“Padahal kau sudah tahu. Aku ingin bertemu Rhys dan mengabari tentang kehamilanku.”
“Hamil? Siapa yang hamil? Kau?” Lui panik. Tidak kusangka.
“Tidak. Jangan ke sana.” Brady mencegahku. Malah menyeretku menjauh bahkan dari Lui. Memeluk pinggangku dengan satu tangan, membawa pergi, terburu-buru.
“Lepaskan aku, Brad.” Melawan tidak kuasa, cuma meronta yang kubisa. Lui tidak mengejar, malah melambai santai. “Lui! Tolong hentikan—”
“Aku masih suamimu, ingat? Lui tidak berhak membawamu pergi tanpa seizinku.”
“Aku ingin Rhys. Tolong, Brad. Aku harus bertemu ayah dari bayi yang kukandung!” Berteriak, aku tidak peduli seolah Brady bukan suami, justru dia seperti penculik.
“Tidak,” geramnya. Mengubah pelukannya menjadi menggendong seperti pengantin baru.
Pasrah, aku akhirnya menadahkan telapak tangan padanya. “Tolong pinjamkan aku ponselmu.”
“Nanti.”
“Sekarang.”
“Nanti, Moon Holloway.” Sepertinya dia makin marah dengan urat menonjol di lehernya.
“Sekarang atau aku akan melompat.” Siap-siap tubuhku melakukannya.
Brady berhenti melangkah. Sejauh mata memandang ini belum sampai ke mobilnya. Dia menurunkanku sambil memperlihatkan padaku bagaimana raut wajah lelahnya akan sikap keras kepalaku.
“Okay. Pergilah. Aku tidak akan peduli lagi padamu. Itu maumu, ‘kan?” Matanya sayu, rautnya letih.
Aku mengangguk. Tidak ragu sama sekali. Sadar bahwa inilah batas akhir dari kesabaran dan kelembutannya padaku. “Terima kasih untuk segalanya, Brady.”
Tanganku digenggam saat aku berbalik. Menoleh melewati bahu, kutatap perbuatannya, lalu pada wajahnya. “Masih ada yang belum selesai menurutmu?”
“Sungguh tidak masalah tentang masa lalumu?”
Bahkan sekarang aku ingin melupakannya. “Tidak. Aku sudah menduga bahwa tidak ada yang baik dari cerita masa laluku, sehingga aku telah siap dengan semua faktanya sebelum diceritakan.”
“Sungguh kau biasa saja akan berpisah dariku?”
“Lalu? Kau ingin aku memberimu harapan kosong?”
“Setidaknya kau berniat memberikannya. Namun yang kulihat sekarang justru kau sangat bahagia kulepas begitu saja.”
Memang. “Aku ... aku lebih mengutamakan bayiku, Brady. Masa lalu menorehkan luka bagiku sehingga aku tidak ingin nasib serupa menimpa pada anakku nantinya.”
“Larilah padaku.”
“Apa?”
Dia meraih lenganku dan membawa ke bibirnya. Dikecup pelan punggung tanganku. “Larilah padaku jika kau tidak bahagia. Datang padaku saat kau butuh bantuan. Jadikan aku pilihan keduamu, tidak masalah bagiku.”
“Apa yang—mmh!” Aku terkejut saat dia menciumku. Jantungku ribut seketika. Padahal aku tahu itu hanya efek dari rasa sedih karena akan melepas pria yang paling bisa membuatku nyaman tiada duanya.
Meminta dilepaskan. Memang itu yang kumau. Tidak ada berbagi hati dalam kamus percintaanku. Pilih satu. Jelas kalian tahu bahwa sedari dulu hatiku sudah untuk dia. Dia yang kalian kenal.
Ciuman yang tidak menuntut. Begitu lembut sampai sejenak aku terlena, terbuai oleh kenyamanan yang kuingat sejauh ini bersamanya. Lepaskan, jangan serakah!
“Aku mencintaimu, Zee. Kutunggu sampai pilihan keduamu benar-benar kau gunakan. Akan kuperjuangkan sampai akhir.” Selesai berkata begitu, bibirnya kembali mendekat. Kali ini keningku. Terdiam aku dibuat oleh tingkah, sikap, perkataan dan perlakuannya.
“Brady ....” Tidak ada kata yang sanggup kuungkapkan. Bukan meragu, pilihan tidak akan berubah, hanya saja perasaanku menjadi kacau karena telah melukai hatinya.
Kami bertatapan. Tidak bicara. Coba kutelusuri niat hati. Melihat seksama wajah di hadapanku yang begitu memikat, namun tidak bisa membuatku merasa benar-benar terpikat.
“Maafkan aku karena selama ini telah membuatmu berharap.”
“Sikapmu kumaafkan. Lain kali, kau tidak boleh begitu lagi. Jangan merasa nyaman padaku. Aku takut malah bertindak lebih jauh. Mengikatmu sampai tidak dapat bernapas. Kau paham, ‘kan?” Dia menatapku yang langsung mengangguk. “Sekarang pergilah. Ada mobil di depan gedung seberang jalan ini yang akan mengantarkanmu pada Rhys.”
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐄𝐗 𝐁𝐑𝐎𝐓𝐇𝐄𝐑
Romance𝟐𝟏+ 𝐀𝐫𝐞𝐚 𝐝𝐞𝐰𝐚𝐬𝐚! ❝𝐌𝐞𝐦𝐚𝐢𝐧𝐤𝐚𝐧 𝐡𝐚𝐬𝐫𝐚𝐭 𝐝𝐚𝐧 𝐠𝐚𝐢𝐫𝐚𝐡𝐦𝐮 𝐬𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮𝐡 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐠𝐢𝐤𝐮.❞ ―𝐑𝐡𝐲𝐬 ❝𝐊𝐚𝐮 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐛𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐛𝐞𝐠𝐢𝐭𝐮 𝐩𝐚𝐝𝐚𝐤𝐮. 𝐀𝐤𝐮 𝐢𝐧𝐢 𝐀𝐝𝐢𝐤𝐦𝐮!❞ ―𝐙𝐞𝐞𝐙𝐞�...