Melihat Brady memegang senjata, rasanya baru kali ini. Atau mungkin pernah, entah di mana dan kapan. Aku tidak mengingatnya. Bersama Yeva, aku memandanginya dari sini, di depan jendela kaca besar sementara pria itu ada di gerbang utama, bergabung dengan dua penjaga keamanan lainnya.
“Baguslah akhirnya kau bercerai darinya.”
Aku tertawa pelan menanggapi Yeva. “Kau masih tidak menyukainya?”
Kulihat Yeva angkat bahu. “Kudengar dia memiliki satu putra dari Josy Wolfe?”
“Ya. Setahun lebih muda dari putraku.”
“Lalu dari wanita yang waktu itu menemuimu?”
“Audrey?” Kulihat Yeva angguk-angguk penuh semangat. “Setahun lebih tua dari Red.”
“Perempuan, ‘kan? Yang berniat dijodohkan dari kecil oleh Brady dengan putramu?”
Jelas aku geleng-geleng sambil tertawa. “Hanya omongan konyol Brady. Aku tidak setuju hal-hal seperti perjodohan sejak kecil. Itu pasti akan membebani anak-anak.”
“Tapi kata Hugo, putrinya Brady sangat cantik.”
“Ya, memang. Namun cantik bukan jadi jaminan. Tidak berarti aku melihat semua orang cantik itu buruk. Maksudku, apa pun itu, seseorang tidak bisa dinilai dari kesempurnaan fisiknya.”
Yeva mendengus. “Faktanya di lapangan. Tampangmu rupawan, kau aman dan hidupmu menjadi serba mudah.”
Makin terbahak aku karena ucapan Yeva. Menjadi gelak tawa pertamaku sejak Rhys berpamitan pergi. Padahal baru pagi buta tadi dia menyampaikan salam perpisahan sementara padaku, namun rasanya sudah sepekan berlalu. Lama sekali.
“Punya anak dan kau akan tahu seperti apa rasanya.”
Yeva mendekat. Melotot padaku sambil mencekik leherku main-main. “Kau pikir semudah itu apa?”
“Usaha kalian kurang.”
Mungkin tebakanku benar, sebab Yeva langsung melunak. Melepasku dan mundur dengan helaan napas yang terdengar putus asa. “Kau benar.”
Kudekati dia. Mencengkeram kedua pundaknya. “Heh! Kenapa jadi bersedih? Punya anak atau tidak, yang terpenting Hugo selalu mencintaimu, ‘kan?”
“Oh, itu benar!” Matanya mengerjap-ngerjap bingung. Yeva yang tidak pernah berubah.
“Kalian sedang apa di sini? Ada yang kalian butuhkan?” Brady menghampiri kami. Dia baru saja masuk ke dalam rumah, sepertinya. Tidak kudengar suara pintu yang terbuka, apalagi saat ditutup.
“Tidak ada, Brad. Cuma bosan.” Melangkah ke sofa, lalu duduk. Yeva menyusulku.
“Kalau kau dan Yeva mau keluar rumah untuk jalan-jalan, aku akan mengawal kalian.”
“Anak-anak bagaimana?” Yeva meninggikan sedikit suaranya. Lama-lama aku berpikir, Yeva bisa jatuh hati pada Brady jika dia terlalu membenci seperti itu.
Tampak terkejut dengan reaksi Yeva, Brady tersenyum canggung. “Bisa ikut serta, kalau kalian mau membawa mereka.”
Ambil alih saja dari sini. “Tidak, Brad. Kami di rumah saja. Anak-anak juga sepertinya sudah lelah. Semalaman Red terjaga karena Jean yang rewel.”
Putra putriku tahu kalau ayahnya akan meninggalkan mereka sementara waktu. Selesai aku dan Rhys bercinta, Jean Sunrise terbangun lalu mulai rewel. Menyusul Red setelahnya yang mungkin terganggu dengan suara adiknya.
“Okay. Kalau butuh sesuatu, hubungi aku. Aku ada di sekitaran rumah.”
Aku iyakan dengan senyum dan lambaian sekilas, lalu pergi duluan ke atas karena ingin memeriksa dua anakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐄𝐗 𝐁𝐑𝐎𝐓𝐇𝐄𝐑
Romance𝟐𝟏+ 𝐀𝐫𝐞𝐚 𝐝𝐞𝐰𝐚𝐬𝐚! ❝𝐌𝐞𝐦𝐚𝐢𝐧𝐤𝐚𝐧 𝐡𝐚𝐬𝐫𝐚𝐭 𝐝𝐚𝐧 𝐠𝐚𝐢𝐫𝐚𝐡𝐦𝐮 𝐬𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮𝐡 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐠𝐢𝐤𝐮.❞ ―𝐑𝐡𝐲𝐬 ❝𝐊𝐚𝐮 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐛𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐛𝐞𝐠𝐢𝐭𝐮 𝐩𝐚𝐝𝐚𝐤𝐮. 𝐀𝐤𝐮 𝐢𝐧𝐢 𝐀𝐝𝐢𝐤𝐦𝐮!❞ ―𝐙𝐞𝐞𝐙𝐞�...