Jika sebelumnya Jungkook murka karena Jimin yang lagi-lagi menghilangkan cincin pertunangan mereka, maka kali ini kemarahan Jungkook atau mungkin lebih mudah dikatakan merajuknya Jungkook disebabkan oleh hal yang lain.
Setelah jam makan siang yang dilewatkan tanpa sepatah kata pun dari bibir keduanya, -Jimin dan Jungkook-, yang lebih muda memilih untuk bergegas pergi tanpa ucapan selamat tinggal atau sekedar kecupan kasih sayang yang biasa diberikannya tepat di kening atau bibir sang tunangan.
Berakhir dengan Jungkook yang melangkah dengan kepala tertunduk lalu menghilang setelah membanting pintu ruangan Jimin dengan agak kasar.
Sementara itu, Jimin tidak melakukan apapun atas sikap Jungkook. Bukan berarti ia tidak peduli, Jimin jelas tahu alasan dibalik perubahan sikap Jungkook. Ia yakin sekali Jungkook begitu menantikan hari dimana mereka dapat pergi berlibur bersama dan menghabiskan lebih banyak waktu berdua. Akan tetapi, waktunya benar-benar tidak tepat saat ini. Pun jika ia mengiyakan ajakan liburan tersebut, Jimin tidak mungkin meninggalkan perusahaannya begitu saja karena saat ini ia benar-benar tidak dapat melalaikan tugasnya. Apalagi ia masih harus mengurus beberapa kontrak kerja sama yang belum rampung didiskusikan kemudian juga soal kantor cabang yang direncanakan akan segera didirikan di beberapa kota di luar negeri. Jimin benar-benar tidak dapat meninggalkan perusahaannya sekarang.
Pun ia mengerti bagaimana Jungkook harus menelan rasa kekecewaannya atas penolakan Jimin terhadap ajakan liburan yang dikatakan calon ayah mertuanya barusan.
Jimin meraih gagang telepon yang terletak di atas meja kerjanya. Menekan angka satu dan tidak perlu waktu lama terdengar suara lembut seseorang diseberang sana yang berucap dengan penuh rasa hormat.
"Ada yang bisa saya bantu, Tuan Park?" Sahut sekretaris pribadinya di ujung sana.
Jimin menghembus napas kasar.
"Bisa kau atur ulang jadwalku hari ini. Pastikan semua pekerjaanku selesai sebelum jam makan malam."
.
.
.
.
.
.
.
.Tok
Tok
Tok
Ceklek
"Malam, Eomma." Sapa Jimin dengan lengkungan bulan sabit yang menghiasi wajah rupawannya.
"Ah-ada apa gerangan yang membawa menantu tampanku kemari malam-malam begini?" Seorang wanita berparas keibuan membukakan pintu untuk Jimin lalu berucap gembira dengan gaya genit yang dibuat-buat. Mrs. Jeon atau yang biasa dipanggil Eomma oleh Jimin mengedipkan satu matanya. Kegemaran Mrs. Jeon yang sangat dihafal Jimin setiap kali berniat menggoda atau menjahilinya.
"Tentu saja untuk menyambangi anak sulung manismu, Nyonya." Dan sudah biasa pula Jimin membalasnya dengan candaan yang sama.
Sebenarnya Jimin berencana datang lebih cepat tadi, tetapi pekerjaannya sama sekali tidak memberikan celah. Ia sudah berusaha menyelesaikan pekerjaannya secepat mungkin, tapi rupanya ia tetap menghabiskan waktu lebih lama dari yang diharapkannya.
Bahkan sekarang waktu telah menunjukkan pukul sebelas malam. Sungguh waktu yang tidak tepat untuk bertamu, bukan?
Beruntung Mrs. Jeon masih terjaga dan membukakan pintu untuknya meskipun sebenarnya Jimin merasa tidak enak hati karena bertamu di malam selarut ini.
"Eomma, dimana Jungkook?" Tanya Jimin sembari mengekori Mrs. Jeon menuju dapur.
Jimin tidak lagi merasa canggung ketika berada di sekitar keluarga Jeon sebab dirinya sudah lama dianggap sebagai bagian dari keluarga Jeon. Apalagi sejak dulu Jimin memang lebih banyak menghabiskan waktunya bersama keluarga Jeon dibanding keluarganya sendiri yang tinggal di luar negeri.
![](https://img.wattpad.com/cover/148567814-288-k696683.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us (Vkook) END #Wattys2019
Fiksi Penggemar"Aku tidak tahu dia siapa, tapi aku merasa nyaman berada di dekatnya." -Jjk "Waktu itu, aku hanya ingin menolongnya... Tapi sekarang aku tak ingin kehilangannya." -Kth Vkook Taekook BoyxBoy NamjaxNamja Bangtan Yaoi Zoopapp