Terlambat

4.2K 485 39
                                    

Hari beranjak siang. Jalanan mulai dipenuhi pegawai kantor yang berbondong-bondong keluar dari tempat kerja mereka untuk memburu makan siang di luar kantor dengan alasan jenuh apabila menghabiskan jam makan siang di dalam gedung. Panas terik matahari agaknya dikalahkan oleh rasa lapar para pegawai sehingga mereka tampak tidak terganggu dan tetap melenggang menuju tujuan masing-masing.

Ditengah hiruk pikuk manusia berseragam itu, nampak seorang pemuda berpakaian santai berdiri diam di seberang jalan. Tidak peduli meski beberapa kali menjadi korban tabrak bahu karena keramaian yang mengelilinginya.

Pemuda itu adalah Jungkook dengan mata yang terfokus pada gedung bertingkat di seberang sana.

Kurang lebih, sudah sepuluh menit lamanya ia habiskan hanya untuk memandangi gedung itu tanpa niat mendekat. Ragu, mungkin. Tidak percaya diri sebab sudah cukup lama tidak menginjakkan kaki disana. Entah dorongan darimana akhirnya ia memutuskan untuk kemari.









Ikuti kata hatimu, Jungkook. Jangan pernah berusaha mengelak. Jujurlah pada dirimu sendiri. Hatimu lebih tahu mana yang harus kau pertahankan dan mana yang harusnya kau tinggalkan.”











Perkataan Jimin pagi tadi masih jelas terngiang di kepalanya. Meskipun tidak secara gamblang, tetapi Jungkook dapat menangkap maksud dari kalimat tersebut. Jimin jelas memintanya memilih.

Memintanya kembali pada siapa yang jelas pantas memiliki hatinya.

Lalu apakah kedatangannya kemari adalah keinginannya? Sejujurnya, Jimin-lah yang memintanya agar mencoba pergi menemui Taehyung kembali.

Jika ditanya, apakah Jungkook ingin datang kemari? Ia ragu.

Ia meragukan apakah dirinya siap untuk menghadapi ketakutan itu sekali lagi. Rasa takut akan Taehyung yang telah memutuskan untuk meninggalkannya. Taehyung yang telah benar-benar pergi melupakannya. Bahkan di hari dimana mereka memutuskan untuk saling melupakan satu sama lain, Taehyung sama sekali tidak menoleh kembali. Langkahnya pasti, membawa seluruh perasaan mereka yang harus kandas bahkan di saat keduanya belum saling mengungkapkan satu sama lain.

Mereka saling jatuh cinta. Akan tetapi, cinta mereka tidak lantas membuat mereka dapat bersatu.

Rasanya sakit sekali saat mereka saling mencintai, tapi tidak bisa meraih satu sama lain.

Lampu penyebrangan menyala hijau. Tanda bahwa para pejalan kaki bisa bebas melintasi lajur kendaraan yang membentang panjang. Maka, Jungkook tanpa berpikir panjang langsung pergi menyebrangi jalan. Berada beberapa meter menjadi lebih dekat pada tujuannya.

Sesampainya di seberang, Jungkook menarik napas panjang. Ia takut. Padahal dulu, tiada hari tanpa absen untuk mengunjungi gedung itu ketika waktu makan siang. Akan tetapi, entah bagaimana rasanya sekarang tempat itu menjadi asing sama sekali baginya. Rasanya seperti ia adalah pendatang baru di negeri yang asing.

Jungkook mengepalkan tangannya. Dalam hati berteriak meyakinkan dirinya sendiri.

Ini adalah keputusannya.

Soal bagaimana akhir dari kisah ketiganya nanti, itu urusan belakangan. Jimin telah berkorban dan membiarkannya memilih. Begitu pula Taehyung yang harus rela memendam jauh perasaannya dan merelakan hatinya kosong tak bertuan.

Jungkook sepenuhnya sadar bahwa ia adalah pihak yang telah memperumit keadaan. Jika ia tidak menaruh hati pada Taehyung. Jika ia tidak membohongi dirinya sendiri dan memilih kembali pada Jimin. Maka, kisah ketiganya tidak akan menjadi serumit ini. Tidak seharusnya mereka berakhir  saling melukai satu sama lain.

Jungkook-lah pihak yang sepatutnya di salahkan. Dirinyalah yang seharusnya menanggung seluruh rasa sakit mereka.

Oleh karena itu, dengan tekad untuk memperbaiki kesalahannya, Jungkook pun melangkah masuk ke dalam gedung.

Between Us (Vkook) END #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang