25ㅡ

5.6K 577 29
                                    

Hai

Hehehe

Mau double up ga??











.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.













"Apa kau akan kembali lagi ke kota ini?"

Namjoon bersandar di dekat pintu kamar mandi. Bola matanya memerhatikan gerak-gerik Jimin yang sibuk mengemas pakaian ke dalam koper berukuran sedang miliknya.

Saat ini mereka berada di hotel tempat Jimin menginap. Hari ini pria itu akan kembali ke kota asalnya.

"Entahlah. Aku ragu. Ada banyak pekerjaan yang harus kuurus. Lagipula tujuan utamaku kemari juga sebenarnya karena ada urusan pekerjaan." Jimin selesai meresleting koper lalu memposisikannya berdiri.

"Apa kau berniat berhenti mencariㅡ"

"Kau tahu jawabanku, Hyung."

Namjoon menghela napas disusul kedikan bahu lalu menghampiri Jimin. Berniat membantu menenteng barang bawaan sang sahabat yang tidak terlalu banyak sebenarnya.

"Lantas, Kau akan apa? Maksudku apa rencanamu?" Namjoon bertanya seraya memerhatikan Jimin yang sedang memakai cardigan melapisi kaos putih tipisnya.

"Nah, itu dia. Hyung!!" Namjoon berjengit saat tiba-tiba Jimin meneriaki namanya kelewat heboh.

"Aku butuh bantuanmu!! Kau mau kan?"

Setidaknya Namjoon cukup cerdas untuk mengetahui kata-kata seperti itu suatu saat akan keluar dari mulut Jimin. Dan yaㅡ tebakannya tepat mengenai sasaran.

"Bukan berarti karena kekasihku seorang dokter, aku bisa mendapatkan semua data pasiennya dengan mudah, Jimin. Sudah kukatakan itu kemarin, kan."

"Kau kan cerdas, Hyung. Kau bisa mengajaknya berbicara seperti biasa. Mungkin saja kejadian seperti saat di mobil waktu itu bisa terulang. Toh, katamu, ia bahkan menyebutkan nama pasiennya sendiri dengan gamblang kan? Ya.. walaupun kau tidak yakin siapa nama yang terucap, tapi setidaknya dia menjawab pertanyaanmu."

"Pertanyaan itu keluar tanpa sengaja dari mulutku, Park. Tidak direncanakan bahkan dengan jawaban dari kekasihku sekalipun." Namjoon mengusak rambutnya kasar. Tidak habis pikir dengan pria yang satu ini.

"Lagipula, kau itu mempunyai kuasa. Kau kan bisa membayar orang suruhan untuk menyelidikinya sendiri. Tentu saja dengan catatan jangan sampai mengusik kehidupan kekasihku mentang-mentang salah satu nama pasiennya sama dengan orang yang kau cari. Dan sekali lagi kutegaskan, fakta yang satu itu juga belum tentu kebenarannya." Tambah Namjoon.

"Aku tidak bisa memercayai orang lain, kecuali kau, Hyung." Jimin berkata dengan nada lirih. Kedua bahunya melemas turun.

Melihat bagaimana frustasinya seorang Park Jimin di hadapan matanya, Namjoon pun menarik napas dalam dan membuangnya kasar. Berjalan mendekati sosok Jimin lalu menaruh kedua tangan di bahunya, membuat pria itu kembali menengadahkan kepala memandangi Namjoon.

"Baiklah. Akan aku usahakan. Tapi, dengan satu syarat. Kau harus menerima informasi apapun yang kudapatkan nanti. Meskipun itu kabar buruk."

Jimin tidak mengangguk. Tidak juga menggeleng.

"Satu lagi. Ini... yang terakhir. Jika itu bukan dia, Kau harus menyerah. Mengerti?"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.









Between Us (Vkook) END #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang