Rio masih melakukan kegiatan itu bersama Thea. Bibir mereka masih bersentuhan sampai tangan Rio pun sibuk menahan bagian belakang kepala Thea agar tidak melepaskannya secara tiba-tiba lagi. Begitupula Thea yang hanya diam menikmati adegan tersebut sambil mencengkram sofa.
"Assalamu'alaikum..."
Hingga terdengar suara orang membuka pintu dan juga mengucap salam. "Aduh, udah pada pulang Yya?" Rio panik. Ia melepaskan ciuman dengan sepasang mata yang masih menatap lekat seoranng Thea. Melihat gadis itu sedang menyeka bibirnya ia malah mengecup pipinya kali ini, "Gak kerasa satu jam sama lo cepet banget."
Thea mengangguk lalu menggeledah slingbag untuk mencari cermin dan liptint. Ia merasa harus berbenah penampilan karena takut dituduh yang tidak-tidak oleh Maudy apalagi Renjun nanti.
Sedangkan di depan sana. Maudy menautkan sepasang alis saat menemukan ada flatshoes berwarna pink pastel di sebelah sandal Rio. "Hm... Udah mulau bucin-bucin yah." Ia bergumam, menyita perhatian Renjun yang masih harus menutup pintu dengan kantung belanjaan.
"Hah? Bucin?" Tanya Renjun.
Maudy mengangguk sambil menunjukan letak flatshoes itu kepada suaminya. Saat sedang melangkah ke dapur, ia juga mendengar ada suara bisik-bisik keras dari kamar putranya. "Ya elah segala sembunyi-sembunyi yah sayang."
Renjun menggeleng sambil menaruh barang belanjaan di meja makan, "Ada-ada aja anak muda jaman sekarang." Gerutunya. Heran.
Thea di kamar Rio sekarang tengah bercermin lalu merapihkan pakaiannya, namun saat baru akan meraih slingbag dari posisi berdiri di depan sofa. Rio sudah memeluknya dari belakang.
"Besok gue jemput jam enam ya. Kita berangkat paling pagi supaya kelas masih sepi, CCTV masih belum dinyalain." Bisik Rio. Mengecup pipi Thea.
Thea bergidik geli saat pipinya dicium dari arah belakang, apalagi saat takut Rio memeluknya dan menyimpan tangan di tempat yang salah. "Iya Rio terserah lo aja, tapi jangan peluk gue dari belakang yah. Gue gak suka." Tuturnya. Memberi peringatan sambil membalikan badan.
Rio mengangguk, tapi kembali memeluk Thea dari arah normal. "Kenapa nih? Kalau gak suka kan harus ada alasannya." Ia mengecup pipi Thea lagi. Kali ini bukan pipi kanan saja tapi kiri juga.
"Nggak ada alasannya. Gak suka aja." Kata Thea.
"Lucu banget sih." Tutur Rio, mencubit pipi sang kekasih dengan raut wajah gemas dan bahagia sekali. "Kalau peluk lo dari depan rasanya agak gimana gitu Yya... Hangat-hangat degdeg-an." Ia tertawa setelah mengatakan kalimat itu, lalu melangkah mendekati pintu kamar.
Thea terdiam mematung dengan pikiran melantur kemana-mana, "Ih, lo mikir apa waktu peluk gue atau cium gue?" Tanya nya. Waspada.
"Enggak... Gak mikir apa-apa." Kata Rio, tak tahu kalau Thea akan menuduhnya seperti itu. "Ayo keluar! Pasti Mama sama Papa nunggu kita." Ia bergerak meraih tangan Thea, tapi terlihat ingin memeluknya lagi maka dari itu ia merangkul dan mengecup pucuk kepala Thea tanpa basa-basi.
"Rio..." Omel Thea. Sudah mulai sadar kalau dirinya diperlakukan seperti anak kucing oleh Rio.
"Sayang banget sama lo ih, sumpah." Kata Rio.
"Ya udah, tapi jangan kayak gini juga. Malu sama orangtua lo." Protes Thea. Tidak mau dirangkul berlebihan apalagi sambil dikecup tiba-tiba.
###
Shalu dan Daniela bertemu di cafe Ammyroll. Tak disangka ternyata ada Altav dan Damar juga di sana, meskipun dengan seragam tim basket.
Klontang-klonteng!
KAMU SEDANG MEMBACA
Putih Abu! 3
Teen Fiction"Ini adalah cerita anak-anak kami, yang entah mengapa cepat sekali beranjak dewasa... hingga tak terasa telah mengenakan seragam yang pernah kami kenakan─ putih abu" present by: (keturunan) nct dream note: Putih Abu! 3 - New Story adalah series tera...