"Waduhhh, pake alat" keluh Rio, mundur satu langkah lagi setelah melihat musuhnya siap menyerang "Berapa tadi berapa?" tanya laki-laki itu, mau menyerah
Tentu saja Damar dan Altav menoleh kaget mendengar Rio menyerah secepat itu "Hahahahha, nyerah nih? Kecil anjir timbang dua ratus perorang" kata mereka, mulai antusias
"SEKARANG GUYS!" ucap Rio, lalu berlari maju sambil melayangkan pukulannya yang sangat keras pada salah seorang laki-laki disebrang sana
Altav dan Damar pun peka, ternyata Rio bicara begitu agar musuh melemah, buktinya yang tadi memegang batang kayu jadi tidak siap dan dengan mudah dapat disingkirkan, termasuk si pemimpin gerombolan yang tumbang hanya dalam satu kali tendangan dibagian badannya
"Badan kecil aja sok-sokan mau malak lo anj─" hampir mengumpat, Rio langsung menutup mulutnya tidak jadi "Lupa, kata Mama gak boleh ngomong kasar" gumamnya, lalu segera melanjutkan kegiatan memberi pelajaran pada para anak-anak sekolah menengah kejuruan ini
Benar saja apa kata Rio, tubuh mereka berdelapan memang terbilang kurus dan pendek, maka dari itu mudah bagi Damar apalagi Altav yang hanya tinggal menggunakan sikut tangannya saja sudah bisa mengenai bagian wajah mereka, dan menumbangkan beberapa
Sekarang tinggal tersisa empat orang yang lumayan tinggi dari gerombolan disana, jadi kesimpulannya hanya tinggal tiga lawan empat dimana Altav, Damar, dan Rio sendiri sudah mulai kelelahan akibat tenaga yang mereka keluarkan tadi terlalu berlebihan
Bagaimana tidak berlebihan, empat orang yang tergeletak ditanah sekarang tak sedikit bercucuran darah, ada pula yang sampai pingsan tak sadarkan diri walaupun entah karena apa, yang pasti mereka cukup mahir juga dalam berkelahi, itu karena postur tubuh yang memadai
***
Sedangkan Shalu terus menunggu dimobil, sudah lama mereka tidak kembali bahkan hari pun juga hampir gelap "Pak, saya susulin aja kali yah?" rasa khawatir membuat gadis itu ingin melihat sendiri apa yang sedang terjadi disana
"Jangan Non, kata Den Altav kan bahaya kalo ke gang-gang gini sendirian─ coba ditelpon aja Den Altav, siapa tau mereka lagi jalan" saran Pak sopir, tidak memperbolehkan Shalu untuk keluar dari mobil mau bagaimanapun kondisinya
Dengan segera Shalu mencari ponselnya, gadis itu mulai menekan tombol panggilan untuk kontak bernama Altav sesuai apa yang disarankan pak sopir sebelumnya, tapi tentu saja Altav tidak akan menjawab telpon disaat sedang berada dalam mode siaga seperti sekarang
***
Drrrt drrrt
Mengetahui ponselnya mengeluarkan bunyi dan bergetar disaku celananya membuat Altav kebingungan harus menjawabnya atau tidak "Diangkat aja, Mamanya pasti nyariin tuh udah maghrib gini" tentu saja situasi ini langsung dijadikan ledekan oleh musuh dihadapan mereka
"ANJING!" umpat Rio, sedari tadi ingin berkata begitu namun tertahan karena ingat akan ucapan Maudy soal tidak boleh berkata kasar karena tidak sopan "Kalo sama mereka gak bisa disopanin kan?" gumam laki-laki itu, lega telah mengumpat lantang
"Iyalahhh─ manusia apaan yang minta duit sama orang yang bahkan gak kenal siapa mereka" kata Damar, setuju
Altav juga terlihat sangat kesal karena sedari tadi tubuhnya selalu bergerak-gerak maju seperti ingin memukul lagi, namun ditahan oleh Damar yang paham kalau mereka belum punya cukup tenaga untuk melayangkan pukulan sekeras sebelumnya
"HEH! MO DUIT LO─ NIH AMBIL TAPI GUE ADANYA CEK, BISA NGAMBILNYA GAK?" kali ini Altav balik meledek mereka, membuat Rio tertawa sangat puas bahkan Damar pun sedikit tersenyum menahannya
KAMU SEDANG MEMBACA
Putih Abu! 3
Teen Fiction"Ini adalah cerita anak-anak kami, yang entah mengapa cepat sekali beranjak dewasa... hingga tak terasa telah mengenakan seragam yang pernah kami kenakan─ putih abu" present by: (keturunan) nct dream note: Putih Abu! 3 - New Story adalah series tera...