His Feeling

10.2K 1.1K 22
                                    

Jungkook baru saja selesai berpakaian. Mengancingi kemeja biru laut miliknya kemudian menyibak gorden yang menutupinya sebelumnya.

"Jadi, bagaimana? Apa ada perkembangan?" Tanya seorang pria berjas putih panjang dengan stetoskop melingkar di leher. Sebuah name tag terpampang dibagian kiri atas saku. Menampilkan gabungan huruf bertuliskan, "Kim Seokjin."

Jungkook menggeleng sebagai jawaban setelah menarik satu buah kursi yang berhadapan dengan Seokjin.

"Apa benda-benda ini tidak membuatmu mengingat sesuatu?"

Jungkook mengalihkan matanya pada beberapa barang yang tergeletak diatas meja. Sehelai baju yang terkoyak di beberapa bagian, cincin emas dengan susunan angka di bagian dalam, dan sapu tangan putih bertuliskan namanya.

"Percuma, Hyung. Kita sudah membicarakan ini sebelumnya." Jungkook mendesah tak suka.

"Jungkook-ah, dengarkan aku. Apa kau tidak mau ingatanmu kembali?" Jungkook tidak menjawab hanya diam menunduk memandangi barang-barang yang tersisa dari dirinya yang lama.

"Kau harus menumbuhkan keinginan untuk sembuh. Jika tidak, semua yang kita lakukan sia-sia."

Jungkook masih bungkam dengan jemari memainkan ujung pakaiannya yang terkoyak tersebut.

"Taehyung, memercayakanmu padaku dan memintaku untuk memulihkan kondisimu, bukan tanpa sebab. Niatnya baik, Jungkook. Dia hanya ingin agar kau sembuh dan kembali pada keluargamu yang sesungguhnya di luar sana. Mereka pasti mencarimu saat ini."

"Kalau mereka memang mencariku dengan sungguh-sungguh, seharusnya mereka sudah menemukanku sejak lama..." Jungkook bergumam kecil, tapi Seokjin masih dapat menangkap dengan jelas semua perkataannya.

Seokjin menghela napas panjang. Ia lelah karena pembicaraan ini tidak akan pernah selesai dengan Jungkook. Beberapa bulan belakangan ㅡsekitar dua bulanㅡ Jungkook mulai berubah menjadi pribadi yang keras kepala. Padahal pada awal mereka bertemu dan melakukan terapi, Seokjin dapat melihat pancaran antusias dari kedua mata Jungkook untuk kesembuhannya. Saat itu pria itu begitu ingin mendapatkan ingatannya kembali.

"Ini catatan kesehatanmu. Berikan pada Taehyung dan katakan padanya kalau kondisi tulang punggungmu sudah mulai membaik. Efek benturan di kepala mu waktu itu juga tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan serius, hanya kusarankan kau jangan terlalu banyak pikiran. Jangan melakukan hal-hal berat yang membebani punggungmu. Mengerti?"

Jungkook menerima uluran berkas riwayat pasien dari Seokjin kemudian mengangguk patuh. Mengambil jaket hitamnya yang tersampir pada sandaran kursi dan mulai memakainya. Tanpa banyak berkata, menunduk sopan pada Seokjin dan berlalu pergi.












.
.
.
.
.
















Taehyung tengah sibuk menelaah beberapa berkas di tangannya saat tiba-tiba ponselnya berdering di atas meja.

"Halo, Seokjin-hyung."

Diseberang sana Seokjin membalas, "Apa aku mengganggumu?"

"Tidak. Katakan saja hasil pemeriksaan Jungkook, Hyung. Aku selalu punya waktu untuk mendengarkan." Taehyung menggeleng seolah Seokjin dapat melihat gerakannya.

Taehyung mendengar helaan napas Seokjin. "Sepertinya Jungkook sudah kehilangan kemauannya untuk sembuh. Semuanya tidak akan berguna kalau dari dirinya sendiri saja tidak ada kemauan. Hanya buang-buang waktu."

Kali ini Taehyung yang menghela napas. Menjatuhkan diri pada sandaran singgasananya.

"Padahal kami sudah membahas soal ini semalam. Aku sudah tidak tahu lagi bagaimana harus membujuknya, Hyung."

"Boleh aku bertanya satu hal padamu?"

Taehyung berdeham mengiyakan. Terlalu malas hanya untuk berucap.

"Apa yang akan kau lakukan jika suatu saat nanti ingatan Jungkook benar-benar kembali? Apa yang akan kau lakukan jika Jungkook kembali pada keluarganya dan meninggalkanmu?"

Taehyung terdiam. Menatap langit-langit ruangan kerjanya dengan tatapan kosong.

"Apa kau yakin akan benar-benar melepaskannya jika saat itu tiba?" Seokjin kembali bertanya.

"Entahlah, Hyung. Aku... tidak tahu." Suaranya melirih.

"Aku sudah mengenalmu cukup lama, Kim Taehyung. Tidak buta untuk mengetahui betapa kau menganggap Jungkook begitu istimewa dalam hidupmu. Aku tahu dia berharga untukmu. Sangat berharga sampai membuatmu rela melakukan apapun untuknya."

Taehyung tidak membantah sama sekali.

"Aku akan katakan ini bukan sebagai seorang dokter, melainkan sebagai seorang teman. Aku ingin kau mempertimbangkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada hubungan kalian ke depannya. Perasaan ditinggalkan itu sangat menyakitkan, Taehyung."

Taehyung memejamkan matanya. Masih enggan untuk membuka suara.

"Sebelum kau menemukan Jungkook, pria itu pasti punya kisah hidupnya sendiri. Kesehariannya, teman-temannya, atau mungkin bahkan ia sudah mempunyai ikatan hubungan dengan seseorang. Kita tidak pernah tahu bagaimana kehidupan Jungkook sebelum bertemu denganmu."

Seokjin terus berbicara. Tidak peduli walau ada kemungkinan Taehyung tidak mendengarkannya sekalipun.

"Aku tahu kau mempunyai perasaan lebih padanya. Kau menaruh hati padanya."
Taehyung mengepalkan tangannya dalam diam.

"Pikirkan lagi, Taehyung. Pikirkan lagi apa yang sebenarnya kau inginkan. Bukan memikirkan bagaimana kehidupan Jungkook ke depannya, tapi memikirkan bagaimana perasaan dan hubunganmu dengannya."

"Aku tahu, Hyung. Aku tahu..." Akhirnya Taehyung bersuara.

Meski tidak saling bertatap muka, tapi Seokjin dapat membayangkan betapa kacaunya wajah Taehyung saat ini.

"Aku hanya... aku hanya tidak ingin menjadi egois."


TBC





Masih suka kan? Hehe

Maaf yah kemaleman up nya

Iya, sengaja pendek
Soalnya setelah dilihat-lihat konfliknya ga seribet yang gue kira dan kemungkinan besar bakalan cepet selesai wkwk

Jadi ya... Sengaja saja deh dipendekin tiap chap

Biar makin penasaran juga kan wkwk

Oh iya mau ngasih tahu

Ini... Bukan cuma vkook ya 😏😏

Vomment cuy
👇👇👇

Between Us (Vkook) END #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang