Chapter 41

11K 905 3
                                    

“Hmm ....” Dia bergumam. Menemukan salah satu titik tersensitif-ku sambil mengecup leher sampingku. “Ini ... selalu basah setiap kali bertemu jari-jariku.”

Akan lebih menyenangkan jika bertemu dengan kejantananmu yang menegang. “Jangan menggodaku, Rhys.”

Tawa pelannya terdengar sejenak, lalu jarinya menembus sedikit demi sedikit lebih dalam. Keluar masuk dalam tempo lambat, tapi emm ... sangat menyenangkan.

“Mau bercinta sekarang?” Lidahnya menjilati daun telingaku selagi berbisik.

Oh, tentu saja aku tidak akan menolak. Namun sial saat mataku justru menangkap sosok Brady yang baru turun dari mobil. Kendaraan hitam itu entah sejak kapan tiba di halaman. Mungkin selagi aku sibuk merasai kenikmatan yang kudapatkan dari Rhys. Kami berdua bisa melihatnya dari atas sini.

“Apa tawaranmu masih berlaku nanti?” Kupegangi lengan beruratnya yang dua jarinya kini masih aktif keluar masuk di lubangku.

“Tergantung.”

Oh, ayolah, Rhys! Jangan mempermainkanku begini. “Kau kejam. Kau tahu itu, ‘kan?”

“Kita bisa bersembunyi di kamarku. Brady akan mengira kau pergi jalan-jalan denganku.” Rhys menggesek kejantanannya di punggungku. Terasa keras, tegang. “Sesi pemanasan akan segera dimulai. Mana mungkin kita berhenti sekarang. Aku benar, ‘kan?”

Tidak tahan dengan rayuannya, aku menggeleng panik. Keinginan hati dan pikiran yang tidak sejalan. “Baiklah. Ayo, ke kamarmu, Rhys.”

Dia menang saat akhirnya kubiarkan tubuhku diangkat dalam posisi di depan dengan kedua kakiku melingkari pinggangnya. Kami bertatapan. Malam panas bergairah yang kulewati bersamanya sungguh akan terulang kembali. Jantungku berdebar bahagia. Sungguh sekarang aku benar-benar menganggapnya bukan lagi kakakku.

Rhys mengecupi seluruh wajahku. Kening, hidung, kelopak mata yang kututup spontan saat dia ingin mencium, lalu pipi kanan dan kiri serta bibir. Dia melakukan itu sambil menuruni tangga. Tidak ada yang terjadi sampai anak tangga berakhir. Di sanalah sejenak kami berciuman bibir yang penuh hasrat.

“Tuan.”

Rhys berhenti. Aku pun melepas bibirku darinya. Dia tidak berbalik, tapi aku bisa melihat dari balik bahunya bahwa seorang pria—aku mengenalinya—menghampiri kami.

“Tuan, maaf ... tapi tuan Brady mengatakan padaku, bahwa ....” Dia melirikku dengan tatapan tidak enak.

“Lanjutkan, Lucas. Tidak apa.” Rhys membelai leherku, tidak peduli pria yang dipanggil Lucas itu menatap kami bergantian.

Dan sungguh, aku pun tidak perlu merasa malu, bukan?

“Tuan David berencana menyerang rumah ini satu setengah jam lagi. Tuan Brady mendapat informasinya dari salah satu penyusup yang di tempatkan sebulan lalu di kediaman Oxley.”

Rhys mengeratkan pelukannya padaku, sementara perasaanku mendadak tidak tenang. Kedua orang tuaku sudah siap berperang. Entah apa jadinya jika Brady tidak mendapatkan informasi lebih dulu.

“ZeeZee, masuklah ke kamarku lebih dulu.” Rhys menurunkanku dari gendongannya. Ekspresinya masih tampak tenang, sehingga isi hatinya tidak terprediksi sama sekali.

𝐓𝐇𝐄 𝐄𝐗 𝐁𝐑𝐎𝐓𝐇𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang