Terimakasih hari ini aku kembali belajar melepas,belajar untuk tidak kembali memaksakan, karena yang singgah akan pergi dan yang sungguh akan datang setelahnya
❣️❣️❣️Hari ini saat di sekolah Cia dan Ara sama-sama mendiami Hilda. Kedua perempuan itu enggan untuk menyapa bahkan bertatap muka. Mungkin karena kejadian kemarin malam, persahabatan mereka sudah berakhir putus.
Tidak ada raut penyesalan yang Hilda tampakan, hanya tatapan datar dan dingin lah yang ia tampakan di hadapan Ara dan Cia. Seperti tak melakukan kesalahan sebelum nya, Hilda berjalan mendekati Ara dengan membawa sebuah kotak kecil.
"Ini!! Kasih sama temen lo yang lagi sekarat di rumah sakit itu! Bilang sama dia kalau gua gak butuh barang-barang yang selama ini dia kasih sama gua!" Ucap Hilda.
Ara mendelik kesal dengan segera ia merampas kotak itu "Temen gua juga gak akan kasih barang-barang apa pun lagi sama lo!!" Balas Ara.
"Jauh-jauh dari gua sama Cia karena kita udah alergi sama temen yang sifat nya kayak lo!!" Usir Ara.
Hilda pergi meninggalkan Ara. Ia kembali kebangku nya semula. Dari pagi hari ia memang sudah mengganti tempat duduk nya di bagian pojok paling belakang.
Hingga kedatangan Anggara dkk membuat siswa IPA 4 menolehkan kepala nya ke arah pintu kelas mereka.
"Ga!! Dhirga!! Ujang noh nantangin lo main basket!!" Teriak seorang laki-laki yang duduk paling belakang.
"Ujang-ujang ndasmu!! Gua masih punya nama! Bambang!!" Protes seorang laki-laki berjaket yang duduk di kursi depan laki-laki tadi.
"Oh iya lupa gua!! Nama lo kan Samujang" Balas laki-laki yang pertama tadi membuat seisi kelas tertawa.
Dhirga menaikan sebelah alisnya "Gua tunggu lo di lapangan basket pulang sekolah ntar!" Tantang Dhirga membuat laki-laki yang menantang tadi terbelalak kaget.
"Ehh ehh!! Gua bercanda kali, ga! Jangan serius amat napa" Ucap Laki-laki tersebut di'iringi kekehan.
"Jangan nantangin orang kalau lo sendiri belum punya nyali!" Ucap Dhirga lalu berjalan mendekati bangku Cia dan Ara disusul teman nya yang lain.
"Ngapain kalian kesini?" Tanya Ara menatap mereka semua.
"Ada yang mau kita tanya sama kalian berdua! Bisa ikut kita gak?" Ajak Alan.
Ara dan Cia saling bertatapan
"Ya udah! Tapi jangan lama-lama" Ucap Ara.
Mereka akhirnya berjalan keluar dari ruang kelas Ara dan Cia. Sama-sama berjalan ke tempat yang Anggara usulkan. Dan saat ini mereka tiba di tempat yang sudah mereka sepakati untuk membicarakan sebuah perihal.
"Mau nanya apa?" Tanya Ara.
"Hilda sama Lenata dari dulu emang udah ada masalah?" Tanya Dhirga.
"Belum!! Gua aja gak tau menahu soal Hilda yang ngebenci Lenata cuma karena dia cemburu ngelihat Putra yang peduli sama Lenata" Balas Ara.
"Putra mana?" Tanya Ara saat tak melihat Putra diantara ke-4 laki-laki di hadapan nya ini.
"Di kelas!!" Balas Anggara.
"Ajak ke sini aja! Biar kita tau permasalahan nya" Usul Cia yang sedari tadi hanya diam mendengarkan.
"Bentar gua telpon dia!" Ucap Alan lalu mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Putra.
"Bisa?" Tanya Cia.
"Bisa! Sebentar lagi dia kesini" Ucap Alan.
20 menit mereka menunggu kedatangan Putra hingga suara derapan langkah kaki membuat mata mereka semua tertuju pada pintu rooftop.

KAMU SEDANG MEMBACA
GaraNata (TAMAT)
Teen Fiction"Tuhan, jika nanti aku jatuh pada cinta yang baik. Tolong jatuhkan aku sejatuh-jatuhnya"~GaraNata 💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛 Anggara adalah sosok yang mampu membuat Lenata tersenyum, terluka, bahkan menangis. Aneh nya Lenata masih mencintai laki-l...