New Story #58

433 48 26
                                    

Di dalam tenda.

Shalu, Ralin, dan Daniela mulai menduduki kasur lipat yang baru saja mereka tutupi oleh selimut. Setelah itu, Shalu menatap Ralin dan Daniela seolah sedang meminta topik pembicaraan.

Daniela diam karena tidak paham.

Menyadari Ralin yang paling diharapkan, akhirnya ia bersuara, "Mau tanya sama Kak Daniela, kenapa gak pernah kedengeran ngomong pake lo, gue, atau kayak tutur bahasa yang santai gitu?"

Shalu bangga terhadapa Ralin yang berhasil memunculkan topik pembicaraan, ia menoleh pada Daniela, "Kenapa tuh Dan, pokoknya gak mau denger alasan yang lama, harus pake alasan baru." Tuturnya, sudah berharap lebih.

Daniela menunduk sambil mengelus-elus selimut, "Awalnya karena pengen jadi biarawati..." Sampai sini, Ralin mengangguk paham, "Kalau mau jadi bagian dari tempat suci, nggak boleh menyakiti hati orang lain, dan nggak boleh berbuat kasar..."

"Oh, jadi karena itu..." Ralin sudah mengerti.

Shalu malah semakin bersemangat ingin mendengar alasan baru Daniela, "Terus-terus! Sekarang masih mau jadi biarawati nggak? Atau udah gak mau, karena sesuatu?" Ia memancing Daniela, sampai memeluk bantal karena gemas.

"Sekarang udah gak mau." Daniela mengatakan apa yang Shalu inginkan, "Karena merasa udah banyak berbuat dosa... setiap mau tidur selalu kepikiran laki-laki, setelah potong rambut juga malah semakin menarik perhatian orang lain, jadi terpaksa harus mundur dari cita-cita itu... Udah merasa gak pantas jadi bagian dari tempat suci."

Ralin mengangguk.

Shalu malah bertepuk tangan, "Akhir yang sangat bahagia." Ia puas, sampai heboh sendiri, "Cowok yang Daniela pikirin sebelum tidur itu Damar, Lin. Dia juga gak sadar kalau potong rambut bikin dia malah jadi makin cantik, bukan menyembunyikan mahkota perempuan kayak yang diniatin di awal."

Daniela panik, berusaha membungkam mulut Shalu, tapi tidak bisa karena tenaga Shalu jauh lebih besar daripada ia yang lemah lembut itu.

"Hahaha..." Ralin tertawa, ternyata lumayan juga berbincang dengan kakak-kakak yang punya banyak pengalaman soal percintaan ini, "Kalo gitu berarti Kak Daniela duluan yang suka sama Kak Damar? Eh, atau gimana?" Tanyanya, penasaran.

Shalu dan Daniela berhenti saling membungkam.

"Damar tuh misterius sih. Dia diledekin terus juga gak mempan, padahal kayaknya emang duluan suka sama Daniela tapi pinter sembunyiinya." Menurut Shalu.

Daniela diam mendengarkan ucapan Shalu, ia juga agak memikirkannya karena tidak pernah paham akan hal-hal seperti itu. "Terus kalau dia suka duluan emang kenapa? Apa beda nya?" Dengan polos ia bertanya, menyita perhatian Shalu dan Ralin yang langsung bungkam tak bisa berkata-kata.

"Mm... yah, gak kenapa-napa sih, gak ada beda nya," Ralin tidak bisa menjawab, bahkan ia sampai menyenggol lengan Shalu, "Yah, kan, Kak?"

"Oh, iya, gapapa... maksudnya biar kita tau aja gitu, sebenernya sejak kapan dia suka sama kita atau sebaliknya. Kalau tau kan bisa dari dulu aja pacarannya." Shalu agak terbata-bata juga.

Daniela mengangguk, sebenarnya masih agak tidak paham tentang apa pentingnya merangkum rasa suka masing-masing, intinya kalau mereka bisa bersama, sudah tidak ada masalah lagi dan tinggal menjalaninya berdua.

"Kak Shalu sama Kak Daniela mau kuliah dimana?"

"Gue di UI inshAllah, Daniela di ITERA." Kata Shalu.

Perbincangan para gadis masih berlanjut, kali ini membicarakan tentang kampus, sedikit berbagi informasi soal masa depan masing-masing. Ralin pun jadi tahu kalau letak ITERA ada di pulau nan jauh di sana, sedangkan UI semua sudah tahu kalau kampus tersebut cukup dekat dari rumah.

Putih Abu! 3 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang