Chapter 21

16.9K 1.8K 8
                                    

Kupikir apa.

Bryan Stoker—ayahnya Brady—malah mengajakku bergosip. Ada-ada saja.

Brady menjelaskan padaku di perjalanan tadi, mereka punya rumah di sini, di Yellowrin, tapi ditempati oleh penjaga kebun dan istrinya. Ayah Brady kembali cuma untuk bertemu denganku, katanya.

Tidak lama setelah disambut di ruang keluarganya yang hangat dan dipenuhi dengan segala macam camilan, buah-buahan dan minuman serta bir kaleng di atas meja, aku diajak berkeliling rumah. Brady di belakangku, mengekori seperti pengawal, tidak ikut-ikutan saat ayahnya mulai menyindir seseorang.

“Tidak perlu bagiku seseorang yang munafik untuk bergabung di keluargaku.”

Aku tersenyum tanpa makna, dia melirik putranya. Tadi, Bryan Stoker sudah menyebutkan satu nama wanita yang pengucapannya dibisiki ke telingaku, selagi Brady membuka kaleng bir dan menjawab telepon tanpa peduli pada kami.

Josy Wolfe.

Namanya tidak asing. Detik berikutnya saat aku berniat berpikir keras, ayahnya Brady menggerakkan bibir tanpa suara. Aku segera tahu dengan mudah.

Josy Wolfe, seorang model.

“Dia jalang sialan bertopeng malaikat yang membuatku selalu mengumpat tiap kali melihatnya,” sambungnya lagi.

Tidak menoleh pun aku tahu kalau Brady sudah menjauh, daripada repot-repot berdebat dengan ayahnya. Terlihat begitu di mataku. Atau mungkin karena ada alasan lain.

Terkekeh pelan, pria tua tampan, tapi tambun ini mulai bicara secara normal tanpa perlu nada menyindir seperti saat Brady bersama kami.

“Dia cantik tampak dari luar, anggun dan menawan. Bahkan dia mendirikan sebuah organisasi kemanusiaan yang peduli terhadap kesulitan sesama. Bukan cuma menolong anak-anak yatim piatu dan terlantar, tapi juga memberi bantuan pada para korban bencana alam serta kegiatan sosial lainnya. Dia selalu turun langsung tepat waktu di saat mereka membutuhkan pertolongan.

“Terlihat luar biasa sekali. Siapa pun pasti langsung menyukainya, meski pada pandangan pertama. Namun kegilaannya terhadap hubungan seksual yang melibatkan lebih dari satu pria dalam sekali bercinta, membuatku mual. Aku membenci hal-hal tidak normal dalam hubungan pria dan wanita. Walau bukan pria baik-baik, tapi aku cuma menyukai satu tubuh wanita di atas ranjangku.”

Threesome.

Menoleh ke belakang untuk memastikan keberadaan Brady—rupanya dia tidak terlihat di mana pun, sejauh aku memandang—aku serius mau tahu dan berekspresi penasaran ke arah calon ayah mertuaku.

“Dia dan Brady juga?”

Bryan menghela napas alih-alih mendengus. “Tentu saja. Sudah kukatakan tadi, kalau si jalang itu menyukai dua kejantanan dalam sekali waktu bercinta mereka. Dia pihak yang mendominasi, tak mau rugi.”

Oh, wow! Sesuatu sekali si Josy ini.

“Tidak pernah—emm, maksudku, dua wanita dan satu pria?”

“Tidak pernah,” geleng si calon ayah mertua. “Sekali lagi kutekankan, Nak ... dia jalang gila yang hobi bercinta dengan dua pria sekaligus. Jangan tanya aku tahu dari mana. Mata dan telingaku ada di mana-mana, sehebat apa pun Brady berusaha menyembunyikannya dariku.”

𝐓𝐇𝐄 𝐄𝐗 𝐁𝐑𝐎𝐓𝐇𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang