💚💙💚
Pair : SF9 Rowoon x TBZ Juyeon
💙💚💙
🔰 requested by : kokoapawde 🔰
Bukan rahasia kalau Rowoon begitu menyukai Juyeon pada tahapan dia dapat menghabiskan dua puluh empat jam di sisi Juyeon dan merindukan Juyeon walau mereka tidak bertemu selama dua jam, melebihi 'budak cinta' menurut lainnya.
Tidak peduli dia dan Juyeon melempar lelucon basi atau mereka hanya berdiam dan menyibukkan diri dengan buku, Rowoon selalu mendapati perasaan tenang juga merasa cukup sewaktu dia mendapati Juyeon dalam ruang pandangnya.
Juyeon hanya menetapkan pandangannya pada monitor dan menarikan jemarinya pada papan ketik, memperlihatkan ekspresi serius sehingga keningnya memiliki kerutan.
"Belum ingin beristirahat?" Rowoon merapihkan buku miliknya pada lima menit lalu, namun enggan meninggalkan sisi Juyeon
"Belum" Hanya menjawab dengan suara pelan, membisik namun memastikan dia mendengar tanya Rowoon
"Kau ingin aku mengambilkan minum?" Pemilik rumah kembali memberikan pertanyaan pada sang tamu
"Tidak" Kembali membisik untuk memberi penolakan pada Rowoon, saat ini menambahkan gerakan menggeleng
"Baiklah," Punggung Rowoon menyentuh sisi bangku selagi dia merendah pandangan pada Juyeon di karpet
"katakan padaku saat kau membutuhkan sesuatu, Bun." Berusaha menahan tangan dari menepuk kepala Juyeon
"Aku bukan roti" Juyeon menolak panggilan yang diberikan oleh Rowoon, mendengar tawa kecil dari si lebih dewasa
"Heum, aku mengerti" Tidak ingin memulai perdebatan, Rowoon menempatkan senyum selagi dia menarik diri.
Perhatian Rowoon tidak lepas dari Juyeon yang bersikap serius, sesekali menghentikan tarian jemari dan memastikan dia tidak melakukan kesalahan, pun mendecak saat dia menemukan salah atau merasa tidak puas.
"Istirahat?" Rowoon menyadari Juyeon menutup file setelah dia memastikan berulang kali bahwa dia telah menyimpan
"Um" Hanya membenarkan dengan mendengung halus, membentuk senyuman kecil pada wajahnya
"Aku akan mengambilkan minum" Langkah Rowoon meninggalkan ruang tengah, mengambil minum di lemari pendingin
"Terima kasih" Bibir Rowoon membentuk senyum saat dia memperhatikan Juyeon menatapnya dari posisi berbaring
"Bukan masalah. Kau dapat meluruskan punggungmu selama yang kau inginkan" Rowoon menyimpan botol di lantai
"Heum, aku hanya ingin membaringkan tubuhku untuk saat ini" Juyeon berkata sebelum merapatkan mata
"Aku yakin. Kau sudah bekerja dengan keras" Tangan Rowoon meraih tangan Juyeon, menyentuh jemari
"Kau berpikir aku akan melakukannya dengan baik, Rowoon-Hyung?" Tanya Juyeon pada si laki-laki Kim
"Bimbingan?" Rowoon menemukan Juyeon melakukan gerakan mengangguk dengan lamban
"Iya, aku yakin kau dapat melakukannya" Tangan Rowoon memijat jemari Juyeon, bersikap lembut
"Kau kelihatan begitu yakin aku dapat melakukannya?" Bertanya dengan memberi tatapan pada wajah Rowoon
"Tentu, aku begitu yakin kau melakukannya dengan baik" Tidak ada ekspresi ragu saat Rowoon memberi jawaban
"Bagaimana kalau aku tidak melakukannya dengan baik?" Juyeon menghela nafas dengan memikirkan kemungkinan
"Maka, aku akan menyemangatimu selama kau melakukan revisi" Rowoon menaruh satu tangannya pada surai Juyeon
"Kau selalu menemaniku dan bersikap baik," Tidak perlu mengeraskan suara, Rowoon tahu Juyeon memiliki rasa bersalah
"Kau selalu bersikap baik dan menerimaku" Laki-laki Kim ini menyela sebelum Juyeon menyalahkan diri
"Aku tidak pernah meluangkan waktu untukmu" Ekspresi sendu dan tatap dengan rasa bersalah bukan apa yang ingin dilihat oleh Rowoon
"Bukan masalah. Pendidikanmu adalah prioritas pada saat ini, aku sungguh memahaminya" Berkata dengan sikap dewasa
"Aku tidak menemanimu saat kau menyiapkan diri untuk melakukan bimbingan" Juyeon merendahkan tatapnya selagi membahas cerita lalu
"Kau memiliki tahun yang sibuk, aku dapat memahamimu" Rowoon mengingat dia melewatkan banyak cerita Juyeon di tahun lalu
"Aku tidak menemanimu saat kau mempersiapkan diri untuk wawancara kerja" Cerita dari sekian bulan yang lalu
"Tapi kau menemaniku saat aku menerima pemberitahuan aku gagal, dan itu cukup" Rowoon melihat Juyeon yang berdiam
"Juyeon, kau selalu melebihi dari cukup bagiku" Pandangan bertemu untuk memberitahu dia bersungguh dalam kata
"Apakah aku menyelamatkan Negara pada kehidupan lalu? Kehidupan ini baik padaku" Bibir Juyeon memiliki senyum
"Mungkin, kita merupakan pahlawan Negara pada kehidupan lalu" Senyum terpasang di bibir Rowoon selagi dia setuju.
Bukan Rowoon pernah merencanakan dirinya menjadi budak cinta dari seseorang, pun dia membiar dirinya menyukai seseorang sehingga dia merasa letih tanpa balasan apapun. Hanya menjadikan dirinya sebagai 'budak cinta' Juyeon.
Karena dia mengetahui Juyeon menyukai dirinya sebanyak dia menyukai Juyeon, Juyeon mensyukuri dirinya sebanyak dia mensyukuri Juyeon. Dia dan Juyeon memiliki perbedaan mengenai ungkapan, tapi mereka adalah budak cinta.
🔲 complete 🔲
Kalo ngeliat Rowoon tuh suka ngebayangin dia jadi seme yang hangat, kadang ngeselin tapi banyak senengin. Senyum sendiri selama ngerjain ini, tapi maaf kalo cerita ini kurang memuaskan ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Favorite
RandomKumpulan cerita dengan Juyeon sebagai Uke. Jangan dibuka, kalo kamu ngga suka.