteskan airmatanya dan tidak bisa menahannya lagi "Ehh, tuh kan─ gak boleh nangis, nanti kalo anak-anak liat gimana?" laki-laki itu menarik tangan wanita di samping ranjangnya dan segera memeluknya dengan erat

###

Selepas maghrib, Thea, Theo, Ralin, beserta Jaemin dan Lili pun sampai di rumah sakit setelah mendapatkan konfirmasi dari Yuhi kalau Haechan akan di rawat inap sampai tubuhnya mampu duduk di kursi roda, mereka semua terlihat melangkah dengan cemas menuju kamar rawat Haechan yang terletak di lantai lima, bahkan Thea tak kunjung berhenti menangis membuat Ralin jadi tidak punya celah untuk mengganggu Theo yang terus berusaha menenangkan adiknya itu

Putih Abu! 3 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang