Chapter 36

13.8K 1.6K 5
                                    

Kurasa tidak mengejutkan lagi, sebab sebelumnya dia pun pernah mengungkapkan hal serupa, walau dengan kalimat berbeda. Intinya tetap sama.

“Masih belum jelas bagiku. Kau bahkan tidak memberitahuku setengah dari ceritanya.”

Lui tertawa sambil mendengus, lalu menyentil keningku. “Kau belum juga mencari tahu? Sudah sejak kapan aku memberimu sedikit petunjuk, tapi tidak coba kau telusuri.”

“Aku ingin mendengarnya dari orang yang pertama kali memberitahuku soal rahasia sebesar itu.” Kuusap-usap keningku. Cuma sentilan ringan, tapi sampai berdenyut.

“Tapi kau tidak pernah mencariku.”

“Kau membangun jarak.” Apa iya? Seharusnya benar. Aku yang tidak mencari Lui dan memintanya memberitahuku.

“Alasan.” Dia menggeser duduk makin dekat, mengulurkan tangan. Rupanya untuk merapatkan jubah tipis di tubuhku yang sama sekali tidak membantu membuatku merasa lebih hangat. Lui ternyata sepeduli itu. Kuharap dia tidak memiliki niat apa pun terhadapku.

“Jadi, siapa saja yang bukan kakakku?” Kutahan tangannya yang baru selesai membuat jubah tipis ini berada pas di tubuhku. Abaikan soal ciuman tadi. Aku sungguh akan melupakannya.

“Katakan saja kalau kau ingin aku menggenggam tanganmu.”

Kulepas tangannya segera. Dia tidak pernah sebercanda ini denganku. Tidak pula sampai menunjukkan niat bahwa akan ada ketertarikan secara seksual seperti yang Rhys perlihatkan padaku. Percayalah bahwa ciuman yang baru saja terjadi di antara kami, hanyalah dorongan spontan dalam hati.

“Jangan menggodaku penggemar threesome. Emm, aku ... aku tidak bermaksud—hei, Lui!”

Lui sungguh tidak terduga! Dia mengecup keningku. Kepalaku mundur cepat, menyebabkan rasa sakit mendera punggungku lagi, tapi kutahan sebisa mungkin untuk tidak mengeluh. Kutempelkan telapak tanganku di bekas kecupannya.

“Kau ini kenapa?”

“Kenapa apanya?” Dia menatapku seolah ingin menertawaiku. “Tidak ada satu pun dari kami yang adalah Kakak kandungmu.”

“Tidak satu pun?” Rasanya seperti Lui berbohong sesuai dengan setengah dari harapanku. Aku hanya ingin percaya bahwa cuma Rhys seorang yang bukan bagian keluarga, tidak sedarah denganku. Namun ternyata tidak satu pun dari ke enam pria-pria ganas di keluarga Oxley adalah kakak kandungku.

Tidak Hugo si paling tampan, bukan juga Adorjan, apalagi Leon dan terutama mereka si kembar L yang fenomenal. Mereka semua bukan keluargaku. Sungguh?

“Jadi, ibu dan ayah?”

“Kenapa dengan mereka?” Lui balik bertanya karena kurasa saat ini dia tengah bersandiwara. Entah apa tujuannya.

“Mereka orang tua kandungku atau kalian?” Untuk yang satu ini, aku berdebar. Tidak kupungkiri, walau aku tidak tahu kenapa bisa sampai merasa seperti ini. Kami bukanlah keluarga harmonis yang dilimpahi kasih sayang dari kedua orang tua atau satu sama lain sesama saudara, jadi tidak perlu bersedih dengan kenyataannya. Sebab, tidak akan ada bedanya.

“Tidak ada yang tahu soal itu.” Lui angkat bahu yang artinya dia tidak mau memberitahuku. Dia tahu, pasti. Hanya sedang menyembunyikannya dariku dengan tujuannya sendiri.

“Terlihat jelas kalau kau tidak berniat membagi seluruh rahasianya padaku.”

Tidak mengangguk dan tidak menggeleng. Dia cuma memperhatikanku, lalu mengambil helaian ujung rambutku. “Sudah sepanjang ini.”

Ya. Aku pun baru sadar kalau rambutku ternyata sudah sepanjang itu. Sebaiknya kupotong sedikit—

“Biarkan tetap panjang. Kau tampak hidup dengan rambut panjang.”

𝐓𝐇𝐄 𝐄𝐗 𝐁𝐑𝐎𝐓𝐇𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang