Part 58

73 6 0
                                    

Dada Bima benar-benar sakit melihat tangisan Arianti. Entah mengapa Bima merasa seperti mengetahui perasaan sakit, hancur dan terluka yang di alami Arianti saat ini. Ingin rasanya Bima mengampirinya dan memberinya ketenangan.

Namun, apa daya Bima tidak bisa mengikuti kata hatinya itu. Dia tidak mau istrinya Mary curiga dan mengetahui bahwa dirinya pernah dan masih menyimpan perasaan kepada adiknya Arianti.

Di dalam kamar Arianti mengunci pintunya, duduk bersimpuh di atas lantai dan menangis tersedu-sedu meratapi kisah cintanya yang tidak mendapat restu dari kedua orangtuanya.

Hatinya hancur berkeping-keping, terluka dan patah sepatah-patahnya jika harus dipisahkan dengan kekasih yang sudah mencuri hatinya sejak menjadi mahasiswa di universitas negeri di kota tempat tinggal mereka sampai sekarang.

Hatinya hancur berkeping-keping, terluka dan patah sepatah-patahnya jika harus dipisahkan dengan kekasih yang sudah mencuri hatinya sejak menjadi mahasiswa di universitas negeri di kota tempat tinggal mereka sampai sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku akan menjodohkan Arianti dengan kolega kita yang berasal dari Sulawesi itu" kata Handoko kepada istrinya setelah emosinya berangsur-angsur redup.

"Tapi Pa, kita juga harus memikirkan perasaan Arianti" sahut istrinya mencoba mengubah keinginan suaminya itu untuk menjodohkan Arianti

"Tidak Ma, kita harus memikirkan masa depan Arianti" balas Handoko

"Benar kata Papa Ma! Arianti harus menikah dengan orang dari kalangan seperti kita supaya hidupnya tidak sengsara" ucap Mary membenarkan ayahnya kepada ibunya.

Bima menggelengkan kepalanya mendengar pernyataan istrinya barusan. "Saya menikahi perempuan dari kalangan orang hebat dan bergelimang harta, Namun saya tidak bahagia menikmati kekayaan ini" gumam Bima dalam hatinya. Perjodohan dirinya dengan Mary memang berjalan baik tapi Bima tidak pernah merasa bahagia.

Arianti mendengar perkataan ayahnya tersebut dan membuatnya semakin bersedih dan tidak bisa terima jika harus bersanding dengan pria lain dan bukan Darma.

Dia tau bahwa pria yang dia cintai itu bukan dari kalangan berada dan hanya hidup sederhana namun pria itu kaya hati. Dia adalah sosok yang penyayang, baik budi, pekerja keras dan suka menolong. Itulah yang membuat Arianti jatuh cinta kepadanya.

***

Sebelum fajar tiba di ufuk timur. Arianti menyiapkan sebuah tas besarnya dengan beberapa barang penting yang dia simpan di dalam. Arianti perlahan-lahan keluar dari kamarnya dan bergerak menuju keluar rumah dengan sangat berhati-hati dan berharap tidak ada yang melihatnya.

Bima melihat gerak-gerik Arianti saat hendak pergi berolahraga. Dia Tahu bahwa perempuan itu akan pergi, namun Bima mengangguk dan membenarkan tindakan Arianti itu untuk mengejar cintanya.

Berhasil keluar dari rumah itu, sesuatu bergetar di saku celananya. Darma menghubungi kekasih hatinya yang sudah yakin dengan keputusannya sejak semalam berpikir keras untuk mencari cara agar tetap bersama pria yang ada di hatinya itu.

"Aku udah berhasil keluar dari rumah, sekarang aku berada di gerbang" bisik Arianti dengan telepon genggamnya yang menempel di telinga

"Aku datang, kamu jangan kemana-mana" sahut Darma dari balik telepon itu

Tidak menunggu lama, kini Darma sudah tiba dan bergegas membawa Arianti pergi. Darma juga tidak rela ketika mendengar Arianti akan dijodohkan. Dia juga tidak mau melihat kekasihnya menikah dengan orang lain dan bukan dirinya.

Berulang kali Darma menanyakan kekasihnya akan keputusannya itu sebanyak itu pula Arianti mengangguk dan mengatakan iya.

Tanpa restu Kedua orangtuanya Ariani kini menikah dengan Darma tanpa sepengetahuan Handoko dan keluarganya yang lain.

Mereka memutuskan untuk menikah hanya dengan restu dari orangtua Darma yang kini tinggal di sebuah desa terpencil dan jauh dari kota. Hidup mereka sangat bahagia dan selalu dipenuhi sukacita meski hidup sederhana tanpa bergelimang harta.

 Hidup mereka sangat bahagia dan selalu dipenuhi sukacita meski hidup sederhana tanpa bergelimang harta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Satu Tujuh Cheers (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang