Chapter 48

11.2K 1.5K 9
                                    

Maaf, maaf. Pengumuman kali ini di awal, ya? 😁
Jadi ... The Ex Brother Special Chapter sudah tamat. Kalau kalian penasaran dengan ending versi KaryaKarsa, yukk singgah! 🖤
Perbedaannya? Lebih manis, lebih nakal, lebih ... gitu deh pokoknya. 🤣
Kutunggu kalian di sana, ya?
Salam sayang: BlackSigrid
.
.
.
.
.
.
.
.
.


“Kau ditemukan oleh Rhys saat kami menggeledah seluruh penjuru rumah Drey, sampai ke ruang bawah tanah.” Brady berhenti. Dia memelukku yang masih gemetar.

“Menurut cerita yang kutahu, kau dibawa ke rumah utama dalam keadaan trauma. Aku benar kan, Brady?” Lui bicara seperti sangat dekat denganku. Seakan tepat di telingaku bibirnya berucap.

“Benar dalam keadaan trauma, tapi kau sama sekali tidak melihat saat Rhys menembak kedua orang tuamu.”

“Kata Orie, ada banyak lebam di bagian-bagian tersembunyi tubuhnya.” Lui menunjuk ke dadaku, lalu perut.

“Kekerasan fisik?” Dugaanku langsung mengarah ke sana.

“Benar. Mereka, entah Drey atau Helena bahkan bisa jadi keduanya, sepertinya melakukan kekerasan padamu. Karena nenekmu mengaku pada ayahku sambil menangis, bahwa dia tidak pernah menyakitimu meski seujung kuku.” Brady menjelaskan tanpa ragu-ragu.

“Apa ada penjelasan soal itu?” Bukan butuh bukti, aku hanya ingin mendengar apa yang mereka ketahui, sejauh mana itu.

Brady menggeleng. Aku beralih pada Lui.

“Tidak ada seingatku. David dan Tessa tidak memedulikan anak dari pelaku yang telah membuat mereka rugi besar dalam artian untuk memperhatikan keadaanmu. Sewaktu kau tiba di kediaman Oxley dengan keadaan yang trauma, malamnya kau pingsan sampai beberapa hari.” Lui menggunakan dagu untuk menunjuk Brady yang masih berada di sisiku. “Jelaskan pada ZeeZee bagaimana akhirnya David dan Tessa setuju menjadikannya anggota keluarga Oxley ke tujuh.”

Tentu aku berpaling pada Brady. Menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu. Dia menggenggam tanganku, kuberi senyum dan anggukkan kepala.

“David tidak bisa bertindak bebas jika ayahku sudah mengetahui duduk persoalannya. Ayah kuberitahu malam itu karena aku tidak terima Rhys dijadikan sebagai pembunuh di usianya yang masih sangat muda. Kuungkapkan juga pada ayah tentang bagaimana Rhys tengah berusaha agar anak yang tidak bersalah tidak ikut dieksekusi mati. Menilai dari bagaimana keluarga Oxley, sudah tentu mereka ingin menghilangkan seluruh bukti tanpa sisa. Walau bocah perempuan empat tahun itu tidak tahu apa-apa, bahkan tidak menjadi saksi di saat kejadian berlangsung, tetap bagi mereka itu aib. Perlu dibasmi sampai ke akar-akarnya.

“Ayah menjadi satu-satunya orang yang bisa membuat David mengurungkan niatnya. Bukan perkara takut atau apa, namun memang kenyataannya kedudukan ayahku masih sedikit lebih mampu membungkam David tanpa perlu ada perlawanan berarti.”

Harusnya aku yakin soal ini sejak awal. Ada perasaanku yang tidak bisa menerima bahwa sebagian dari cerita fakta ini belum tentu benar. Mereka punya sudut pandang masing-masing dan aku sebagai yang tidak ingat sama sekali hanya mampu mengingatkan diriku. Semua butuh waktu. Aku perlu mencerna sedikit demi sedikit.

“Ayahku membiarkan Rhys melakukan apa pun yang ingin dia berikan terhadap bocah perempuan yang dibawanya pulang. Yang berarti, mau tidak mau David dan Tessa setuju menjadikan gadis kecil itu sebagai anggota ketujuh Dimitri Oxley. Kau hidup dalam ketidakadilan selama dua puluh tujuh tahun kau bernapas. Aku benar?” Brady meremas tanganku, lalu entah sudah yang ke berapa kali dia memelukku lagi.

Dan Lui menepuk-nepuk punggungku selagi Brady masih mendekapku erat. “Kisahmu selesai. Seharusnya kau mati. Seperti rencana David dan Tessa yang apabila kau menolak menikahi pria pilihan mereka dan hidup selamanya di bawah aturan, maka sudah sewajibnya kau dibinasakan sampai namamu pun tidak lagi tercatat sebagai bagian dari kami.”

Lalu aku ingat apa yang seharusnya kulakukan. Kulepas dekapan Brady, lalu menahan lengan Lui. “Bisakah aku bicara dengan Rhys sekarang?”

“Untuk apa? Dia sedang menyelesaikan segalanya agar bisa kembali padamu dalam keadaan utuh.”

“Kau bicara seolah-olah Rhys akan kalah, lalu mati.” Sungguh aku kesal padanya, karena sedari tadi meragukan Rhys bisa bertemu kembali denganku.

“Tipis kemungkinan dia bisa kembali padamu dalam keadaan selamat. Kau sendiri tahu segila apa David dan Tessa.” Lui melotot padaku.

“Kau bukan Tuhan.” Spontan aku berdiri.

“Dan kau mau ke mana?” Brady menahan tanganku. Kuat dicengkeram.




𝐓𝐇𝐄 𝐄𝐗 𝐁𝐑𝐎𝐓𝐇𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang