"Lo, mau lanjut ke UI juga?" tanya Shalu, terkejut sekali
Sedangkan Aro dengan mudahnya mengangguk-angguk, menyisakan segenap tanda tanya dikepala Shalu soal mengapa tujuan mereka harus sama "Gue pengen bareng sama lo terus" kata Aro, akhirnya meluruskan maksudnya
"Oke, emang nggak ada yang mustahil sih kalau kita sama-sama berusaha" sahut Shalu, setuju namun takut membuat Aro kecewa "Tapi, UI tuh PTN terdeket dan terbaik menurut gue─ nggak segampang itu bisa dapetin bangku disana, apalagi lo baru niatin hati lo pas kelas sebelas ini ro, agak terlambat buat berusaha" jelasnya
"Gak ada yang mustahil kan katanya tadi?" sahut Aro, membuat pandangan serius mereka seketika bertemu satu sama lain "InshAllah, kalau udah takdir dan rejeki gue, pasti bisa masuk ke sana" tambahnya, sangat yakin dan berikhtiar
Shalu yang mendengarnya tentu tidak bisa berkata-kata lagi, membuat Aro tersenyum seraya meraih minuman dimeja "Ayo, belajar biar masuk UI" ajaknya, dengan semangat meraih kertas berisi kisi-kisi materi yang akan keluar dalam ulangan nanti, dibalas anggukan saja oleh Shalu yang segera meraih pulpen
"Besok jadi bikin tabungan, kan? Sekalian gue juga mau ngecek, udah berapa selama ini gue nabung" kata Shalu, membuat Aro mengangguk
"Pasti udah banyak" sahut Aro
"Amin─ soalnya emang Ibu sama Ayah bikinin tabungan buat gue dari kecil sih, jadi setiap dapet amplop pas lebaran atau dikasih saudara tiap tahun gitu pasti semua dimasukin ke tabungan" jelas Shalu, membagi kisah kecilnya
"Tuh kan, pasti udah banyak banget" menurut Aro
"Abis itu kita nongkrong ditempat yang wifi nya kenceng, biar bisa browsing jurusan yang cocok buat lo, ro" saran Shalu, lagi-lagi hanya dapat dibalas anggukan dari kekasihnya yang selalu setuju ini
"Mau makan gak? Sekarang udah bagus kulkasnya, jadi Ibu penuhin freezer pake makanan dingin yang tinggal dipanasin itu, biar dirumah ada makanan katanya" ucap Aro, memberikan informasi soal rumahnya yang telah direnovasi total ini
"Berarti kalau ada frozen food, otomatis lo punya mikerowave dong?" terka Shalu
"Ada, yang dikurangin didapur sekarang kompor, tadinya dua yang udah jelek itu, jadinya Ibu beli kompor yang satu doang" kata Aro, membuat Shalu mengangguk paham seraya mulai beranjak dari posisi duduknya
"Ya udah, yok bikin cemilan dulu sebelum belajar" ucap Shalu, semangat
###
Satu minggu setelah ulangan semester satu dilaksanakan, para murid pun tentu langsung dibagikan surat edaran berisi tanggal pengambilan rapor, membuat Ana jadi agak bingung karena masa iya dirinya harus pergi ke sekolah membawa Gavin yang masih bayi dan bahkan usianya saja baru memasuki tiga belas hari
Menyadari hal tersebut Jeno pun mengajukan dirinya "Aku aja yang ngambilin rapotnya Shalu, bareng Jaemin juga soalnya Lili kan kasian lagi repot perutnya" celetuknya, membuat Ana segera mengangguk lega
"Sekalian juga bilang ke Haechan, jangan sampe dia bikin ribut sekolahan kalau papasan sama Yangyang" pesan Ana, berhasil menyita tanda tanya dikepala Jeno
"Loh, emang kenapa lagi mereka?" tanya Jeno, tidak tahu
"Itu kan Thea ada masalah sama anaknya Yangyang, kata Yuhi sih ditampar gitu gara-gara anaknya Yangyang cemburu liat Thea berduaan sama pacarnya sambil pegangan tangan diruang seni─ ya, mungkin adegannya keliatan mesra gitu kali, makanya dikira pegangan tangan, padahal mah Thea tuh lagi dibantuin bangun sama pacarnya anaknya Yangyang itu" jelas Ana, panjang lebar
"Ohh, yah kalo udah main tangan mah pasti Haechan nggak bakal bisa ditahan─ apalagi orangtuanya punya masalah dulu kan sama dia, ya udahlah bakal ribut lagi nanti, double-double keselnya pasti" ucap Jeno, paham
KAMU SEDANG MEMBACA
Putih Abu! 3
Teen Fiction"Ini adalah cerita anak-anak kami, yang entah mengapa cepat sekali beranjak dewasa... hingga tak terasa telah mengenakan seragam yang pernah kami kenakan─ putih abu" present by: (keturunan) nct dream note: Putih Abu! 3 - New Story adalah series tera...