Dari puncak, sampai ujung helaian. Kurasakan tarikan halus di sekitar kepalaku. Rhys melakukannya. Dia menyisiri rambut cokelat-ku yang melewati bahu.
“Berapa kali kau keramas dalam seminggu?”
Aku hampir tertawa. Dia yang jarang bicara jika tidak ada hal penting, kenapa mendadak bertanya mengenai sesuatu yang sepele dan tidak ada hubungan dengannya?
“Hampir setiap pagi aku keramas,” sahutku datar, sebisa mungkin begitu. Hanya berpura-pura berani. Sedang menebak ekspresinya akan seperti apa ketika aku berdiri memunggunginya begini.
“Ganti waktunya.”
“Apa?”
“Setiap sore.”
Tampaknya Rhys tidak mau mengulangi setiap katanya. Dia punya alur dan jalurnya sendiri.
“Bisa beritahu aku alasannya?” Aku berpura-pura ramah.
“Hanya ingin.”
Mendengar jawabannya yang memang tidak bisa kuprediksi sebelumnya, benar-benar membuatku teringat bahwa aku pernah memimpikan saat-saat di mana bisa memukul wajahnya. Meski itu tidak akan pernah terwujud dalam kehidupan nyataku.
“Hanya ingin?”
“Jangan biasakan mengulangi setiap perkataanku.”
“Baik.” Aku cukup cepat menjawabnya karena tidak ingin nada mengintimidasi yang lebih dari ini. Itu saja sudah terdengar seperti dia siap menembak kepalaku tanpa perlu alasan apa pun.
“Mulai hari ini, setiap pulang dari Oxley FamilyWood aku akan singgah. Kau tidak boleh membiarkan siapapun masuk dan berada di kamarmu. Keramaslah satu jam sebelum aku tiba. Jangan keringkan menggunakan hairdryer. Tetap biarkan lembab tanpa sisa air yang menetes-netes.”
Mendadak, aku merasa mual dengan rencana aneh dan menjijikkan yang diperintahkan olehnya. Dia lupa kalau aku ini adiknya? Dia berniat melecehkanku atau apa?
Walau aku sudah terbiasa dengan kengerian lain yang dilakukan keluargaku di rumah ini, tetap saja kewarasanku tidak mampu menerima keinginannya.
“Kau berencana membantahku?”
“Apa ini sebagai bentuk hukuman yang harus kuterima?” balik tanya, kuharap ada jawaban yang sedikit memuaskan. Mana tahu bisa menguntungkan bagiku.
“Bisa ya, bisa juga tidak.”
“Bagaimana dengan mayat Tom?”
Tidak ada kernyit, kecuali ekspresi datar dan suara yang berat. “Itu urusanku.”
Masih tidak jera, kusuarakan keingintahuanku. “Akhirnya kau memenangkan tanah keluarga Parera?”
“Kau gagal dalam tugas yang kuberikan padamu. Jadi sekarang kau tidak berhak untuk tahu apa yang telah kuselesaikan karena kebodohanmu.”
Itu artinya, kisah surat pernyataan yang harus ditandatangani oleh mayat Tom Jhon Parera tidak mungkin terjadi.
Rhys pasti mendapatkan tanah keluarga Parera lewat caranya sendiri. Entah bagaimana itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐄𝐗 𝐁𝐑𝐎𝐓𝐇𝐄𝐑
Romance𝟐𝟏+ 𝐀𝐫𝐞𝐚 𝐝𝐞𝐰𝐚𝐬𝐚! ❝𝐌𝐞𝐦𝐚𝐢𝐧𝐤𝐚𝐧 𝐡𝐚𝐬𝐫𝐚𝐭 𝐝𝐚𝐧 𝐠𝐚𝐢𝐫𝐚𝐡𝐦𝐮 𝐬𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮𝐡 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐠𝐢𝐤𝐮.❞ ―𝐑𝐡𝐲𝐬 ❝𝐊𝐚𝐮 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐛𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐛𝐞𝐠𝐢𝐭𝐮 𝐩𝐚𝐝𝐚𝐤𝐮. 𝐀𝐤𝐮 𝐢𝐧𝐢 𝐀𝐝𝐢𝐤𝐦𝐮!❞ ―𝐙𝐞𝐞𝐙𝐞�...