Chapter 27

15.8K 1.7K 6
                                    

“Kau yakin bisa?”

Aku tidak akan munafik, tapi aku coba mempertahankan sedikit harga diri. “Meski tidak yakin, aku akan berusaha.”

“Itu tidak semudah ambisimu, ZeeZee.” Ejekan tanpa perlu bersusah payah memperlihatkan tampang menghina. Bisa terduga lewat tatapan mata. “Belum apa-apa kau sudah basah. Bagaimana jadinya jika kau melihat aku telanjang di depanmu?”

“Stop!” Sekarang, aku punya keberanian yang lebih dari sebelum-sebelumnya. Bodoh, jika mau terus merasa ngeri padanya yang telah mengobrak-abrik inti tersensitifku. Telapak tanganku terangkat di udara, menahan napas dan melotot.

Dan dia tertawa melihat kefrustrasianku. Menatapku lekat sebelum akhirnya berbalik dan membuka pintu tanpa mengatakan apa pun, selain tatapannya yang mengartikan ‘kau kalah’ padaku, lalu pintu tertutup setelahnya.

Aku pun sama. Berbalik, menuju—pintu terbuka lagi, membuatku terkejut karena Rhys masuk kembali dan handukku terlepas dari tubuhku. Bukan sengaja, sumpah!

Rhys mengulurkan tangan begitu cepat, membekap mulutku, ketika aku ingin bersuara alih-alih berteriak karena terkejut.

Mata kami saling bertatapan. Ketelanjanganku sama sekali—sepertinya—tidak berpengaruh untuknya yang sudah berdiri di depanku, berjarak beberapa jengkal.

Dia tidak menyentuhku sama sekali, selain hanya membekap mulutku. Kenapa? Aku tidak tahu.

“Brady berkeliaran di sekitar sini.” Dia memberitahu tanpa berbisik. Matanya seolah bicara. Aku yakin, dia menginginkanku. Namun menahan diri, entah dari apa.

Bekapannya di mulutku melonggar. Ditarik tangannya dariku, lalu berjalan lagi ke arah pintu. “Jangan pikirkan hal lain. Fokus pada pernikahanmu besok. Setelahnya, kau bebas.”

“Bebas? Maksudmu?” Jangan bilang bahwa sikap dan sifatku tidak mengalami kemajuan. Sekarang aku jauh lebih berani. Kucegah dia pergi dengan menahan lengannya.

Dia menatapku yang sudah terbalut kuat dengan handuk yang ujungnya terselip di lipatan dekat ketiak. Mata itu kemudian terpaku pada cengkeramanku di lengannya.

“Jelaskan. Aku cuma butuh itu saja sebelum kau pergi.”

Tatapan itu akhirnya hanya tertuju padaku. “Bebas dari keluarga Oxley.”

“Apa artinya itu, Rhys? Aku masih ingin paham lebih jauh lagi.” Karena sekadar lepas dari ayah dan ibu sudah kurasa sejak kemarin-kemarin.

“Ayah dan ibu tidak bisa ikut campur. Sebab sebelum hari ini, mereka berdua sempat menolak keinginan Brady menikahimu.”

“Aku tidak puas ....” Kami bertatapan, sangat intens sehingga bagiku atmosfernya menjadi berbeda hingga tidak kuasa kusambung ucapanku barusan.

“Kapan kau akan merasa puas, ZeeZee? Setelah bercinta denganku?”

Rasanya terbakar karena malu, begitu cepat merambat ke telinga dan wajahku. Berkacak sebelah pinggang, aku berbalik, buru-buru menjauhinya untuk memakai kaos.

Sempat kudengar Rhys terkekeh pelan, sebelum akhirnya benar-benar pergi. Menutup pintu dan setengah berlari kuhampiri untuk kukunci agar kejadian serupa jangan sampai terulang lagi.

Gelisah tidak menentu, kudapati pesan singkat dari Yeva setelah sekian lama rasanya.

Yeva: Kau di mana? Ayo, bertemu.

𝐓𝐇𝐄 𝐄𝐗 𝐁𝐑𝐎𝐓𝐇𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang