You take it easy, everything will get better soon. He who hurts you will leave soon with no trace of a trace
❣❣❣Helena berjalan tak tentu arah,hari sebentar lagi akan sore.Jam dipergelangan tangan nya menunjukkan pukul setengah dua siang.Helena menghela nafas pelan saat dirinya berdiri di rumah sakit,tepat Lenata di rawat.
Perempuan itu berjalan masuk kedalam rumah sakit. Mendekati meja resepsionis dan menanyakan ruang rawat Lenata. Setelah ia mendapatkan informasi,ia langsung berjalan menuju ruang rawat Lenata.
Langkah pelan itu mendekati pintu dengan nomor 15,ia melirik dari arah jendela ruangan. Disana tidak ada siapa-siapa selain Abriana yang tengah tertidur di sofa ruangan.
Helena memutar knop pintu lalu segera masuk tanpa menciptakan suara yang dapat membangunkan Abriana.
Ia mendekati brankar Lenata. Mata tajam nya menatap kearah Lenata yang terbaring pucat dengan selang oksigen di hidung dan selang infus ditangan nya.
"Gue pikir Lo udah mati ternyata Lo masih bisa hidup dengan alat bantu kayak gini"Gumam Helena berbisik tepat kearah telinga Lenata.
Tangan nya terulur membuka selang oksigen tersebut membuat Lenata mengejang ditempat.
"Setelah ini Lo bakalan bebas untuk mati, Lenata!"Gumam Helena dengan senyum miring tercetak di bibir tipis nya.
Ceklek
Kepala perempuan itu langsung menoleh kearah pintu coklat yang berada di dalam ruangan. Mata yang semula menatap tajam Lenata kini berganti dengan mata yang menyiratkan kegugupan saat bertatapan langsung dengan pemilik mata tajam yang saat ini sudah berjalan mendekati nya.
"Apa yang udah Lo lakuin!!"Bentakan keras itu sukses membuat Abriana terbangun dan Helena yang gugup setengah mati.
Anggara melihat kearah Lenata yang sudah kejang-kejang ditempat nya. Ia dengan cepat memasangkan kembali selang oksigen tersebut kehidung Lenata. Untung saja Anggara cepat datang,jika tidak. Mungkin saja Lenata sudah tak bernyawa.
"Astaga!! Lenata"Abriana mendekati Lenata yang sudah terlihat baik-baik saja.
Anggara yang berdiri di samping Helena langsung mencengkram tangan perempuan itu.
"Belum cukup sama semuanya??"Pertanyaan itu sukses membuat Helena membungkam mulut nya.
"Kamu lagi!!"Teriak Abriana lalu ia segera membalikkan tubuh Helena dengan kasar agar menghadap kearah nya.
"MAU APA LAGI?! Dasar perempuan gak tau malu! Kesalahan yang satu aja belum minta maaf sekarang mau ngulang bikin anak saya mati!! Emang tempat yang cocok buat kamu itu penjara!!"Bentak Abriana setengah berteriak.
"Kali ini saya tidak akan memberi ampun buat kamu!"
Abriana segera meraih ponsel nya yang berada di sofa,ia akan menghubungi kepolisian. Hal itu membuat Helena semakin takut. Ingin kabur tapi ada Anggara yang sudah menahan nya.
"Apa? Mau kabur,iya?!"Ucap Anggara.
"Ga,aku mohon lepasin aku! Tolong halangin mama Lenata untuk telpon polisi"Helena memohon dengan mimik wajah yang terlihat ketakutan.
"Setelah yang Lo lakuin sama cewek gue,iya? Jangan harap gue mau bantu'in Lo! Tempat Lo emang di penjara"Ujar Anggara.
"Tante! Tante aku minta maaf,tolong jangan laporin aku ke polisi"Mohon Helena yang sudah menangis.
Abriana seolah menulikan pendengaran nya. Perempuan itu malah berjalan kesisi kiri brankar dan mengusap rambut Lenata.
"Selamat siang"Ucap seorang polisi yang masuk bersama rekan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GaraNata (TAMAT)
Teen Fiction"Tuhan, jika nanti aku jatuh pada cinta yang baik. Tolong jatuhkan aku sejatuh-jatuhnya"~GaraNata 💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛 Anggara adalah sosok yang mampu membuat Lenata tersenyum, terluka, bahkan menangis. Aneh nya Lenata masih mencintai laki-l...