FL.59

245 13 19
                                    

Dirla menunggu kepulangan Barend di depan rumahnya, dia duduk di teras rumah sambil memandangi langit yang penuh bintang. "Kamu bisa sakit kalau terus di luar" Davian datang sambil memberikan selimut untuk menutupi tubuh Dirla. Dia mulai duduk di samping Dirla. "Barend sangat baik, aku sangat egois. Saat aku main dengan Darrel, dia selalu menceritakan Barend, terlihat dia sangat bangga terhadap babanya. Aku iri dengannya". Dirla tidak melihat ke arah Davian dan tidak ingin melihatnya.

"Apa kamu bahagia dengannya? Aku, aku sangat merindukan kamu. Aku minta maaf karna sudah terlalu banyak menyakiti kamu dan enggak pernah menuruti perkataan kamu" Davian memberanikan diri memegang tangan Dirla yang masih saja terdiam, di taruh tangan Dirla di pipinya. "Aku rindu sentuhan hangat kamu, kamu itu segalanya Dir. Hanya kamu yang aku punya, kamu bagaikan penopang hidupku. Maafin aku, aku minta maaf atas semua kesalahan aku, aku ga ada hubungan apapun sama Samantha, dia adik bagiku dan kamu pemilik hatiku".

"Dua tahun, hidup aku hampa Dir. Aku mencari kamu semampuku, aku tinggalkan semua perusahaan dan fokus mencari kalian berdua. Tapi kenapa kamu dengan sangat rapih bersembunyi dari aku, jangan kabur lagi Dir, bilang sama aku apapun yang sedang kamu rasain, aku akan meninggalkan semua perusahaan aku dan menetap disini untuk kamu. Atau kita ke Indonesia, kita tinggalkan kekayaan kita dan hidup seperti orang biasa, aku akan nurutin mau kamu. Aku cinta sama kamu, aku sangat mencintai kamu Dir, aku mohon jangan pernah pergi dari aku".

Dirla yang sejak awal menahan air matanya, kini sudah tidak tertahankan lagi. Dia menatap Davian yang kini sudah berjongkok di hadapannya sambil memegangi tangan Dirla dengan air mata yang mengalir. Di usap kepala Davian dengan lembut dan turun kerahang pria itu. "Kenapa kamu jadi kurus seperti ini Dav? Kenapa kamu tidak kerumah sakit secara teratur? Seharusnya kamu lebih memperhatikan kondisi kamu". Davian menatap Dirla, ada perasaan senang saat Dirla memerhatikannya. "Aku butuh kamu Dirla".

"Dav, di dekat kamu penuh resiko. Aku takut hal buruk terjadi sama Darrel, aku takut keluarga aku akan kena imbas dari hubungan kita" Davian menggelengkan kepalanya, dia sadar kalau Dirla mendapatkan masalah karnanya. "Aku minta maaf soal itu, aku akan menambah pengawalan ekstra untuk kamu dan keluarga kamu. Aku sadar semua karna aku, aku sadar itu Dirl. Tapi sulit selama ini hidup tanpa kamu, aku lebih baik mati Dirl, aku ingin mati saat itu juga. Aku lebih baik mati dari pada harus jauh dari kamu".

"Kamu fikir mudah hidupku selama ini Dav? Akupun sulit tanpa kamu, aku berusaha kuat demi Darrel dan Barend membantuku untuk bangkit lagi Dav. Posisi kamu masih tetap sama Dav di hati aku, tapi aku ga bisa memilih antara kamu dan Barend. Dia sangat baik sama aku dan Darrel, aku ga bisa pergi ninggalin dia Dav. Bersamanya mengingatkan aku akan kebahagiaan kecilku saat ada Rahezal, aku harus bagaimana sekarang Dav?". Davian membingkai wajah Dirla yang sudah menangis di hadapannya.

"Aku akan memohon sama Barend untuk menyerahkan kamu ke aku, aku akan bersujud di hadapannya untuk kamu. Aku akan memberikan apapun padanya agar kamu bisa kembali padaku, aku mau kamu dan hanya kamu Dirla. Kamu dan Darrel, aku akan bersujud padanya Dirl, aku akan melakukan itu" Dirla memeluk Davian dengan erat, mereka menangis bersama. Dirlapun sangat merindukannya, merindukan segala tentang Davian.

"Kalian bisa bersama, jangan fikirkan aku" Dirla melepaskan pelukannya saat mendengar perkataan pria yang sedang dia tunggu. Barend mendekat ke Dirla dan menghapus air matanya "Jangan menangis karna merasa tidak enak denganku, kalian saling mencintai dan aku akan merekalan kalian untuk bersama. Apapun untuk kamu bahagia Dir, kamu pernah bilang kalau kamu sangat mencintai suami kamu dan sekarang waktunya kalian bersama lagi" Barend melepaskan cincin yang pernah dia pakaikan di jari Dirla dan menggantinya dengan cincin yang dia temukan di kamar Dirla.

"Seharusnya cincin ini yang sejak awal berada di jari manis kamu, jangan pernah melepaskan cincin pernikahan kamu dan Davian. Aku tak apa Dir, sungguh baik-baik aja kalau kalian kembali bersama, im fine" Dirla langsung memeluk Barend sambil menangis, dia meluapkan emosinya dalam tangisannya. Dia merasa bersalah dengan Barend, dia tau kalau Barend pasti akan terluka karnanya. "Maafin aku Bar, aku minta maaf".

Forbidden Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang