"Kalian gak boleh memperlakukan Naya seperti itu" suara lelaki yang tak asing di telingaku.
"Papa sudah pulang ?" gumamku dalam hati dengan senyuman. Tapi aku terkejut mendengar pertengkaran di dalam rumah.
Kakiku terasa berat untuk melangkah dan tidak siap melihat apapun yang terjadi di dalam. kuurungkan niatku untuk masuk dan memeluk papa yang sudah sangat kurindukan.
"Bela aja terus itu anak. Yang ada dia akan semakin menjadi-jadi, tidak mau di bilangi seperti ibunya" ucap Mary yang di panggil Naya sebagai Mama selama ini.
"Bukankah ini pilihanmu? Ini semua adalah rencana kamu?" Bentak Papa Bima
Bima adalah seorang pengusaha yang jarang tinggal di rumah. Paling hanya seminggu di rumah setelah itu pasti selalu pergi keluar kota atas panggilan pekerjaan yang menuntutnya untuk jauh dari keluarga.
Tetapi, Bima berbeda dari Mary. Dia selalu sayang kepada Naya seperti juga menyayangi Mitha.
"Pa, Naya benar-benar keterlaluan. Dia itu anak yang sama seperti ibunya. Membuat aku pusing setiap hari mengahadapinya" sahut Mary menambah runyam suasana.
"Bukan Naya yang salah tapi kamu yang tidak bisa mendidiknya" tegas Bima kepada istrinya.
"Bukan disambut dengan baik, malah mempermasalahkan hal yang membuat aku malas untuk pulang!" Sahut Bima pergi meninggalkan Mary sendirian dengan hatinya yang masih tidak terima dengan ucapan suaminya.
***
Di dalam kamar, aku hanya bisa menangis. Ku lihat sebuat foto kecilku yang sedang dipeluk oleh seorang perempuan yang sama sekali tidak terlihat jelas wajahnya karena membelakangi kamera di atas tempat tidur.
Itu adalah ibu kandungku. Yang menurut cerita mama Mary dan Papa Bima sudah pergi meninggalkanku karna sakit yang dialaminya sejak aku masih Bayi.
Aku adalah anak angkat mereka. Aku selalu bersyukur bisa memiliki keluarga yang utuh seperti saat ini. Aku bersyukur masih Ada keluarga yang mau mengangkatku menjadi anaknya.
Meskipun kasih sayang dari mama Mary lebih besar untuk kak Mitha dan hampir tidak ada untukku, aku tetap bersyukur karna papa Bima selalu menyayangiku dengan tulus dan selalu mengingatku seperti dia juga menyayangi kak Mitha. Bahkan Bi sumi juga sayang kepadaku.
***
"Nay, pak Jodi nyariin kamu tuh?" kata Dena sesampainya aku di dalam ruangan.
Belum sempat aku membaca daun kering dari witch unknown, dengan segera aku menghampiri pak Jodi di ruangannya.
"Selamat pagi pak", ucapku sambil perlahan masuk kedalam
"Silahkan duduk" balas pak Jodi
"Melihat hasil ulangan kamu yang tidak pernah diatas nilai KKM. Saya sudah membuat rencana kalau kamu harus belajar tambahan dengan teman kamu yang pintar matematika".
"Saya tidak mau di ulangan selanjutnya nilai kamu masih tidak ada kemajuan" tegas pak Jodi melototiku dengan sedikit amarah yang terpendam.
"Baik pak nanti saya akan belajar dengan Dena, dia adalah salah satu murid yang juga pintar seperti Sefia" sahutku sambil tertunduk
"Tidak bisa! Saya sudah memilih siapa yang akan membantumu belajar" bentak pak Jodi sambil berdiri dan mengambil sebuah buku di dalam lemarinya
"Bukan teman satu kelas kamu. Dia siswa kelas X IPS 2, namanya adalah Raffa, yang akan membantu kamu dalam pelajaran matematika. Dan saya ingin kalian belajar 2 kali seminggu".
"Tapi pak, saya tidak kenal dengannya" ucapku lemah
"Dena sudah pernah mengajari kamu, tapi tidak berhasil bukan ?" bentak pak Jodi kepadaku
"Saya sudah berbicara kepada Raffa dan dia sudah bersedia. Ini buku Matematika kamu bisa bawa pulang, di dalamnya sudah ada beberapa materi yang wajib kamu kuasai".
"Baiklah sekian yang ingin saya sampaikan, minggu depan kalian mulai. Kamu bisa keluar dari ruangan saya" sahut pak Jodi lagi
Pagi cerahku berubah mendung setelah pertemuanku dengan pak Jodi.
Bukannya aku makin pintar belajar dengan Raffa yang ada aku bakal jadi Bulan-bulanan tuh cowok. Ya ampun kenapa sih harus cowok itu yang dipilih Pak Jodi?
Kepalaku seakan hendak meledak memikirkannya"
"Pak Jodi ngomong apa, Nay?" Dena penasaran dan menarikku ke dalam kelas.
Sebelum aku sempat bercerita. Luka ku kembali terasa perih melihat kak Randy yang duduk bersebelahan di samping Sefia dengan mengumbar kemesraannya.
Tangan kak Randy mengusap kepala Sefia dengan lembut di tambah senyum manisnya yang terlihat sedang jatuh cinta. Menambah luka hatiku saja.
Rasanya seperti keluar dari mulut Harimau dan masuk ke kandang Buaya.
Tak sepatah kata pun yang ku keluarkan meskipun berulang kali Dena bertanya tentang pak Jodi. Mulutku terasa kaku untuk bergerak.
Daun kering dari witch unknown menjadi penawar bagiku pagi ini. Sedikit memulihkan kondisi Hatikuyang kacau balau.
Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.
Tersenyumlah! kamu istimewa
Pengirimnya selalu tahu mengenai kondisiku. Makasi witch unknown, siapapun kamu aku sangat berterimakasih karna kamu selalu datang disaat semua terasa berat untuk aku jalani dan udah menjadi obat buatku.
Memberi kekuatan bagiku menjalani hari-hari yang terasa menyedihkan ini. Batinku dan menyimpan daun kering tersebut kedalam sebuat pouch kecil yang berisi daun-daun kering dari witch unknown.
___________________________________________
Tunggu ya teman-teman untuk next Partnya. Jangan lupa masukkan ke reading list kalian supaya gak ketinggalan update cerita selanjutnya
Thankyou udah baca :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Tujuh Cheers (TELAH TERBIT)
Teen Fiction[SEBELUM BACA FOLLOW DULU YA] Sejak berumur 5 tahun aku selalu mengimpikan mendapat karangan bunga pada hari ulang tahunku, karangan bunga mawar merah dengan jumlah tangkai sebanyak usiaku dan di ikat dengan pita warna biru muda. Dan didalamnya ters...