Chapter 51

11.2K 1.4K 10
                                    

Hai, apa kabar? Semoga masih betah mengikuti kisah cinta ZeeZee dan Rhys sampai akhir. Oh, iya aku mau ngabarin kalau cerita ini bakal tamat dalam waktu dekat, meski tepatnya kapan aku belum bisa memastikan. Nah, sebagai gantinya, ayo dong bantu ramaikan cerita keduaku. Judulnya:
Enmeshed
Di sana juga enggak kalah seru lhoo! Terima kasih sebelumnya. Salam hangat. 🖤
.
.
.
.
.

Yang kulihat sungguh luar biasa. Binasa dalam sekejap. Kediaman Oxley yang rata dengan tanah. Tidak sekalipun terpikir olehku akan jadi begini. Istana megah milik David dan Tessa. Tempatku tumbuh selama puluhan tahun hidupku, telah menjelma menjadi lahan asing.

Bagaimana bisa?

“Perbuatan pria tercintamu,” kekeh Lui. Dia mendekati salah satu puing, seperti besi panjang terpanggang yang bengkok, ditarik lalu dilemparkan dalam jarak lebih dari lima meter ke depan. Bunyi ‘klang’ terasa bergema di segala penjuru.

“Apa tujuannya sampai melakukan ini?”

Lui berjongkok memunggungiku. Aku ikut-ikutan untuk berada di sisinya. Merasakan masih ada sisa hawa panas, meski terlihat seperti abu dan puing yang dingin.

“Agar bukan cuma kau yang bebas.”

“Kalian?”

Lui mengangguk. Menggais tanah berabu pekat itu dengan jari-jarinya. Seakan menulis sesuatu di sana.

“Sudah cukup kami menjadi senjata sekaligus perisai untuk David dan Tessa. Tidak ada satu pun di antara kami berenam yang mau kembali menjadi apa yang mereka inginkan.”

Sebenarnya, yang kubutuhkan adalah bertemu pujaan hati. Namun melihat kenyataan di lapangan, Lui tampaknya sedang ingin berkeluh kesah. Curahan hati pertama kalinya yang kudengar selama kami pernah menjadi kakak adik.

“Kalian sepakat membunuh mereka?”

“Apa?” Lui tertawa seperti pertanyaanku terdengar konyol. “Mereka tidak semudah itu untuk dibunuh, ZeeZee. Jika memang begitu, cukup aku seorang yang melakukannya. Mungkin sudah terjadi lima tahun lalu.”

Kemarahan dan emosi tidak kentara dari Lui, membuatku yakin ada dendam tersembunyi yang sulit sekali dia ungkapkan dan terwakili lewat tatapan matanya.

“Aku masih bingung,” keluhku. Mendadak menyesal merasa begitu. Aku tidak membantu apa pun, namun berani-beraninya mengeluh.

“Rhys mewakili kami untuk melawan David dan Tessa. Sendirian. Bantuan yang kumaksudkan, tentu dari kami. Melihat keadaan sudah seperti ini,  kurasa dia tidak membutuhkan apa pun lagi.” Luigi berdiri, mengulurkan tangannya padaku.

Mendongak, kutatap wajah Lui lalu pada telapak tangannya yang terbuka. Kuterima, ikut berdiri di sisinya dan bertanya. “Jadi, di mana David dan Tessa?”

Lui angkat bahu. “Mana kutahu. Rhys tidak mau memberitahuku tentang rencananya. Dia cuma memintaku bicara padamu, menjagamu dan membawamu pergi dari Brady. Hanya itu.”

Kutatap lekat semua sudut terbuka yang mulai terasa asing bagiku sejak kali pertama aku datang. Hawa tidak menyenangkan membuatku bergidik.

“Aku ingin bertemu dengan Rhys.” Hanya itu mauku.

“Katanya, dia akan menemuimu langsung. Kita tunggu—hei, ZeeZee!”

Sambil melangkah cepat, kutelusuri arah yang dulunya mengantarkanku ke halaman belakang, tempat danau milik David berada. Benar-benar wilayah ini menjadi lahan berhektar luasnya. Hutan masih di samping dan ilalang di bagian depan.

Bagusnya hari masih belum gelap. Matahari sore bersinar redup—pantulan bukan cuma wajahku di air danau yang tenang membuatku tidak kuasa untuk berbalik. Entahlah. Tubuhku seolah membeku, kepalaku kaku tidak dapat menoleh sedikit pun. Sosok jangkung, kurus dan tanpa ekspresi itu terpantul nyata di permukaan. Berada tepat di belakangku.

“Apa kabar, Sayang?”

Bibirku gemetar, tubuhku lemas dan mulailah aku berdrama. Pria yang teramat sangat kurindukan memelukku erat dari belakang. Dia mengecup puncak kepalaku begitu dalam dan lama. Aku lemas dalam dekapannya. Bersandar lunglai kepalaku di dadanya.

“Tidak baik,” serakku. “Aku sangat merindukanmu.”

Nyaris melayang ketika kurasakan tubuhku di balik untuk menghadapnya. Dicium begitu mesra, lembut memanja. Bibir kami begitu lama saling merindu. Haus akan ciumannya yang sangat khas di mulutku.

Sampai-sampai aku tidak sadar bahwa saat terlepas, bibir Rhys bengkak terbuka begitu seksi. Sungguh aku ingin bercinta lagi dengannya, sekarang!

𝐓𝐇𝐄 𝐄𝐗 𝐁𝐑𝐎𝐓𝐇𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang