Lenata diam masih betah memandang ke arah jendela rumah sakit. Ara dan Cia sudah mencoba membujuk perempuan itu untuk memakan makanan nya tapi tetap saja tak bisa.
"Mau sampai kapan lo ngelamun ngeliatin orang-orang lewat?" Tanya Cia mendekati Lenata.
Lenata diam hanya menghembuskan nafas nya pelan lalu kembali menatap luar jendela kamar rumah sakit.
"Perlu gua telpon Anggara biar dia ke sini buat bujuk lo makan?" Tawar Cia.
Lenata masih tetap diam membuat Cia menghela nafas gusar. Hingga suara ketukan pintu terdengar membuat Cia dan Ara menolehkan kepala mereka ke sumber suara.
"Selamat malam ada yang bisa kami bantu?" Suara itu adalah suara Alan. Ya! Laki-laki itu datang dengan membawa teman-teman yang lain nya. Hanya Anggara yang tak ada di antara mereka.
"Masuk tapir kesasar!" Balas Ara dengan menatap Alan sengit.
Mereka semua masuk ke dalam ruang inap Lenata dengan membawa beberapa buah tangan. Di samping kiri brankar berdiri lah Dhirga, Putra, dan Cia sedangkan di samping kanan ada Nilo, Alan, dan Ara. Mereka mengelilingi Lenata yang saat ini sudah tak menatap ke arah jendela.
"Gimana keadaan lo, ta?" Tanya Dhirga.
Lenata tersenyum tipis "Udah sedikit membaik kok" Balas Lenata.
Dhirga mengangguk pelan, ia kini malah menatap Cia yang berdiri di samping nya "Jalan yuk! Dari kemarin kamu nggak ada waktu buat aku terus" Rajuk Dhirga membuat semuanya menatap ke arah nya terkhusus Cia yang sudah mengernyit bingung.
"Jalan di sekitar rumah sakit? Oke itu tidak begitu buruk" Balas Cia mengetuk-ngetuk jari telunjuk nya di daerah sekitar dagu.
"Ngode nih mbak nya! Gass terus ga! Ajak jalan ke mana gitu! Masa lo ajak jalan cewek lo ke taman rumah sakit" Goda Nilo.
"Masih untung ke taman rumah sakit! Kalau Dhirga ngajak Cia ke kamar mayat gimana!" Ucap Alan membuat Nilo terkikik pelan.
Tak ingin mendengar usulan yang tak berbobot dari kedua teman nya itu, Dhirga mengajak Cia untuk pergi dari sana.
"Lo istirahat aja, ta!" Ucap Ara dan dibalas anggukan oleh Lenata.
Putra menatap Lenata dengan tatapan berbeda, ia perlahan mendekati Lenata
"Gimana keadaan lo?" Tanya Putra.
"Udah mendingan kok" Balas Lenata tersenyum tipis.
"Lain kali jangan berbuat nekat kayak gini, ta!" Ucap Putra dengan nada lembut.
Lenata tersenyum tipis "Makasih udah mau ngingetin" Balas Lenata.
Setelah mengucapkan kata itu, Lenata merasa kerongkongan nya terasa kering. Maka dari itu tangan nya terulur untuk meraih gelas yang berisi air putih di atas nakas samping brankar nya. Tapi sebuah tangan besar lebih dulu meraih gelas tersebut membuat tangan Lenata kembali ia tarik.
"Lain kali minta tolong! Kesehatan lo belum sepenuhnya pulih" Suara itu adalah suara Putra. Laki-laki itu yang membantu Lenata meraih gelas di atas nakas.
Lenata hanya membalasnya dengan senyum tipis.
Sedangkan di luar sana, tepatnya di depan jendela kamar inap Lenata. Ada seseorang yang mengintip kejadian yang baru saja terjadi. Perempuan itu menatap tajam ke arah Lenata sedangkan tangan nya sudah terkepal kuat. Langkah besar nya menerobos pintu kamar inap hingga saat ia tiba di hadapan sang empu, tangan yang terbuka leluasa dengan mudahnya menarik rambut Lenata.
KAMU SEDANG MEMBACA
GaraNata (TAMAT)
Roman pour Adolescents"Tuhan, jika nanti aku jatuh pada cinta yang baik. Tolong jatuhkan aku sejatuh-jatuhnya"~GaraNata 💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛 Anggara adalah sosok yang mampu membuat Lenata tersenyum, terluka, bahkan menangis. Aneh nya Lenata masih mencintai laki-l...