Di Rumah Sakit...

5.3K 606 25
                                    

Kemaren ketiduran:')

Baru bisa update sekarang:')












Masih suka kan sama ceritanya:')??









.

.

.

.

.























Jungkook menepuk kedua tangannya seraya memandangi penjuru ruang tamu dan dapur. Tersenyum puas melihat kerja kerasnya selama tiga puluh menit untuk membenahi kekacauan yang ada. Kini kedua ruangan itu nampak bersih mengkilap, tanpa noda atau jejak debu sedikitpun. Bahkan di mata Jungkook, mereka tampak berkilauan bak iklan-iklan cairan pembersih yang sering ia lihat di televisi.

"Baiklah. Sekarang giliran ruang kerja Taehyung."

Ia pun bergegas meniti anak tangga. Sedikit mempercepat langkahnya menuju ruangan yang ia anggap sebagai bagian vital di rumah ini sebab Taehyung begitu sensitif pada siapapun yang berani menginjakan kaki dan mengacau disana. Bahkan dulu, ketika bulan pertama tinggal dengan Taehyung, pria itu pernah nyaris menyembelihnya hidup-hidup hanya karena masuk ke dalamnya didorong rasa penasaran.

Baginya, wajar saja jika Taehyung bersikap seperti itu. Apalagi ruangan itu berisi berkas-berkas penting perusahaan ㅡkurang lebih sama fungsinya seperti ruangan Taehyung di gedung perusahaannya. Akan terasa mengkhawatirkan kalau orang lain yang tidak memiliki kepentingan masuk dan dengan sengaja maupun tidak sengaja menghilangkan, membawa satu atau dua map-map tebal tersebut. Semua itu menyangkut keberlangsungan perusahaan.

Jungkook telah sampai di muka pintu. Tanpa perlu mengetuk seperti biasanya, ia langsung saja meraih gagang pintu dan memutarnya. Toh, Taehyung berada di kantornya. Hanya ada ia seorang di rumah ini.

Setibanya Jungkook di dalam, ia dibuat terperangah saat melihat betapa kacaunya kondisi di dalam sana. Kertas berserakan, dua gelas berisi ampas kopi hitam tergeletak percuma di atas meja, berbagai jenis alat tulis yang bertebaran, dan beberapa bulatan kertas teronggok di lantai seperti habis terjadi hujan bola kertas disana. Entah apa yang pria itu lakukan disini semalam.

Jungkook menghela napas teramat panjang.

"Aku bersyukur ruangan ini tidak sebesar ruang kerjanya di perusahaan." Jungkook meringis kemudian mulai membungkuk memunguti sampah-sampah kertas di lantai.

Jungkook berniat membersihkannya secara bertahap. Pertama ia akan menyingkirkan semua sampah ㅡbenda-benda yang tidak diperlukanㅡ baru kemudian mengurus kekacauan pada singgasana sang presdir bermarga Kim tersebut.

Pada pungutan sampah kelima, ponsel yang berada di saku celananya bergetar. Ada panggilan masuk.

Jungkook pun kembali menegakkan tubuhnya. Merogoh saku lalu mengambil ponsel dan mengapitnya diantara bahu dan telinga. Ia kembali melanjutkan kegiatan sebelumnya ㅡbersih-bersih.

"Halo, Hyung." Sapanya pada seseorang diujung sana yang tidak lain adalah Taehyung.

"Kenapa suaramu seperti sedang ditekan?" Bukannya menjawab, Taehyung malah mengajukan pertanyaan.

"Ahㅡ bukan apa-apa. Aku hanya sedang membereskan kekacauan." Balas Jungkook dengan menekan kata 'kekacauan' bermaksud menyindir sang pemilik ruangan.

Namun, Taehyung tidak terlalu ambil pusing. Hanya berkata "Oh." Panjang tanpa mengerti maksud tersirat dibalik perkataan Jungkook. Beralih melanjutkan maksudnya menelepon Jungkook.

"Kau ingat kan hari ini ada jadwal check up?"

Jungkook menghela napas kasar. Mulai tidak suka dengan pokok bahasan mereka kali ini lalu berlanjut menjawab dengan dehaman singkat.

