Debaran yang Sama

3.8K 403 17
                                    

Hyung, kenapa kulkasnya kosong?” Heran Jungkook yang menemukan lemari pendingin di tempat tinggal yang baru kosong melompong tanpa ada setitik pun jejak makanan disana. Hanya ada minuman dingin. Itupun berupa dua botol air mineral berukuran besar. Kepala Jimin menyembul dari balik sofa ruang tamu mereka. Jimin yang awalnya sibuk mencari keberadaan benda kotak kecil pengendali televisi besar di ruang tamu kemudian mengalihkan perhatiannya pada Jungkook yang menatapnya meminta jawaban.

Ahㅡ aku lupa memberitahumu, Kookie. Rumah ini baru selesai dibangun beberapa bulan yang lalu dan belum pernah sekalipun kutempati, selain ahjumma yang kuberi amanat untuk merawat rumah ini. Jadi yaㅡ aku kelupaan untuk memberitahu ahjumma untuk mengisi kulkas dengan bahan makanan.” Jimin menggaruk tengkuknya. Merasa bodoh sendiri karena ia hanya ingat untuk menyiapkan rumah ini sesempurna mungkin untuk Jungkook, tapi malah melupakan hal kecil seperti menyetok bahan makanan.

Jungkook sebenarnya ingin memarahi Jimin karena sungguh perutnya kelaparan. Sebentar lagi waktu makan siang dan keinginannya untuk memasak makanan untuk mereka berdua seketika hilang saat tak mendapati apapun di dalam lemari pendingin yang nyaris sebesar tubuhnya itu. Akan tetapi, Jungkook melupakan kemarahannya dan justru lebih tertarik pada fakta kalau rumah ini baru selesai dibangun.

Lhoㅡ kukira Hyungㅡ maksudku kita dulu tinggal disini karena kau bilang ini rumah kita.” Jungkook mulai melangkahkan kakinya menghampiri Jimin di ruang tamu yang berada tidak jauh dari dapur.

“Ini memang rumah kita. Kau dan aku dulu merencanakan untuk tinggal disini bersama setelah menikah dan tentu saja setelah rumah ini selesai dibangun.” Jimin berucap santai. Tidak tahu menahu kalau Jungkook sedikit menegang ketika mendengar kata menikah dalam untaian
kalimatnya.

Jungkook segera menyingkirkan kekhawatirannya pada pernyataan Jimin kemudian berkata, “Lhoㅡ tapi kamarku dan kamarmuㅡ“

“Kenapa kamar kita terpisah? Kau sendiri dulu yang meminta untuk membuat dua kamar utama terpisah. Alasannya biar kalau kita bertengkar, kita cukup pisah ranjang, tidak pisah rumah. Kalau kuingat sekarang, itu terdengar konyol sekali. tapi tidak tahu bagaimana aku malah menurutimu begitu saja.”

Jungkook yang telah duduk di samping Jimin kemudian tertunduk. Rasa bersalah itu kembali muncul. Jimin mengingat semua perkataan dan permintaan Jungkook dulu kemudian mengabulkannya, tapi disini hanya Jungkook yang tidak tahu apapun soal masa lalunya. Bahkan untuk perkataannya sendiri pun, Jungkook meragukan bahwa dulu ia pernah berkata seperti itu dan membuat beribu kenangan manis yang begitu membekas di kepala Jimin.

Jimin tidak bodoh untuk tidak menyadari Jungkook yang kembali murung. “Yak, mukamu jelek kalau ditekuk begitu.” Canda Jimin yang kemudian memberikan usakan penuh kasih pada surai hitam legam milik Jungkook.

Jungkook tentu saja tidak terima dikatai jelek. Wajahnya seketika memberengut marah. Jimin yang menyaksikan perubahan wajah Jungkook itupun berusaha sekuat tenaga untuk tidak segera menikahkan Jungkook sekarang juga. Terkadang ia heran, kebaikan apa yang pernah dibuatnya di kehidupan sebelumnya hingga berhasil mendapatkan sosok manis seperti Jungkook sebagai dermaga cintanya.

Kkkkkrruukkkk

Geraman rendah yang bersumber dari perut Jungkook mengalihkan perhatian keduanya. Terutama Jungkook yang kini sukses dihiasi rona merah cerah sepanjang tulang pipi hingga ke daun telinga.

Jimin total dibuat gemas bukan main hingga gelak tawa mengiringi rasa malu Jungkook yang kemudian mendaratkan satu cubitan di pinggang Jimin.

