Siapa?

3.9K 456 75
                                    

Sejak hari dimulai, Jungkook tidak bisa menenangkan hatinya sama sekali.  Seperti ada kumpulan perasaan yang siap meledak kapan saja. Jantungnya berdebar aneh sejak bangun pagi ini. Masih berdetak normal, tetapi beberapa kali ia mendapati detaknya menjadi tidak karuan—terlalu antusias.

Rasanya asing.

Walaupun jauh di dalam benaknya, ia merindu.

Akhirnya hari ini datang.

“Jungkook, kalau tidak segera berangkat kita akan terlambat.” Jungkook tersadar dari lamunannya. Ia tidak sadar sejak tadi hanya berdiri dihadapan cermin sembari memegangi dadanya.

“Jungkookㅡ“ Jimin berjalan masuk ke dalam kamar Jungkook yang pintunya kebetulan dibiarkan terbuka.

“YAK!!! Kenapa kau menangis?!” Tidak hanya Jimin, tetapi Jungkook pun ikut terkejut begitu menyentuh pipi yang sudah basah oleh air matanya sendiri.

Sejak kapan ia menangis?

“Ya~ kenapa kau jadi cengeng seperti ini, hm? Hari ini kau sudah bisa bertemu dengan nya kan? Harusnya kau bahagia, bukan malah bersedih seperti ini.” Jimin menghampiri. Merogoh sapu tangan dari balik setelan jasnya lalu memberikannya pada Jungkook.

Jungkook menyambut pemberian dari Jimin. Ia kemudian menggunakan sapu tangan itu untuk menghapus jejak air mata yang tersisa. Sama halnya seperti Jimin, Ia pun juga mempertanyakan keadaannya saat ini. 

Mengapa ia harus kembali menangis di hari ia akhirnya dapat bertemu dengan Taehyung lagi? Bukankah harusnya ia merasa senang? Bukankah ia telah lama menantikan datangnya hari ini? Lantas mengapa?

Jungkook mencoba mencari jawabannya sendiri, tetapi air matanya justru mengalir semakin deras. Pun Jungkook kini merasakan debaran di jantungnya mulai membuat dadanya sesak seperti terhimpit oleh benda besar. Sekeras apapun ia berusaha menahan diri, sebanyak apapun ia berusaha menghapus air matanya, tangisannya tidak bisa berhenti. 

Jungkook mulai merasaㅡ takut?

“Yak!! Heyㅡ ada apa?” Jimin mulai bergerak maju untuk memegangi kedua bahu Jungkook. Ia sedikit menunduk mengimbangi kepala Jungkook yang tertekuk dalam. 

“Apa kau sangat merindukannya sampai menangis seperti ini, hm? Sudah-sudah. Jangan mengacaukan penampilanmu hari ini dihadapannya. Setelah sekian lama, apa kau mau membiarkannya melihatmu dalam keadaan jelek seperti ini?” Goda Jimin berusaha membuat suasana hati Jungkook membaik. Ia membantu mengusap air mata yang masih mengalir deras membasahi pipi Jungkook.

“Jungkook-ah...” Tidak seperti sebelumnya, kali ini Jimin bersuara lebih lembut. Panggilannya berhasil membuat Jungkook berhenti terisak dan mendongak membalas pandangannya.

“Setelah ini... jangan menangis lagi, ya.” Jungkook bisa melihat senyuman tulus Jimin yang selalu menjadi favoritnya sejak lama. Salah satu hal yang paling dirindukannya dari Jimin sepanjang kebersamaan mereka.

“Temui dia dan... cari kebahagiaanmu bersamanya, ya. Jangan menangis lagi, janji?” Jimin menjulurkan jari kelingkingnya ke arah Jungkook.

Jungkook memandangi jari Jimin cukup lama sebelum ia akhirnya memutuskan untuk menautkan kedua kelingking mereka.

“Janji.”


















.

.

.

.

.

.

Between Us (Vkook) END #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang