“Aku tidak berniat kembali,” desahku sambil berusaha menahan tangannya agar berhenti. Yang kutakutkan cuma Bryan, bukan Brady.
Saat Rhys menghisap bibir bawahku, ketika kuharap bisa merabanya, dia menjauhkan tubuh dan tangannya dariku.
“Kau sudah bisa menerima kenyataan?”
“Belum,” gelengku cepat. Aku tahu maksudnya.
Klimaks menyenangkan dan tidak terlupakan yang kudapatkan dari Rhys seperti sebuah malapetaka besar. Hubungan sedarah kami. Seorang kakak yang menyentuh adik perempuannya dalam keadaan sadar, pun sebaliknya, si adik menerima sentuhan tanpa sepenuhnya menolak.
“Tapi kau tidak sungguh-sungguh saat menolak sentuhanku.”
Dia tahu arah pembicaraan ini. “Karena semakin ke sini, aku makin yakin kau bukan Kakakku.” Semoga. Aku terpengaruh ucapan Luigi.
Rhys tertawa, sampai rasanya itu tawa berdurasi paling lama yang pernah kulihat dan kudengar darinya. Berdiri, tanpa berpindah posisi. Menurunkan pandangannya padaku yang sedang duduk di sofa.
“Mau bukti kalau kita memang sedarah?” Satu alisnya terangkat, gurat menantang.
Jantungku berdebar tidak karuan karena rasanya membingungkan. Sampai sejauh mana aku harus mempercayai apa yang ingin kupercaya?
“Tidak perlu. Aku bisa mencarinya sendiri.” Merasakan atmosfer yang makin menggelisahkan—apalagi karena celana dalamku yang basah—aku berdiri walau Rhys masih ada di depanku, sangat dekat.
Kuperingatkan dia sekali lagi. “Katamu, kau menginginkanku untuk dirimu sendiri. Nyatanya, kau membuatku harus menikah dengan sahabatmu.”
Aku tidak percaya pada ucapan Brady yang mengatakan bahwa semua ini dilakukan oleh Rhys, agar aku bisa hidup sesuai keinginanku.
Kapan Rhys benar-benar tahu seperti apa hidup yang ingin kujalani?
“Hidupmu aman, jika kau tetap diam.”
Aku memalingkan wajah sekilas cuma untuk mendengus mendengar ucapannya yang sama seperti beberapa hari lalu padaku. Demi apa. Aku sungguh tidak peduli. Situasinya telah berubah, Rhys.
“Apa yang membuatmu bersedia melakukannya sampai sejauh ini?”
“Melakukan apa?” Rhys memperlihatkan ekspresi ketidaktahuan yang alami.
“Memintaku menikah dengan Brady.”
Kening Rhys mengerut, tapi tatapannya tidak fokus. Entah mengawasi kalau-kalau Brady muncul atau memang menghindari pertanyaanku.
“Aku cuma lari dari rumah. Seharusnya, kau menyeretku pulang, bukannya berbuat begini.” Ini untuk mengecoh. Mana tahu jika beruntung, aku menemukan jawaban yang kucari dari Luigi.
“Aku memberimu perlindungan. Seperti itu kesepakatan kita. Semudah itu kau lupa?”
Mana mungkin. Aku cuma pura-pura lupa.
“Aku tidak lupa. Hanya kupikir, tindakanmu terlalu membingungkan. Kau menginginkanku untuk dirimu sendiri, tapi memintaku menikahi Brady.”
Rhys memijat keningnya dengan helaan napas yang kurasa menahan segala macam sumpah serapah yang ingin dilontarkannya padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐄𝐗 𝐁𝐑𝐎𝐓𝐇𝐄𝐑
Romance𝟐𝟏+ 𝐀𝐫𝐞𝐚 𝐝𝐞𝐰𝐚𝐬𝐚! ❝𝐌𝐞𝐦𝐚𝐢𝐧𝐤𝐚𝐧 𝐡𝐚𝐬𝐫𝐚𝐭 𝐝𝐚𝐧 𝐠𝐚𝐢𝐫𝐚𝐡𝐦𝐮 𝐬𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮𝐡 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐠𝐢𝐤𝐮.❞ ―𝐑𝐡𝐲𝐬 ❝𝐊𝐚𝐮 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐛𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐛𝐞𝐠𝐢𝐭𝐮 𝐩𝐚𝐝𝐚𝐤𝐮. 𝐀𝐤𝐮 𝐢𝐧𝐢 𝐀𝐝𝐢𝐤𝐦𝐮!❞ ―𝐙𝐞𝐞𝐙𝐞�...