“Kau lapar?” Tanya Jimin yang masih berusaha menahan diri agar tidak tertawa melihat kelucuan sang tunangan. Jungkook hanya bisa mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Jimin. Ia masih merunduk akibat malu karena suara perutnya yang berbunyi sebegitu keras.

“Mau makan diluar?”

Jimin dan Jungkook kini berakhir makan siang di sebuah kedai kecil pinggir jalan dekat pusat kota. Kedai yang katanya merupakan tempat makan favorit Jungkook untuk menghabiskan waktu bersama Jimin di waktu luangnya bekerja di perusahaan selain karena makanan disana benar-benar enak.

Dan yaㅡ nyatanya Jungkook benar-benar menyukai rasa makanan yang tersaji dihadapannya. Bahkan ia sudah menghabiskan dua porsi makanan untuk tiga orang. Jimin sendiri dibuat menggeleng tidak habis pikir dengan selera makan Jungkook.

“Kau memang masih Kookie-ku yang dulu.” Benak Jimin sembari mengelus puncak kepala Jungkook yang masih asyik menikmati makanannya. Jimin sama sekali tidak memesan makanan. Ia hanya memesan segelas teh hijau hangat yang tersisa setengah di dalam gelasnya.

Hyung, kau tidak makan?” Akhirnya Jungkook bersuara setelah sekian menit hanya bergumam asal ketika merasakan kenikmatan makanan yang melewati tenggorokannya. Sebenarnya suara Jungkook agak kurang jelas karena pemuda itu berbicara ketika mulutnya masih penuh dengan makanan, tapi Jimin masih dapat menangkap maksud perkataannya.

“Aku sudah kenyang melihatmu makan. Ayo, habiskan semuanya.” Tutur Jimin. Gemas sendiri melihat kedua bola mata bulat Jungkook yang menatapnya penasaran.

Pikir Jimin, Jungkook akan menyuapkan satu sendok penuh nasi dengan lauk pauk itu ke dalam mulutnya, tapi ternyata dugaannya salah. Jungkook malah menyodorkan sendok makanan tersebut ke arahnya. Bergumam “Aaa~“ panjang dan berniat menyuapi Jimin.

“Tidak usah, Kookie. Aku tidak lapar.” Tolak Jimin halus sekali. Ia memutar balik arah sendok yang diarahkan Jungkook padanya hanya untuk mendapatkan sebuah gelengan kuat dan dehaman tidak suka dari Jungkook.

Hyung, tidak makan. Maka aku juga tidak.”

“Oh ayolah, kau sudah makan banyak daritadi.” Ingin rasanya Jimin berkata demikian, tapi ia urungkan karena takut Jungkook merajuk karena marah.

“Ayo, aaa~“ Jungkook kembali menyodorkan sendok itu kearahnya. Tubuhnya sedikit dimajukan agar lebih mudah menyuapi Jimin.

“Baiklah, kalau kau memaksa.” Jungkook tersenyum sumringah mendengar penuturan Jimin.

Kemudian ia memajukan tubuhnya sedikit lebih jauh agar uluran sendoknya dapat mencapai mulut Jimin. Namun, yang terjadi selanjutnya justru membuat tubuh Jungkook seketika mematung dengan kedua mata berkedip bingung.

Cup

Bukannya menerima uluran sendok dari Jungkook yang berniat menyuapinya makanan, Jimin justru mengganti jatah makanannya dengan meraup bibir Jungkook. Meskipun hanya berupa kecupan singkat, tapi hal itu sukses membuat Jungkook tidak berkutik dengan mata membelalak tidak percaya. Sementara Jimin dengan santainya kembali duduk dengan tegap di kursinya lalu menerima sodoran makanan dari Jungkook dan mengunyahnya seolah tidak terjadi apa-apa.

Gelanyar aneh membekas di dadanya. Menyisakan kinerja jantung Jungkook yang meningkat dua kali lebih cepat seiring dengan wajahnya yang memanas.

Pada saat itulah Jungkook merasakannya. Merasakan debaran samar yang sering terjadi setiap kali ia berada di dekat Taehyung.

Namun, kali ini berbeda. Sebab, Jimin lah yang sukses membuatnya merasakan debaran hebat itu kembali.

TBC

Sini kutepati janji untuk double up:))

Vomment say
💜💜💜💜

Between Us (Vkook) END #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang