Part 59

83 6 0
                                    

Suatu hari Arianti merasakan kesakitan yang terasa sangat sakit di sekujur tubuhnya. Perutnya yang membesar kini sudah waktunya untuk melahirkan seorang bayi yang sudah dinanti-nanti sejak si jabang bayi hadir di rahimnya.

Dengan cepat Darma mengangkat istrinya dan berlari menuju tempat bidan desa untuk menangani istrinya yang tengah meraung-raung kesakitan.

Dengan cepat Darma mengangkat istrinya dan berlari menuju tempat bidan desa untuk menangani istrinya yang tengah meraung-raung kesakitan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ibu bidan tersebut sudah bersusah payah mencoba membantu sang istri. Namun, melihat kondisi wanita berbadan dua itu lemah dan tidak mungkin melakukan proses persalinan dengan cara normal. Bidan tersebut, meminta Darma untuk membawanya ke kota untuk melakukan operasi karna alat yang tidak memadai dan tidak memungkinkan jika di laksanakan di puskesmas.

Bidan tersebut segera membantu Darma membawa Arianti menggunakan mobil Ambulance yang ada di desa tersebut. Setelah sampai di sebuah Rumah sakit di Kota. Arianti langsung di larikan ke ruang operasi tempat persalinan.

Mary langsung menelepon Orangtuanya saat berpapasan dengan Arianti yang meringis kesakitan diatas sebuah tempat tidur dorong yang dilarikan beberapa perawat dengannya.

Hari ini adalah jadwal imunisasi bayi perempuannya yang bernama Mitha. Setelah semua proses imunisasi itu selesai, saat kakinya hendak melangkah pergi meninggalkan Rumah Sakit itu, dia melihat wajah adiknya Arianti yang akan melahirkan.

Di balik pintu ruang operasi itu, Darma tampak pucat dengan wajah yang cemas. Dia mondar-mandir di depan pintu, tangannya berulangkali di usap-usapnya. Sesekali dia duduk diatas kursi tunggu lalu bangkit lagi dan berjalan kesana kemari menanti persalinan istrinya Arianti. Mulutnya tampak memanjatkan Doa untuk keselamatan anak dan istrinya yang tengah di bantu oleh dokter dan beberapa perawat.

 Mulutnya tampak memanjatkan Doa untuk keselamatan anak dan istrinya yang tengah di bantu oleh dokter dan beberapa perawat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mary dan kedua orangtuanya yang baru saja sampai di Rumah Sakit bergegas menuju ruang operasi. Sebelum sampai di ruang persalinan mereka melihat Darma yang tampak sedang berfikir dengan selembar kertas ditangannya. Dan menghampiri pria yang sudah membawa kabur putri mereka Arianti.

"Suster saya hanya memiliki uang sebanyak 5 juta" kata Darma sembari mengeluarkan uang yang ada di sakunya lalu menyerahkan uang tersebut kepada suster yang berada si ruang administrasi.

"Maaf pak disini biaya perawatan dan pengobatan harus dibayar lunas" sahut suster tersebut

"Saya janji suster, saya pasti akan melunasinya nanti" jelas Darma memohon agar persalinan istrinya bisa di tangani.

"Maaf pak saya hanya mengikuti prosedur yang ada di Rumah Sakit ini" balas suster yang bekerja di ruang administrasi Rumah Sakit tersebut.

"Saya pernah memperingatkan kamu, kalau kamu tidak bisa menghidupi anakku" ucap seorang Pria yang tidak asing di mata Darma. Dia adalah Handoko ayah dari istrinya itu.

Darma hanya berdiam diri dan berfikir dirinya benar-benar gagal menjadi suami untuk istrinya. Dia tidak bisa membiayai biaya persalinan istrinya itu.

"Saya akan membayar semua biaya persalinan putriku Arianti" Kata Handoko kepada Darma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Saya akan membayar semua biaya persalinan putriku Arianti" Kata Handoko kepada Darma.

"Bapak serius? Terimakasih banyak pak! Terimakasih!" sahut Darma sembari berjongkok dan menyembah ayah mertuanya itu.

"Tapi dengan satu syarat" kata Handoko membuat Darma terdiam dan berdiri

Satu Tujuh Cheers (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang