Part 9

2.3K 195 17
                                    

Pintu gereja terbuka lebar. Di sana, Ra In berdiri dengan gaun berwarna putih. Kedua tangannya memegangi sebuket bunga mawar putih dengan mahkota yang terbuat dari beberapa tangkai bunga yang dirangkai apik untuk menghiasi kepalanya.

Cantik.

Elegan.

Sederhana.

Kyuhyun yang sudah berada di altar hanya bisa diam tak berkedip melihat Ra In yang melangkah anggun ke arahnya dengan senyuman yang mengembang di wajahnya.

Tidak ada pesta megah, tidak ada tamu undangan yang jumlahnya tak terhitung, tidak ada gedung mewah, tidak ada. Hanya kesederhanaan, dengan beberapa orang terdekat saja.

Ra In berbeda dengan orang yang bergelimang harta lain. Mungkin, Ra In memang konglomerat muda yang sukses. Tapi di sisi lain, dia juga wanita yang sederhana.

Kyuhyun ingat, biasanya, orang kaya akan memiliki banyak koleksi tas, sepatu, mobil, berlian, dan koleksi barang mahal lainnya. Tapi Ra In tidak, Ra In pernah mengajak Kyuhyun untuk membeli sebuah tas di sebuah toko tas yang ada di pinggir jalan. Dan yang membuat Kyuhyun tercengang, nominal harga tas yang Ra In pilih sangat murah.

"Tas mahal ataupun murah, fungsinya sama, namanya pun sama, tas,"

Itulah jawaban Ra In saat Kyuhyun bertanya. Napas Kyuhyun serasa terhenti kala Ra In kini berdiri tepat di hadapannya dengan senyum tulus yang terukir di wajahnya.

"Waeyo?" tanya Ra In berbisik yang terdengar oleh Kyuhyun.

"Cantik," gumam Kyuhyun tak lepas memandang Ra In dalam.

"Sudah sejak dulu," jawab Ra In yang mampu mengukir senyuman kecil di wajah Kyuhyun. Tapi senyuman itu tak bertahan lama kala ingatannya kembali pada tujuan awal dirinya yang seharusnya berada di rumah sakit untuk menemani So Hee.

***

So Hee berdiri beberapa langkah dari pintu ruangannya. Dengan memegang tiang penyangga infus, So Hee menoleh sesekali ke arah pintu masuk berharap Kyuhyun akan datang. Tapi tidak ada, sudah hampir tiga jam So Hee menunggu Kedatangan Kyuhyun. Yang ada hanya perawat dan pasien lain serta keluarga yang berlalu lalang melewatinya.

Saat So Hee memutuskan hendak kembali ke kamarnya. Seorang laki-laki yang melewatinya tanpa sengaja menjatuhkan sesuatu dari dalam saku celananya saat ia tengah mengambil ponselnya dan terlihat tengah menghubungi seseorang. So Hee yang melihat langsung mendekat untuk mengambil benda kecil yang lebih mirip dengan USB itu.

Saat So Hee menoleh, laki-laki itu sudah berbelok sambil berbicara dengan seseorang lewat ponsel.

"Tunggu!" seolah paham jika laki-laki itu tidak mungkin mendengar suaranya. So Hee mendorong tiang infusnya dan melangkah untuk menyusul laki-laki barusan.

"Maaf, tunggu sebentar,"

So Hee masih berusaha memanggil si laki-laki yang kini melangkahkan kakinya ke arah lift. So Hee mempercepat langkahnya agar bisa sampai di depan lift.

"Tunggu sebentar,"

Cegah So Hee akhirnya saat ia berhasil mencegah pintu lift yang akan tertutup. Laki-laki itu terkejut dengan So Hee yang tampak kelelahan dan menahan pintu lift.

"Maaf, kau menjatuhkan ini," So Hee menyerahkan sebuah USB kecil itu pada laki-laki di depannya.

"Aku akan menelpon mu lagi nanti," putus si laki-laki lalu mematikan sambungan telponnya. Si laki-laki langsung otomatis mengecek saku celananya saat melihat USB yang di tunjukkan oleh wanita di hadapannya.

To Let You Go (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang