New Story #40

563 68 71
                                    

Keesokan harinya, selain sangat disibukan oleh latihan untuk tournament basket yang tinggal menghitung hari, seorang Rio juga jadi semakin rajin menemui waktu sepertiga malamanya, demi sang pujaan hati yang sulit sekali di dapatkan meski sudah perlahan-lahan, maka dari itu Rio mencoba saran sang mama yaitu mendekati Thea lewat do'a nya, meminta langsung kepada sang pencipta agar di mudahkan pendekatannya

Namun, sepertinya hanya satu atau dua kali pasti tidak akan langsung di kabulkan, maka dari itu Rio selalu sabar menunggu dengan menyibukkan diri di dalam eskulnya dan tetap berusaha juga mencuri perhatian Thea dengan perlahan-lahan, karena laki-laki itu percaya kalau suatu saat nanti gadis itu akan meliriknya walau sebentar, setidaknya keberadaan Rio di akui oleh Thea

Plung─!

"Rio, push depan, push" ucap seorang kakak kelas yang satu tim dengan Rio, karena memang tournament tahunan ini selalu di wakilkan oleh angkatan kelas dua belas, jadi otomatis Rio yang mempunyai skill luar biasa ini harus bergabung dengan mereka, mewakilkan SMA Kusuma Jaya, padahal Rio masih duduk di bangku kelas sebelas

Setiap bel pulang berbunyi Rio memang tidak pernah langsung pulang ke rumah, karena ia harus berlatih terlebih dahulu bersama para kakak kelas ini, sedangkan Damar, Altav, atau teman-teman satu angkatannya yang anggota eskul basket juga hanyalah mendapatkan peran tim pengganti di tournament nanti, maka dari itu mereka tidak di haruskan latihan setiap hari

Selama lima hari berturut-turut Rio baru sampai di rumahnya pukul 19:30 malam, di mana waktu maghrib dan isya pun sudah laki-laki itu lewati di sekolah tadi, walaupun latihan itu melelahkan, tapi Rio senang bisa melaksanakan ibadah sholat berjama'ah sesering mungkin tanpa harus jalan ke masjid atau bergabung dengan bapak-bapak komplek yang nantinya agak banyak bertanya dan kadang pula ada beberapa yang memujinya, padahal Rio tidak membutuhkan itu semua

Yang Rio butuhkan hanya waktu untuk berdo'a, agar sesuatu yang ia inginkan dapat terkabul sebelum terlambat "Alhamdulillah─ akhirnya besok tournament, terus udah dah, kagak perlu latihan-latihan lagi" gumam Rio, seraya menaruh tasnya di lantai dan merebahkan diri di ranjang

"Rio─ makan yah" celetuk Maudy, dari lantai bawah, yang sepertinya malas menapakki anak tangga karena sudah malam dan waktunya untuk beristirahat, maka dari itu Rio memunculkan diri untuk melihat kenampakkan sang mama di lantai bawah

"Iya, mandi dulu yah" kata Rio

"Oke" sahut Maudy, lalu segera melangkah ke dapur untuk menyiapkan makan malam sebelum hari semakin larut, namun di tengah kegiatan memanaskan lauk pauk di mikerowave, Renjun tiba-tiba muncul untuk mengambil segelas air

"Baru pulang lagi dia?" tanya Renjun, menyeletuk begitu saja membuat Maudy menoleh dengan raut wajah yang terlihat sudah bersiap untuk membela putranya "Ett─ nggak, gapapa, aku gak marah, aku juga gak mau ngatur-ngatur dia lagi, karena aku tau dia udah ngerti mana yang baik buat dia dan mana yang buruk" kata Renjun, di balas anggukan paham dan lega dari Maudy yang kembali fokus menata meja makan

"Lagian dulu aku latihan Paskib juga kayak gitu kalo mau lomba─ pasti pulangnya jam segini, bahkan sampe nginep di sekolah" tambah Renjun

Maudy mengangguk-angguk lagi seraya meraih piring, sendok, dan juga garpu "Kirain kan kamu gak setuju dia kayak gitu─ aku takutnya kamu nyuruh Rio keluar dari basket nanti, padahal kan itu hobinya, kamu gak berhak ganggu apa yang dia sukain" gerutunya, membuat Renjun bergerak menduduki salah satu kursi meja makan dengan anggukan kecilnya yang terlihat sangat mengerti

"Gak akan aku larang, dy─ selama yang Rio lakuin itu positif dan nggak nyakitin dia, aku setuju-setuju aja" kata Renjun, dengan insting seorang papa yang sangat mencintai putranya

Putih Abu! 3 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang