New Story #51

420 71 90
                                    

Altav menghela nafas melihat Rio berlalu pulang bersama Thea dalam boncengan motornya. Ia bungkam pula saat menyadari Shalu dan Aro lebih dekat dan sering tertawa bersama sambil menyusuri koridor. Di sisi lain, ada Damar dan Daniela yang terlihat malu-malu tapi mau. Kalau dipikir-pikir lagi, selama ini ia memang selalu ikut serta dalam membantu mereka menemukan kejelasan dengan pasangan mereka. Lalu kenapa ia tidak mendapatkan apa-apa ditengah itu semua?

"Tav." Tegur Damar. Ia merangkul Altav dengan akrab dan membiarkan Daniela berlalu menapaki anak tangga lebih dulu, "Bareng ke rumah sakit yuk, tapi anterin gue ganti baju dulu di rumah."

Altav baru ingat, "Oh iya, Bunda Lili lahiran yah? Udah pasti rumah pada kosong. Penghuninya pindah menuhin rumah sakit." Ia paham sekali.

"Hahaha... Ya iyalah, namanya juga sahabat sejati, kalau ada apa-apa pasti semuanya ikut repot turun tangan bantu ini-itu." Kata Damar.

Altav mengangguk-angguk dan baru paham juga mengapa selama ini ia senang membantu mereka mendapatkan pasangan mereka. Ia bahagia jika mereka semua bahagia, karena baginya mereka adalah keluarga yang lebih penting daripada sekedar sahabat. Namun, entah mengapa di sisi lain ia tetap tidak terima Thea ada di tangan Rio.

Padahal seharusnya Rio adalah sama seperti Damar maupun Shalu yang berhak menemukan pasangan yang bisa membuat bahagia.

Altav berjalan bersama Damar meninggalkan koridor kelas sebelas yang terletak di lantai tiga. Hari ini mereka bolos latihan basket karena ingin melihat kelahiran adik Ralin yang pasti tidak kalah menggemaskan seperti Gavin dua bulan lalu.

"Daniela gimana, Dam?" Tanya Altav.

"Gimana apanya?" Damar sibuk menatap anak tangga karena tidak mengerti pada apa yang Altav bicarakan, "Dia ke Ammyroll kan? Kerja?"

"Lah iya, maksudnya lo nggak nganterin dia dulu? Masa langsung balik ke rumah?" Altav tidak sabaran, hingga tiba-tiba menekan Damar seperti tidak ada hari esok saja.

Damar pun hanya dapat tersenyum, "Apaan sih, kenapa harus dianter?" Ucapnya, tidak paham, "Kan dia tahu Ammyroll sebelah mana. Dia juga yang mau kerja di sana. Kenapa jadi gue yang harus nganter dia? Bukannya itu tanggungjawab dia sendiri meskipun emang Ammyroll punya nyokap lo." Tuturnya, meluruskan.

"Ya, tapi kan lo lagi PDKT sama dia, Dam. Harus gerak cepat sebelum keduluan orang lain," Kata Altav, kukuh menekan Damar, "Di Ammyroll ada Kak Bimo yang masih punya tugas ngajarin dia. Nanti kalau tiba-tiba mereka saling jatuh cinta karena cinta lokasi di tempat kerja gitu gimana?"

Terdengar seperti sedang menakut-nakuti, Damar pun sejenak terdiam untuk memikirkan ucapan Altav yang satu itu. "Dih kenapa gue mikirin omongan lo, Tav? Ngapain anjir kok dipikirin?" Ia heran terhadap dirinya sendiri.

Altav pun tertawa, "Itu tandanya lo suka sama dia, Dam. Lo takut dia diambil orang." Tuturnya.

"Apaan sih. Nggak ah," Damar tetap mengelak sambil mempercepat langkah kaki menapaki anak tangga. Meninggalkan Altav yang masih menertawakan tingkah laku anehnya itu.

###

"Persalinan kedua." Kata Jaemin, di balas senyum bahagia dari teman-temannya yang sudah hadir di sana memberikan dukungan. "Udah yang kedua kali tapi degdeg-an nya malah lebih parah dari yang pertama." Keluhnya, sambil terus menggenggam tangan Lili yang tengah berbaring di salah satu ranjang kamar pasien.

"Hahaha... Mungkin karena ini Lili di tanganin sama dokter lain kali Jaem. Makanya lo was-was." Kata Renjun, mengalirkan energi positif.

Jaemin mengangguk-angguk, sebelah tangannya sibuk mengelus dahi Lili yang masih memejamkan mata menahan segenap rasa sakit di perutnya. "Mau apa, Lil? Biar enakan makan sesuatu." Tawar Jaemin, namun sang istri malah menggeleng.

Putih Abu! 3 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang