“Kau putri mereka, Zee.”
Aku tidak yakin.
“Aku merasa berbeda.”
Brady tertawa pelan, mengusap bibir bagian bawahku perlahan-lahan menggunakan ibu jarinya. “Tentu saja kau merasa berbeda. Kau satu adik perempuan di antara enam kakak laki-laki yang tidak memiliki hubungan cukup baik denganmu sedari kau kecil hingga sekarang.”
Dia tahu lebih dari yang kuduga. Apa keluargaku merahasiakannya juga dari keluarga Stoker?
“Aku tidak suka kakak-kakak seperti mereka.”
“Oh, ayolah, Zee.” Brady menyatukan kembali kening kami. Mengelus-ngelus daguku, lalu turun ke leher. “Mereka kakak-kakak yang menyayangimu tanpa harus menunjukkannya, terutama Rhys.”
Ah, begitu? Apa kau tahu sebejat apa dia dan aku di belakangmu?
“Jangan pikirkan hubungan canggung di antara kalian. Memang seperti itu cara orang tua mendidik anak perempuannya di antara banyaknya anak mereka yang laki-laki.” Brady jelas sekali berusaha menenangkanku.
Tidak tahan melihat bibirnya yang bergerak-gerak pelan di depan mataku dalam jarak sangat dekat, kucuri ciuman singkat darinya.
Dia terbelalak sesaat, lalu menggelitik pinggangku. Tertawa bersama, kurasakan bagaimana hangatnya di dalam sini. Brady selalu membuatku nyaman. Aku betah berlama-lama di sisinya, hingga tidak masalah jika hidupku berakhir bersamanya.
“Rhys berjuang untukmu. Aku melihat dia sebagai kakak dan teman yang sangat hebat.”
Berjuang? Bukannya dia memang sengaja membuat aku bebas dari ayah dan ibu agar bisa berbuat segala sesuatu yang terlarang padaku? Menyentuhku, membuatku klimaks berulang kali sambil mempermainkan hasratku? Oh, kau benar sekali, Brad. Dia memang kakak yang sangat hebat.
“Dulu dia tidak begitu.” Kusandarkan kepalaku di dada Brady, sementara kedua lenganku terlilit di sekeliling tubuhnya.
“Sekarang dia menunjukkan kepeduliannya, karena tahu bahwa kehidupan yang dipilih oleh ayah dan ibumu tidak akan membuatmu hidup sesuai dengan keinginanmu. Kau sudah terlalu lama berada dalam aturan tanpa kebebasan memilih untuk dirimu sendiri.”
Dia benar. Memang tepat sekali, tapi ada yang kurang.
Keheningan di antara kami kemudian, menjadi caraku untuk mengendusi aroma khas tubuhnya.
“Aku tidak tahan ingin tidur sambil memelukmu, tapi kurasa Rhys juga akan ada di sini malam ini. Jadi, yah ... kita baru bisa menikmati kebersamaan setelah upacara pernikahan besok.”
Rhys menginap di sini? Bukannya dia pergi dengan Bryan tadi?
“Itu tidak lama lagi.” Aku tersenyum, refleks canggung karena teringat ada Rhys di sini dan langsung keluar dari dekapannya. “Emm ... lalu, bagaimana dengan perasaanmu terhadap Josy?” Ah, sebenarnya aku tidak mau tahu soal ini, tapi terlanjur kutanyakan.
“Bukan dia wanita yang kucintai.”
Bukan?
“Kupikir itu dia saat kau mengatakan padaku di pertemuan pertama kita, bahwa ada wanita yang kau cintai. Kutebak Josy Wolfe orangnya ketika wanita itu mendatangi ayahmu ke sini.”
Brady menggeleng dengan senyum yang kurasa cuma segaris. “Bukan Josy. Ada wanita lain sebelum dia.”
Kuraih tangan Brady dan mengukur kembali telapak tangan kami, membandingkan. “Lalu dengan Josy?”
“Merasa sangat nyaman. Dia membuatku terbiasa. Namun bukan cinta, kurasa.”
Oh, dia pun bingung tentang perasaannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐄𝐗 𝐁𝐑𝐎𝐓𝐇𝐄𝐑
Romance𝟐𝟏+ 𝐀𝐫𝐞𝐚 𝐝𝐞𝐰𝐚𝐬𝐚! ❝𝐌𝐞𝐦𝐚𝐢𝐧𝐤𝐚𝐧 𝐡𝐚𝐬𝐫𝐚𝐭 𝐝𝐚𝐧 𝐠𝐚𝐢𝐫𝐚𝐡𝐦𝐮 𝐬𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮𝐡 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐠𝐢𝐤𝐮.❞ ―𝐑𝐡𝐲𝐬 ❝𝐊𝐚𝐮 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐛𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐛𝐞𝐠𝐢𝐭𝐮 𝐩𝐚𝐝𝐚𝐤𝐮. 𝐀𝐤𝐮 𝐢𝐧𝐢 𝐀𝐝𝐢𝐤𝐦𝐮!❞ ―𝐙𝐞𝐞𝐙𝐞�...