Chapter 11

24.4K 2.4K 2
                                    

Menunggu bahkan tidak sampai sepuluh menit, Rhys tidak mengejutkanku lagi saat dia masuk ke kamarku tanpa perlu mengetuk pintu.

Rhys punya kunci pintu kamarku.

“Buka bajumu.”

Terang-terangan sekali, ya? Apa boleh dia menakuti-nakutiku seperti itu? Terlambat untuk menarik kembali semua perjanjian yang telah kusetujui. Toh, hanya kami berdua yang tahu soal ini, bukan? Tapi ....

“Tidak siap membayar sisa utangmu padaku?”

Kutatap dia yang sekarang duduk di sisi tempat tidur. Rasanya baru kemarin kami berada cukup jauh, satu sama lain. Baru beberapa waktu lalu dia bahkan tidak menganggapku ada di keluarga ini.

Sekarang, kami sedekat nadi. Berbagi bibir, sentuhan dan ....

Kecupan mendarat di leherku. Gerakan spontan yang bahkan tidak sempat membuatku mengerjap. Kapan Rhys tiba di sana? Rasanya baru sedetik lalu kami saling tatap.

“Kau gemetaran.”

“Wajar. Kakakku menciumku. Akan bercinta denganku. Apa itu hal normal yang boleh terjadi?”

Rhys terkekeh, tapi masih di leherku. Napasnya terasa panas, menyenangkan di sepanjang kulitku.

“Akhirnya, kau menyuarakan semua itu tanpa ragu-ragu.”

“Aku takut, bukannya ragu.”

“Jujur sekali.” Rhys mengecup singkat di bagian bawah leherku yang masih tertutup gaun. “Tapi kau sudah mendapatkan perlindungan dariku. Kau ini sungguh tidak tahu malu. Seharusnya kau membayarku. Bukannya malah mengingkari janji.”

Mendadak semakin kacau takkala Rhys melepas jasnya. Meletakkan itu di atas kasur, lalu berlanjut dengan menggulung lengan kemeja hitamnya.

“Rhys, jangan telanjang di depanku.”

“Kau tahu bukan itu yang mau kulakukan.” Dia tertawa. Seperti tahu apa yang kupikirkan. Sadar bahwa ini hanya pengalihan perhatian.

“Bisa buktikan bahwa kau bukan Kakakku?”

“Kenapa bicara konyol? Mau main-main denganku?”

Kugenggam tangannya erat-erat. Baru kali ini selama hidupku. “Aku akan telanjang setiap hari untukmu, bahkan bercinta tanpa ampun denganmu, kalau kau bisa memperlihatkan bukti bahwa aku bukan adikmu. Kita bukan kakak beradik.”

Kali ini, ada kernyitan kuat di kening Rhys. Kurasa semua permintaanku yang mendadak memang satu kekonyolan.

Lari! Aku harus lari!

Aku sadar saat mulut pistolnya menempel di leherku. Sadar bahwa seharusnya aku mewujudkan kehidupan berbeda sejak dulu dengan melarikan diri dari lingkungan tidak waras di kediaman Oxley.

Ibu, ayah bahkan Rhys dan kelima kakakku yang lain adalah orang gila menjijikkan yang sesungguhnya.

Aku hanya tidak berani mencobanya. Cuma sempat terpikir, tanpa mau bertindak sama sekali. Terlalu pengecut.

Larilah, lari!

“Aku bisa menembakmu kapan saja, ZeeZee. Sama seperti yang kulakukan tadi pada wanita itu. Beruntung karena kau bagian dari keluarga Oxley, sehingga aku mengampunimu kali ini.”

Gemetarku mereda. Aneh, kan? Padahal mulut pistol Rhys begitu menekan kulit leherku. Tidak perlu usaha terlalu keras agar peluru menembus kulit dan melubangi tenggorokanku, tapi dia benar-benar tidak melakukannya, mungkin belum.

Meski Rhys tidak pernah butuh alasan untuk membunuh.

“Aku tidak bisa bercinta denganmu karena kita sedarah.”

𝐓𝐇𝐄 𝐄𝐗 𝐁𝐑𝐎𝐓𝐇𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang