Chapter 48

1.8K 81 1
                                    

Belajarlah dari kesabaran semut
Kegigihan kura-kura
Dan kecerdasan kancil
Jangan sesekali beranggapan bahwa dunia ini kejam
❣️❣️❣️

Langit malam terlihat berbeda pada malam hari ini. Biasa nya masih ada dua atau tiga bintang yang menyebar di permukaan langit tapi kali ini satu pun tak ada. Gemercik suara gerimis terdengar di telinga Lenata yang sedang berbaring di atas tempat tidur nya.

Di luar sana sedang gerimis, Lenata memilih untuk bergelut dengan kasur empuk, guling, serta selimut tebal yang nyaman. Ia hanya ingin beristirahat tapi nyata nya tidak bisa. Pikiran nya tak bisa ia ajak untuk beristirahat, yang ia fikirkan hanya lah bayangan sosok yang saat ini ia rindukan. Ntah itu benar-benar rasa rindu atau hanya perasaan bersalah yang tak bisa di jelaskan secara jelas.

Sedang asik dalam pikiran nya sendiri. Tiba-tiba saja ponsel di samping nya bergetar tanda bahwa ada sebuah panggilan masuk. Tangan nya terulur untuk mengambil nya. Saat ia melihat siapa yang menelpon nya ini, Lenata mengubah posisi berbaring nya menjadi posisi duduk bersila di atas kasur empuk milik nya.

Halo

Suara itu membuat Lenata mati-matian menahan nafas gugup.

Ta, ini gue Anggara

Lenata masih tetap diam seolah di seberang sana tidak ada suara apa pun yang perlu ia balas.

Halo

Dengan cepat Lenata mematikan sambungan telepon itu. Ia meletak'kan kembali ponsel nya di atas bantal. Menggigit jari tangan nya guna menahan kegugupan yang juga belum hilang.

"Nggak! Nggak! Nggak mungkin dia! Halu nih gue! Telinga gue apa lagi rusak ya?" Lenata bermonolog dengan pikiran nya sendiri.

Ia memilih untuk segera tidur dan mengistirahatkan tubuh serta pikiran nya. Ia berdoa semoga saja mimpi buruk tak hinggap di tidur malam nya.

~~

Hari demi hari Lenata tunggu secara sabar. Besok adalah hari keberangkatan nya ke pulau dewata. Pulau yang selama ini di impikan oleh nya untuk di kunjungi. Tak ada yang tau akan semua nya. Hanya Keano lah yang tau. Ia hanya butuh waktu untuk mengatakan semua nya kepada keluarga atau pun sahabat terdekat nya.

Lenata kini sedang di sibuk'kan untuk membereskan rumah nya. Dari mulai menyapu halam belakang, menyirami bunga di depan rumah, membersihkan kamar tidur nya, ruang tamu, keluarga dan dapur.

Lenata menghela nafas panjang saat diri nya bisa duduk dengan nyaman di sofa ruang keluarga. Ia mengusap peluh yang berada di pelipis. Mengatur nafas nya sejenak lalu kembali berdiri.

Langkah kecil nya membawa ia mendekati pintu utama rumah nya. Ia ingin menghirup udara segar di teras rumah nya.Duduk di pinggir anak tangga teras rumah nya seorang diri.

"Lenata tumben pulang ke rumah? Nggak tinggal di rumah Acilla lagi?" Tiba-tiba saja suara tetangga sebelah rumah ny terdengar membuat Lenata menoleh dan tersenyum saat melihat ada Ibu Wita.

"Enggak tante!" Balas Lenata membalas senyuman tetangga nya itu.

"Bentar lagi ujian ya, kamu?" Tanya Ibu Wita.

"Iya tante. Putri juga mau ujian kan, tante?" Tanya Lenata.

"Iya. Kamu lulus SMA, Putri baru mau masuk SMA" Kekeh Ibu Wita.

"Sekarang Putri nya lagi ngapa'in tante?" Tanya Lenata.

"Ada di dalem! Lenata kalau kesepian, main ke rumah tante aja! Di dalem main atau ngobrol-ngobrol sama Putri. Itu anak juga kerjaan'nya di dalem kamar terus" Ucap Ibu Wita.

"Iya tante. Nanti kalau Lenata gak ada kerjaan di rumah, Lenata main ke rumah tante. Kan cuma sebelahan" Balas Lenata ramah.

Ibu Wita tersenyum hangat. Ia memandang Lenata dengan tatapan kagum. Perempuan cantik yang memiliki senyum manis itu sangat lah baik dan ramah kepada semua orang.Terkadang tetangga yang sudah lama mengenal keluarga Lenata itu merasa kasihan dengan Lenata yang hanya tinggal seorang diri di rumah besar tersebut.

"Ya udah kalau gitu. Tante masuk dulu, ya! Main-main sini, ya! Kalau gak ada temen di rumah atau mau nginep di rumah tante sekali-kali gak apa-apa. Gak usah sungkan. Oke Lenata!" Ucap Ibu Wita.

Lenata mengembangkan senyum nya "Makasih tante sama tawaran nya" Balas Lenata.

Setelah itu Ibu Wita meninggalkan Lenata yang masih betah duduk di anak tangga teras rumah nya.

"Gue punya tetangga sebaik tante Wita. Punya sepupu se'khawatir Cia. Punya om sama tante yang pengertian. Punya temen yang peduli. Tapi kenapa gue berubah? Sebenernya gue kenapa?" Tanya Lenata pada diri nya sendiri.

"Karena pikiran lo lagi kacau"

Suara itu membuat Lenata cepat menolehkan kepala nya ke samping. Mata nya menangkap sosok laki-laki yang hanya mengenakan hoodie dan sepatu yang berwarna senada dengan atasan nya.

"Gue boleh ikut duduk di samping lo?" Tanya seseorang itu dan di balas anggukan ragu dari Lenata.

"Gue ke sini cuma mau minta maaf sama lo, Ta. Maaf atas semua kesalahan gue sama lo. Gue tau gue salah, gak seharusnya gue maksa lo buat cinta sama gue."

"Lo mau kan maaf'in gue?"

"Gue gak tau Regan" Balas Lenata lalu beranjak untuk pergi dari hadapan Regan tapi di tahan oleh laki-laki itu.

"Gue tau kesalahan gue terlalu fatal untuk di maaf'in. Tapi gue mohon sama lo, Ta. Tolong maaf'in gue!" Mohon Regan.

"Asal lo harus janji sama gue! Jangan pernah usik kehidupan gue lagi terkhusus soal kisah cinta gue! Regan, gue tau lo orang baik! Hati lo kemarin lagi buta sama cinta! Gue berharap untuk kedepan nya lo lebih banyak belajar. Belajar untuk ikhlas atau melepaskan!"

"Gue maaf'in lo!" Balas Lenata.

Regan tersenyum senang "Makasih, ta! Gue janji sama lo! Gue gak akan ganggu lo lagi kecuali ada sebuah masalah atau hal yang emang itu menyangkut gue dan juga lo!"

Lenata mengangguk paham "Ya udah! Lo boleh pulang. Gue mau istirahat" Ucap Lenata.

Regan tersenyum tipis "Gue pulang! Jaga diri baik-baik di rumah" Balas Regan lalu berbalik meninggalkan Lenata.

Keluar dari pekarangan rumah Lenata dan kembali menaiki motor ninja nya.

Sedangkan Lenata masih tetap diam. Memandang lurus ke arah pagar rumah nya dengan tatapan sendu. Langkah kecil nya membawa Lenata kembali ke dalam rumah.

Ia berjalan menaiki tangga rumah nya, memasuki kamar tidur nya dan berbaring di tempat tidur.

"Mama apa kabar?" Lenata memandang langit-langit kamar nya sembari mengingat sang Mama.

"Apa gue ketemu sama Mama aja! Tapi.."

"Nggak! Gue lebih baik ketemu sama papa! Iya papa!" Setelah mengucapkan rentetan kalimat itu.

Lenata langsung beranjak dari posisi tidur nya. Mengganti pakaian nya dan segera keluar dari kamar. Hari ini ia akan mengunjungi sang Papa. Ia rindu dengan sosok pekerja keras itu walaupun itu dulu.

Saat langkah nya keluar dari pekarangan rumah nya, ia sedikit tersenyum tipis kala mengingat bahwa ia akan bertemu dengan sang Papa. Laki-laki yang sudah hampir 1 tahun terakhir ini tidak ia jumpai. Karena surat dari sang Mama, Lenata sadar bahwa kedua orang tua nya sebenarnya membutuhkan diri nya, sangat membutuhkan nya.

Mungkin hari ini, Lenata sedikit ingin berdamai dengan kenyataan dan juga takdir. Ia tau bahwa semua ini bukan kemauan keluarga nya tapi memang sudah menjadi garis hidup nya.










Jangan lupa vote & coment
Anggara🍭
Selamat membaca semoga kalian terhibur dengan cerita ku
····
TERIMAKASIH

GaraNata (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang