Naskahnya di gue udah tamat
Jadi, bisa up setiap hari
Kalo ga berhalangan, ya
.
.
.
.
.
.
.
.
.Waktu sudah berlalu cukup lama semenjak Jungkook pergi untuk menyambut kepulangan Taehyung. Akan tetapi, mobil itu masih terparkir apik disana. Di tempat yang sama sebelum mereka berpisah.
Pada kenyataannya, Jimin tidak pernah beranjak pergi dari sana. Ia tidak pernah sedikitpun menyentuh pedal gas. Pun mesin mobilnya telah dimatikan. Hal yang paling jelas menyatakan bahwa masih ada kesulitan bagi sang pria untuk memutuskan pergi ㅡmelepas hatinya.
Jimin membuang napas kasar.
Setidaknya, perasaannya sudah menjadi sedikit lebih baik ㅡwalaupun hatinya tetap hancur.
Katakanlah Jimin gila. Ia sudah cukup hancur dengan kenyataan bahwa Jungkook begitu menantikan kepulangan Taehyung lalu meninggalkannya, tapi ia masih berada disini. Duduk diam di dalam mobil dan mengawasi. Padahal, Jungkook sudah tidak berada dalam jarak pandangnya, tetapi Jimin tetap memutuskan untuk menunggu. Entah mengapa, hati kecilnya berkata bahwa ia harus melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau Jungkook berjalan keluar dari sana bersama dengan Taehyung.
Ia ingin melihat senyuman Jungkook hari itu ㅡuntuk yang terakhir kali.
Setidaknya, ia tahu binar di kedua manik Jungkook yang selalu ia kagumi itu akan kembali bersinar di hadapan Taehyung ㅡkebahagiaannya. Setelah enam bulan ke belakang hanya ada kesedihan tersirat di dalamnya.
Untuk saat ini, Jimin sudah merasa siap jikalau ia harus melihat senyuman Jungkook mengembang dan ditujukan kepada orang lain, bukan dirinya.
Tidak masalah. Apapun demi kebahagiaan Jungkook. Ia akan rela mengorbankan segalanya ㅡbahkan hatinyaㅡ demi melihat sosok yang masih bersemayam di dalam hatinya itu menemukan kembali kebahagiaannya.
Jimin menyalakan layar ponsel yang kemudian memunculkan garis kerutan di dahinya.
Mengapa Jungkook dan Taehyung belum juga keluar?
Seharusnya, pesawat Taehyung sudah mendarat sejak lima belas menit yang lalu. Lantas, mengapa ia belum melihat keduanya berjalan keluar dari bandara?
Jimin mulai membayangkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi ㅡtidak. Mungkin saja, setelah sekian lama tidak bertemu, Jungkook dan Taehyung memutuskan untuk berbincang sesaat di salah satu restoran yang berada di bandara ㅡatau keduanya memang tidak pernah bertemu. Oleh karena itu, Jimin kemudian menekan tombol panggilan pada nomor Jungkook.
Lagi-lagi dahinya berkerut. Panggilannya tersambung, tapi Jungkook tidak mengangkatnya sama sekali. Bahkan Jimin harus beberapa kali melihat kembali layar ponselnya untuk memastikan panggilannya benar-benar tersambung.
Apa Jungkook tidak mendengar dering ponselnya?
Jimin baru akan menyambungkan kembali panggilannya yang terputus akibat terlalu lama diabaikan ketika bola matanya tanpa sengaja menangkap kehadiran sosok yang dianggapnya familiar di kejauhan.
"Bukankah itu Taehyung?"
Untuk sesaat, Jimin menghela napas lega. Saat itu ia masih berpikir kehadiran Taehyung akan disusul oleh kedatangan Jungkook pula. Akan tetapi, Jimin harus menelan bulat-bulat pemikirannya tersebut. Sebab, apa yang dilihat berikutnya justru membuatnya kembali mengerutkan dahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us (Vkook) END #Wattys2019
Fiksi Penggemar"Aku tidak tahu dia siapa, tapi aku merasa nyaman berada di dekatnya." -Jjk "Waktu itu, aku hanya ingin menolongnya... Tapi sekarang aku tak ingin kehilangannya." -Kth Vkook Taekook BoyxBoy NamjaxNamja Bangtan Yaoi Zoopapp