Yahㅡ untuk kali ini Taehyung mengerti ketidaksukaan Jungkook terhadap pertanyaannya.

"Jangan memulai, Jeon." Taehyung mengingatkan. Suaranya terdengar setengah frustasi.

"Aku bahkan tidak mengatakan apapun, Hyung." Terdengar kasar memang, tapi Jungkook tidak bermaksud untuk membantah ataupun memulai perdebatan disini.

"Pukul berapa kau akan pergi? Biar ku hubungi Seokjin-hyungㅡ"

"Tidak usah. Biar aku saja. Kau lanjutkan saja pekerjaanmu. Jangan khawatirkan aku." Helaan napas terdengar diujung telepon.

"Baiklah. Hubungi aku jika kau sudah selesai. Ada sesuatu yang harus kubicarakan."

.

.

.

.

.

















Namjoon berjalan menyusuri lorong panjang ㅡbangsal rumah sakit. Sesekali melihat beberapa perawat yang berlalu lalang di sekitarnya. Sesuai janjinya dengan Seokjin kemarin, hari ini ia datang untuk menghabiskan hari terakhirnya bersama sang kekasih. Menghabiskan waktu makan siang bersama di ruangan pribadi Seokjin ditemani masakan kesukaan buatan pujaan hati. Hal itu sudah lebih dari cukup bagi Namjoon.

Hanya butuh beberapa menit dari pintu masuk utama, Namjoon sudah dapat melihat pintu ruangan pribadi Seokjin. Berjarak sekitar dua puluh meter dari tempatnya berdiri saat ini. Hanya tinggal beberapa langkah lagi ia sampai di tujuan utamanya.

Sebelum itu, Namjoon melirik jam tangannya. Terlalu cepat sepuluh menit dari waktu janji mereka. Salahkan pada dirinya sendiri yang begitu menantikan waktu makan siang bersama tersebut. Hingga tanpa sadar pergi terlalu awal. Namjoon pun meyakini pasien yang disebutkan Seokjin kemarin masih berada di dalam. Tentu saja Namjoon tidak mungkin menerobos masuk tanpa permisi. Oleh karena itu, Ia bermaksud duduk terlebih dahulu di kursi tunggu tepat di dinding yang berhadapan dengan pintu masuk ruangan Seokjin.

Baru saja dirinya melangkah ke arah deretan kursi besi panjang, ia mendengar suara daun pintu terbuka dari arah ruangan Seokjin. Ia pun refleks menoleh. Berharap mendapatkan sosok Seokjin berdiri dihadapannya dengan senyum manis sebagai sambutan.

Namun, bukan sosok berjubah putih panjang yang ia dapatkan, justru pemandangan seorang pemuda berbalut pakaian hitam bertudung yang keluar dari dalam ruangan Seokjin.

"Ahㅡ Mungkin itu pasien yang dimaksud Seokjin." Pikir Namjoon seraya menganggukan kepala.

Awalnya ia hendak membiarkan sosok tersebut menyingkir dari depan pintu kemudian barulah ia masuk ke dalam. Namun, gerakannya terhenti tatkala pemuda bertubuh tidak lebih tinggi darinya tapi lebih berisi tersebut memutar kepala ke arahnya. Memberikan tundukan singkat sebagai tanda hormat disertai senyuman ramah sebagai sapaan kemudian menaikkan tudung menutupi setengah wajah.

Namjoon total membeku. Sekujur tubuhnya menegang kaku seperti baru saja melihat hantu. Kedua matanya mengerjap tidak percaya beserta kedua mulutnya yang menganga lebar persis seperti orang bodoh.

Ia terlampau kaget atas apa yang dilihatnya barusan.

"Jungkook?" Ia bahkan tidak sadar saat satu nama itu lolos.

Sontak, pemuda itu menghentikan derap kakinya. Memutar tubuh menghadap Namjoon dan menatapnya penuh tanya.

"Permisi... apa kau baru saja memanggilku?"





TBC


Gimana??

Vomment ya
🙏🙏🙏🙏

Between Us (Vkook) END #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang