11 IPA 6
"Wow─ itu siapa ganteng banget?" celetuk Sofi, membuat sang mama yang duduk disampingnya jadi menoleh ke arah pandangan putrinya itu
"Ih iya, berondong kali" kata Mama Sofi
"Berondong apaan sih Tante, itu tuh wali murid" celetuk Keke, yang duduk tepat dihadapan Sofi dan mamanya, membuat para perempuan ini langsung menoleh ke arah bangku terdepan sana sembari tersenyum-senyum malu "Aduh, tapi kok iya kayak berondong sih kalau buat seukuran bapak-bapak ya─ gak nahan, ganteng banget" kata Keke, akhirnya setuju
Lalu, saat orang yang mereka bicarakan itu menduduki kursi, seorang gadis yang pasti adalah anaknya tiba-tiba masuk setelah cukup lama berada diluar "Anjir, bokapnya Shalu ternyata woy─ parah Ke, lo katain berondong tadi" celetuk Sofi, histeris saat melihat Jeno duduk bersama Shalu sedangkan Angel melambaikan tangan di ambang pintu karena kelas Damar ada diruangan lain
"Ihhh, emak lo duluan yang bilang berondong" elak Keke, merasa tidak mengatakannya paling awal
"Iya, tapi emang keliatannya kayak berondong yah Bu─" celetuk Mama Sofi, kepada Ibu Keke yang duduk dihadapannya "Orang badannya aja masih keren gitu, mukanya ganteng, kulitnya cerah, aduhhh enak banget jadi istrinya dia yah─ gak bosen hidup bareng sampe mati" gumam Mama Sofi, seketika membuat barisannya tertawa terbahak-bahak
"Sha, nomor absen kamu berapa?" tanya Jeno
Shalu mencoba mengingatnya, karena setahunya rapor sekarang ini pasti akan dibagikan berdasar kepada peringkat satu hingga sepuluh terlebih dahulu, selanjutnya baru akan dipanggil sesuai absen "Do'ain aja semoga Sha dapet ranking, Yah─ soalnya kalau dapet, gak harus nunggu sampe nomor absen Shalu yang jauh banget dibawah, pokoknya ketiga dari akhir" jelas Shalu
"Wow, bawah banget yah" sahut Jeno, seraya mengangguk-angguk paham "Amin deh, semoga dapet angka kecil peringkatnya biar langsung dipanggil namanya─ lagian coba nama kamu dari A, pasti absennya awal deh, ini sih udah terlanjur S yah" gerutu Jeno, membuat Shalu terkekeh sambil bersandar nyaman dipundak sang ayah
***
"Dari awal gua emang udah menduga kalau lo tuh bakalan jadi masalah terus selama masih idup didunia yang sama!" ucap Haechan, masih dengan segenap emosinya yang tak dapat ditahan, baik oleh Jaemin apalagi Theo yang tak mengerti apa-apa "Kenapa gitu?! Kenapa selalu lo─ nggak pas SMA, nggak pas tua, bikin kesel aja kerjaan lo tuh yah!" tambah Haechan, semakin membara
"Ya udah, pukul gua─ yang nyimpen dendam dari dulu kan bukan gua, yang benci tanpa disuruh pun bukan gua" kata Yangyang, tidak pernah merasa begitu kepada Haechan "Dari dulu kan udah jelas─ lo yang benci sama gua, lo yang gak suka sama gua kan? Sedangkan gua yan biasa aja, gak pernah ada rasa kayak gitu sama lo"
"Ck!" decak Haechan, dengan senyuman evil nya "Bisa buktiin tuh omongan lo? Mana tau orang lain kalau lo kagak benci sama gua─ buktinya nih sampe sekarang kita pun masih berhubungan, ya karena dendam gue emang belom terbalaskan! Ditambah lagi sama kelakuan anak lo yang gak punya tatakrama" tambah Haechan, semakin kesal dan semakin menyinggung lawannya itu
"Chan" Jaemin yang merasa tidak enak mendengarnya pun, segera mencoba lagi untuk melerai perdebatan ini
Namun, Haechan tetap kukuh tidak mau pandangannya terhadap Yangyang ditutupi "Oke, kalau gitu cari aja tempat sepi─ biar gue bisa nonjok lo tanpa bikin ribut orang-orang" kata Haechan, langsung dibalas anggukan saja dari Yangyang
"Oke, gue terima" kata Yangyang
Mereka berdua melangkah menuruni lantai tiga dan meninggalkan koridor kelas sepuluh ini, membuat Jaemin dan Theo saling menukar tatapan karena tidak tahu harus berbuat apa "Ikutin gak, Om?" tanya Theo, dibalas gelengan tidak tahu dari Jaemin yang masih kelihatan bingung
KAMU SEDANG MEMBACA
Putih Abu! 3
Teen Fiction"Ini adalah cerita anak-anak kami, yang entah mengapa cepat sekali beranjak dewasa... hingga tak terasa telah mengenakan seragam yang pernah kami kenakan─ putih abu" present by: (keturunan) nct dream note: Putih Abu! 3 - New Story adalah series tera...