Sinar matahari terpancar melalui jendela besar di sebuah ruangan berwarna abu-abu itu. Lenata menarik kursi yang berada di sudut ruangan dan membawa nya mendekat ke tempat tidur Anggara. Laki-laki itu masih menutup mata nya enggan untuk membuka.
Lenata menatap Anggara yang terlihat sedikit pucat, bibir nya kering, badan nya pun masih terasa panas walaupun sudah ia kompres. Ia sesekali melirik Anggara, ingin membangunkan laki-laki itu tapi sedikit tak tega.
Diatas nakas pun sudah ada semangkuk bubur yang Lenata buat dan secangkir air putih. Ia tahu laki-laki di depan nya ini belum makan sedari kemarin malam. Karena merasa tak tega melihat Anggara, tangan Lenata terulur untuk menepuk pelan pipi Anggara yang terasa panas.
"Ga!! Bangun!" Ucap Lenata dengan menepuk-nepuk pipi Anggara sesekali mengguncang bahu laki-laki itu pelan.
Kedua mata itu bergerak terbuka hingga sang pemilik membuka mata nya dengan sempurna. Objek yang pertama Anggara lihat adalah Lenata, kekasih nya.
"Ta!" Panggil Anggara dengan nada lesu nya.
Lenata tersenyum lalu menyingkirkan kain kompresan itu dari dahi Anggara. Ia menempelkan tangan nya kembali ke dahi laki-laki itu memastikan suhu badan Anggara dan ternyata masih tetap sama panas.
"Kamu makan dulu aja! Aku udah buatin bubur!" Ucap Lenata lalu mengambil mangkuk berisi bubur itu dan menyuapkan nya pada Anggara.
Anggara menerima suapan pertama dari Lenata sedikit tersenyum walaupun ia tahu Lenata tak menyadari nya karena sibuk menyendok 'kan bubur tersebut.
"Kamu nggak sekolah?" Tanya Anggara dan dibalas gelengan oleh Lenata.
"Bolos ya?? Kan kamu nggak suka sama pembolos kenapa malah kamu yang bolos??" Tanya Anggara.
"Aku nggak bolos! Aku udah titip absen sama Cia, kamu tenang aja" Balas Lenata kembali menyuapi Anggara.
"Tahu aku sakit dari?" Tanya Anggara.
"Dhirga" Balas Lenata kembali memberikan sesendok bubur tapi Anggara cegah.
"Aku udah nggak mau! Lidah aku pahit" Balas Anggara.
Lenata mengangguk pelan lalu memberikan gelas berisi air putih tersebut kepada Anggara.Anggara meminum nya hingga beberapa tegukan membuat Lenata tersenyum tipis melihat Anggara.
"Kamu ada obat penurun panas nggak?" Tanya Lenata.
"Kayak nya ada! Mama suka simpen obat-obatan di laci meja belajar aku" Ucap Anggara membuat Lenata berjalan mendekati meja belajar Anggara dan membuka laci kecil tersebut.
Ia mencari obat demam disana dan ternyata masih ada, sebelum nya ia melihat tanggal kadaluarsa obat itu. Ia tak ingin meracuni anak orang apalagi yang ganteng nya nggak ketulungan itu.
Lenata menghampiri Anggara kembali lalu membuka bungkusan obat tersebut, ia memberikan sebuah tablet obat kepada Anggara.
"Minum!"Ucap Lenata memberikan segelas air putih.
Setelah Anggara meminum obat itu, ia kembali melirik Lenata yang sibuk membereskan mangkuk dan gelas yang berada di atas nakas.
"Kamu tunggu sini! Aku mau cuci ini dulu! Jangan kemana-mana!" Perintah Lenata lalu keluar dari kamar Anggara.
Anggara menunggu Lenata hingga 10 menit dan akhirnya perempuan itu datang kembali dengan membawa piring kecil berisi potongan apel.
"Aku potongin apel buat kamu! Biasanya dulu kalau aku sakit mama pasti selalu kasih aku buah setelah minum obat! Katanya biar cepet sembuh" Ucap Lenata di iringi kekehan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GaraNata (TAMAT)
Teen Fiction"Tuhan, jika nanti aku jatuh pada cinta yang baik. Tolong jatuhkan aku sejatuh-jatuhnya"~GaraNata 💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛 Anggara adalah sosok yang mampu membuat Lenata tersenyum, terluka, bahkan menangis. Aneh nya Lenata masih mencintai laki-l...