Chapter 8

30.5K 3.1K 0
                                    

Tidur dengan Rhys?

Tidur?

Aku dan Rhys?

Apa itu maksudnya kami akan ....

“Apa yang otak kotormu pikirkan, hmm?” Rhys mendorong keningku dengan jari telunjuknya. “Tidur, bukan tidur seperti yang kau pikirkan.”

Dia sungguh tahu apa yang ada dipikiranku? Hebat sekali. Sekarang bibirnya sudah menjauh dari bibirku. Saat dia menuding dahiku menggunakan telunjuknya itu, kami tidak sedekat nadi lagi.

Tidur yang bukan tidur seperti apa yang semestinya kupikirkan? Aneh sekali prinsip cara kerjanya.

“Kapan itu?” tanyaku tanpa menatapnya. Fokusku ke langit-langit kamar yang warna catnya mulai memudar.

“Kapan pun aku menginginkannya.”

Tidak adil sekali.

“Kita jadi pergi?” Cemasku kalau-kalau dia akan menelanjangiku di sini. Alihkan dia atau otakku yang mesum terus berpikir seputar hal yang mustahil dan menjijikkan.

“Diskusi kita belum selesai.”

Oh, belum? Kupikir malah tidak ada diskusi, sebab dia tidak meminta pendapatku sama sekali, apalagi mengajakku bertukar pikiran.

“Ada yang lain?”

“Kita tidak jadi pergi,” jawabnya santai, duduk tenang dipinggir tempat tidur.

“Kenapa?”

“Ada yang harus kau lakukan.”

Dia mempermainkanku. Begitu rupanya. Mungkin ini termasuk salah satu cara kerjanya.

“Apa itu?”

“Masuklah ke ruang makan. Semua orang saat ini sedang menunggumu.”

Sial!

Padahal aku menghindari acara sarapan bersama setiap pagi. Malah selalu berulah sampai rela dihukum hanya demi tidak semeja dengan mereka semua.

“Rhys—”

“Jangan membantahku,” sela Rhys. Memang tetap tenang, tapi nadanya tidak enak didengar.

“Okay. Aku pergi. Tapi, kau akan melindungiku dari mereka, 'kan?” Tanganku masih di gagang pintu, menoleh hanya untuk menanyakan hal itu.


“Kau lupa cara kerjanya?”

Tentu saja aku ingat. Sangat ingat, bahkan.

“Ambillah bayaranmu sekarang,” kataku. Seperti bukan pasrah, tapi menantang. Apa yang kucari? Perlindungan, tentu saja. Memangnya apalagi?

Rhys tersenyum sinis dalam hitungan detik. Sekejap hilang.

“Hukuman dan bayaran, lalu satu perlindungan.”

Aku tahu dia ingin memastikan bahwa aku paham sepenuhnya.

“Ya. Ambil bayaranmu dan hukumlah aku sekarang.” Sefrustrasi itulah aku tentang kondisi di mana ketika waktunya tiba untuk sarapan bersama setiap pagi dengan seluruh anggota keluarga dan para tamu.

𝐓𝐇𝐄 𝐄𝐗 𝐁𝐑𝐎𝐓𝐇𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang