worried

966 56 1
                                    

💚💙💚

Pair : Younghoon x Juyeon

💙💚💙

Juyeon ingin mengeluhkan perasaannya namun dia telah menyimpan sedih maupun marahnya dalam waktu yang panjang, hingga dia tidak tahu bagaimana dia harus menyampaikan emosi dan membuat dirinya tidak berusaha mengemuka perasaannya.

Tangan Juyeon tidak menemukan gelas minuman yang dia yakini masih memiliki beberapa tegukan sehingga dia meluruskan wajahnya untuk melihat sosok Younghoon yang meneguk jus jeruk miliknya dengan ekspresi seperti dirinya tidak bersalah.

Suasana hati tidak mendukung dirinya menggerutu mengenai sikap mengesalkan dari sang teman sebangku, dia hanya menyandarkan sisi wajahnya pada meja seperti posisi awal.

"Hei" Kerutan di wajah Younghoon menandakan dia merasa heran, tidak memahami sikap tenang yang diperlihatkan oleh Juyeon

"Kau sakit?" Younghoon bertanya, memastikan suhu tubuh dengan menaruh punggung tangannya pada dahi Juyeon

"Tidak" Perkataan Juyeon dibenarkan dengan suhu normal yang dirasakan oleh punggung tangan milik Younghoon

"Kau tidak normal" Komentar Chanhee dengan pilihan kata yang kejam dan mengesalkan, menjeda kegiatan makan untuk melihat dua teman sekelasnya

"Kenapa kau hanya diam?" Bersikap lembut, Younghoon menempatkan jemarinya diantara surai halus dan merapihkan anak rambut milik Juyeon

"Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan" Suara Juyeon menunjukkan dia merasa lelah, padahal dia tidak melakukan aktifitas berat apapun

"Tidak mungkin karena Guru Choi menegurmu saat kau membuka ponsel" Kata Younghoon, ingat kalau Juyeon ditegur pada pelajaran kedua

"Heum, tidak mungkin" Juyeon memberi balasan dengan enggan, tidak perlu menjelaskan bahwa dia tak memusingkan teguran Guru Choi

"Kau memikirkan sesuatu?" Younghoon masih menempatkan jemarinya diantara surai halus yang begitu dia senangi

"Aneh karena aku memikirkan sesuatu?" Tanya Juyeon, membiarkan Younghoon memberi usapan pada kepalanya

"Tidak, aku hanya bertanya" Sorotan Younghoon memperlihatkan rasa bingung karena perhatian darinya disalah artikan oleh Juyeon

"Aku mencemaskan sesuatu" Beritahu Juyeon, tidak menjelaskan dengan baik dan membiarkan sorot bertanya di manik Younghoon

"Tidak ingin memberitahu?" Younghoon memiliki nada bicara yang tidak keras, pun dia memberi usapan hangat yang menenangkan

"Tidak" Juyeon tidak perlu membuka matanya dan meluruskan wajahnya untuk menemukan murid lain memberi atensi pada mereka

"Baiklah" Paham Younghoon, tidak mendesak Juyeon diantara banyak pandangan ingin tahu yang diberikan oleh murid lainnya

"Kau tidak membeli makanan?" Tanya Juyeon, menyadari Younghoon hanya mengusap kepalanya dengan perlahan

"Tidak. Ada seseorang yang membutuhkan perhatian, melebihi cacing di perutku" Kata Younghoon yang menerima dengus Juyeon

"Perkataanmu menggelikan" Chanhee mendahului Juyeon dalam mengomentari apa yang dikatakan oleh Younghoon

"Eum" Juyeon menyetujui dengan anggukan lamban, mudah dirasakan oleh Younghoon yang belum memindahkan tangan

"Terserah, aku tidak meninggalkan Juyeon hingga aku mengetahui Juyeon merasa baik" Younghoon tidak memusingkan reaksi yang dia temukan

"Aku hanya," Tidak rela saat usapan menghilang dari kepalanya, namun Juyeon meluruskan wajah dan memperhatikan murid lain

"Aku tidak melihat, tidak mendengarkan" Chanhee memalingkan wajah saat dia menyadari Juyeon tidak ingin menerima pandangan

"Kenapa?" Tanya Younghoon, memiliki ekspresi antusias di wajahnya seraya menantikan kata dari Juyeon

"Aku hanya merindukan, orangtuaku" Juyeon berbicara dengan suara pelan, nyaris tidak didengar pada bagian akhir

"Ibu menulis dirinya merasa tidak sehat, tapi aku tidak dapat melakukan apapun" Hanya cicitan yang dilakukan oleh Juyeon

"Kau sedih karena kau tidak dapat melakukan apapun?" Younghoon menempatkan atensinya dengan penuh, membaca gerakan bibir di depannya

"Heum" Kepala Juyeon melakukan gerakan mengangguk, dia menemukan rasa nyaman karena senyum tipis diulaskan pada bibir Younghoon

"Ibu akan baik" Tidak henti menjadi teman sekelas Juyeon, Younghoon mengenali keluarga Juyeon dan memanggil mereka dengan akrab

"Aku tahu" Juyeon membatalkan keinginan dia menempatkan sisi wajah di meja, saat Younghoon meraih tangan yang dia jadikan bantal

"Kau dapat mengirimkan pesan semangat, kalau kau ingin melakukan sesuatu" Kata Younghoon, memberi saran

"Tidak buruk" Bibir Juyeon menempatkan senyum, menghargai saran yang diberikan oleh Younghoon.

Juyeon berpikir dirinya memperlihatkan sikap kekanakan dengan berdiam karena dia merindukan orangtuanya, mengkhawatirkan orangtua yang tidak pernah menjauh darinya melebihi dua pekan, dan mencemaskan sang Ibu yang merasakan pening dan lemas.

Tapi Younghoon tidak menunjuk dirinya sebagai sosok yang kekanakan dan mendengarkan apa yang dia katakan dengan baik, meraih tangannya dan menatap mata dengan senyuman tipis untuk membuat dia merasa baik dan menjadi tenang daripada sebelumnya.

🔲 complete 🔲

Maaf, aku ijin curhat pake cerita ini gegara aku ngerasa ngga tenang sama kasus TRCNG dan ngga punya kenalan Champion yang bisa diajakin ngobrol.

Bingung dan ngerasa sedih banget karena aku ngga bisa ngelakuin apapun buat mereka, aku berharap yang terbaik buat sepuluh bayi serigala aku 😔

FavoriteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang