Chapter 44

11.6K 1.4K 3
                                    

Aku yang lebih dulu mendekatinya. Kucengkeram lengan putri tunggal dari pengasuhku itu. Sudah kubilang, ‘kan? Dia itu lebih tinggi dariku. Jelas aku mendongak saat bertanya padanya. “Sedang apa kau di sini?”

“Tentu saja bekerja, Nona ZeeZee.”

“Kau? Di sini?”

Dia mengangguk. Menoleh ke kiri dan kanan, lalu sedikit menunduk mendekatkan bibirnya ke telingaku. “Tuan Bryan yang membawaku ke sini. Aku tidak lagi dibutuhkan oleh nyonya Tessa karena kau dan Rhys sudah tidak menetap di kediaman Oxley.”

Rhys juga? Aku baru tahu soal itu. “Bukannya Rhys sesekali pulang ke rumah utama?”

Bukannya menjawab, Peony malah melamun. Kuguncang lengannya. “Hei, jawab aku.”

“Oh!” Dia tersentak. “Aku sedang berpikir, Nona ZeeZee. Apa boleh aku memberitahumu soal ini atau tidak.”

Nah, beginilah si Peony putri kesayangan Orie. Dia selalu saja bertingkah mengesalkan. Membuatku naik darah. “Cepat katakan. Kau tahu kalau aku bisa menggigit kepalamu jika kau tidak melakukan apa yang kuperintahkan.”

“Kau egois,” katanya dengan raut serius.

Peony selalu kesal padaku, tapi dia berhasil menahannya. Aku tahu itu sejak dulu. Dia merasa bahwa akulah putri ibunya, sedangkan dia anak pungut. Kacau. Semua gara-gara mendiang Orie yang lebih memedulikanku, daripada putrinya sendiri.

Plot twist! Orie adalah ibu kandungku! Hahaha!

“Jangan maling teriak maling, Py.”

“Perumpamaanmu jelek sekali.” Sekarang dia mendengus, memalingkan wajah karena tak kuat menahan tawa. Dia memang selalu begitu. Mudah terpicu.

“Cepat ceritakan. Aku sampai lupa dengan tujuan awalku.” Kucubit pipinya sambil berjinjit kesal. Berarti aku batal menghubungi Rhys. Oh, tak apa. Akan kupinjam ponsel Peony kalau begitu.

“Tidak di sini, ZeeZee.”

“Kita bisa pergi keluar. Di mana saja asal jangan di sini—hei, barusan kau menyebut namaku secara langsung?” Aku menyeringai sinis, pasti mirip antagonis.

“Karena kau bukan lagi majikanku.” Dia balas dengan senyum sinis yang dibuat-buat.

“Yah, terserah kau saja. Aku pun tidak peduli.” Memang. Aku tidak cocok dengan sebutan ‘nona’ di depan namaku.

Kami melewati gerbang yang menjulang setelah Peony berbicara dengan penjaga keamanan rumah. Entah apa yang dikatakannya pada pria tua itu tadi.

“Kutebak, tuan Rhys pasti sedang kesulitan karena dirimu.” Peony bernada cukup pelan dan hati-hati.

Sekarang baru kusadari sesuatu. “Aku tidak pernah terpikir kalau kau mungkin tahu banyak hal tentangku.”

“Tidak semuanya.”

“Kecuali mendiang ibumu.”

“Akan kuceritakan saja kenapa aku akhirnya bisa berada di sini.” Peony jelas ingin mengalihkanku. Dia tahu sesuatu. Hanya aku yang tidak.

𝐓𝐇𝐄 𝐄𝐗 𝐁𝐑𝐎𝐓𝐇𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang