FL.61

236 9 17
                                    

Dirla memcoba membujuk Barend agar dia dan Darrel tidak ikut ke London, tapi Barend tidak menerima bantahan. "Aku ga akan ikut" kekeh Dirla, Barend terlihat menahan kesalnya dengan sifat Dirla yang sangat keras kepala. "Kamu adik yang kejam Dir, tiga tahun, tiga tahun kamu ga mengunjungi kak Hezal dan ga memperkenalkan anak kamu ke dia. setidaknya semua ini demi Rahezal" Dirla terdiam memikirkan perkataan Barend. "Besok pagi kita berangkat, bersiaplah".

"Baba, apa kita akan naik pesawat? Apa yang mengendarainya uncle Rolan?" Barend mengsejajarkan tubuhnya dengan Darrel. "Iya, tapi baba tidak tau apa uncle kamu yang mengendarain pesawatnya. Sekarang Darrel cuci muka, sikat gigi dan tidur, go go go" barend menggandeng tangan Darrel sambil berlari kecil menuju kamar mandi. Sedangkan Dirla terduduk di ruang tamu, membayangkan apa yang akan terjadi saat dia kembali ke London. "Demi kak Hezal, semua akan baik-baik aja Dirla"Dirla terus menguwati hatinya.

                              ➰➰➰

Geo dan Arysty tidak bisa mengantar mereka ke bandara, lantaran Arysty sedang menemani Geo di Amsterdam. "Bisa kita balik lagi kerumah Bar?" tanya Dirla, dia terus mengekor Barend yang tengah menggendong Darrel dan menarik koper. "Bisa kamu diam? Ikut aku dengan tenang oke, aku akan menjaga kamu dan kamu ga usah takut hal buruk terjadi sama kamu dan Darrel". Dirla menghentakkan kakinya karna kesal, berbeda dengan Darrel yang tengah sibuk memandangi pesawat dari kejauhan.

"Mrs.Akran and Mr. Clementius, saya di tugaskan oleh Mr. Atmadeva untuk mengantar anda sampai London, mari ikut saya" seorang pilot menghampiri Dirla dan Barend.  "Sebentar,  kamu bilang sama uncle Arga kalo kita mau ke London? " Barend mengagguk dan mengikuti langkah sang pilot,  sedangkan Dirla terlihat kesal. 

"Ini pesawat pribadi milik keluarga Atmadeva, saya akan membawa kalian sampai London dengan selamat, silahkan masuk Mr" Barend dengan senyuman lebarnya menaiki tangga menuju Pesawat besar dengan lambang Atmadeva disana. "Baba,,, kita mau telbang tinggi" pramugari mengarahkan mereka menuju tempat yang sudah disiapkan.  "Sudahlah Dir, aku harus melaporlan apapun yang kamu lakuin ke uncle kamu, jadi aku bilang sama dia kalau kita mau ke London". Dirla tak menjawab perkataan Barend,  dia hanya dia sambil menyilakan tangannya.

Darrel sangat di manja oleh Arga,  lantara di dalam pesawat dia menyediakan tempat bermain untuk Darrel. Barend sempat di buat kesal dengan sikap Dirla, tapi kini dia menghampiri wanita itu dan memeluknya. "Mau sampai kapan ngambek sama aku, udah dong nanti makin jelek loh Dir" ledeknya yang masih tetap memeluk Dirla. "Bar, bisa ga kamu puter balik arah pesawatnya, kita pulang ke swiss" mohon Dirla dengan tatapan memohon. 

"Tidak boleh memutar balik kendaraan seenaknya, bersiaplah kita akan segera sampai" di kecup pipi Dirla dan mereka siap untuk turun dari pesawat. Barend tak melepas tangan Dirla saat mereka mulai turun dari pesawat, terlihat ada beberapa Bodyguard yang mengarahkannya untuk masuk kedalam mobil. "Tolong antar saya ke alamat ini ya" Dirla menunjukkan alamat hotel milih Rahezal. "Siap Mrs" mereka melakukan perjalanan dengan beberapa pengawalan yang cukup ekstra. 

                                  ➰➰➰

Davian masih di sibukkan dengan beberapa pekerjaan dan tentunya Sean membatu agar semua pekerjaannya selesai dengan cepat. "Kapan kamu akan menghampirinya? " tanya Sean, selama beberapa minggu ini  Davian benar-benar menggila. Davian tak segan-segan menembak musuhnya di tempat agar Dirla dan keluarganya aman. "Belum waktunya, aku akan menjemput mereka saat semuanya selesai" Davian mengusap figura yang ada di mejanya dengan wajah sedih "Aku sangat merindukan kalian".

Sean sangat mengerti bagaimana kerinduan Davian akan dua orang yang di cintainya, mereka berharga bagi Davian maka dari itu dia ingin selalu menjaganya. Terdengar suara telfon milik Sean, Seanpun agak menjauh dari Davian untuk mengangkat panggilan itu. "Apa?  Oke, terus awasi mereka" ucapnya pada seseorang dalam telfon dan kembali lagi menemui Davian. "Mereka disini, di London" Davian yang tadinya sedang memeriksa berkas kini dia menatap Sean yang sedang memperlihatkan sebuah foto dari handphonenya. 

Forbidden Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang