Part 22

93 8 0
                                    

"Aduuuh, sial! Kok bannya kempes sih!" gumamku menekan-nekan ban belakang sepedaku sembari melihat sekelilingku.

"Untung aja di seberang ada bengkel sepeda" kudorong sepeda itu dengan bersusah payah karena sepertinya tidak hanya kempes bannya benar-benar sudah sangat kendor untuk bergerak sajapun sangat susah.

"Kenapa Nak sepedanya?" seorang pria paruh baya dengan pakaian yang dilumuri oli menghampiriku.

"Ini pak sepedaku ban belakangnya ada masalah".

"Coba sini bapak cek" mengangkat sepeda itu "oh ini ban dalamnya mesti di ganti nak" ucap bapak itu sambil melihatku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Coba sini bapak cek" mengangkat sepeda itu "oh ini ban dalamnya mesti di ganti nak" ucap bapak itu sambil melihatku.

"Lama gak pak gantinya" tanyaku

"Lumayan sih nak, kalau kamu menunggu bisa-bisa kamu telat ke sekolah" jelas bapak itu melihatku yang saat ini sedang memakai pakaian seragam sekolah

"Yaudah pak aku tinggal aja sepedanya disini nanti siang aku jemput ya" ucapku terburu-buru

"Ya nak!, gpp di tinggal aja disini" sahut bapak itu sambil membalikkan sepedaku untuk di perbaiki.

Aku sedikit berlari dari tempat itu. Sebentar lagi bel sekolah akan berbunyi tapi jarak sekolah dengan posisiku masih jauh jika aku harus berjalan kaki.

Sebentar aku jalan cepat, lalu berlari supaya tidak telat. Dan sesampai di gerbang tinggal sedikit lagi pak Satpam ingin mengunci pintu gerbang.

"Stop! Tunggu pak" teriakku sambil berlari ngos-ngosan"

"Aduh, makanya jangan telat bangun dong ! cepat masuk" tegas nya mempersilahkan aku masuk dengan beberapa anak lainnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aduh, makanya jangan telat bangun dong ! cepat masuk" tegas nya mempersilahkan aku masuk dengan beberapa anak lainnya.

Namun tetap saja dari kejauhan aku melihat pak Jodi sudah berjalan memasuki ruangan kelasku.

Aku gagal mendahuluinya, padahal sejak tadi aku sudah berusaha supaya sampai disekolah di waktu yang tepat tapi aku tidak berhasil karna tanpa sepedaku.

Sebelum melangkah masuk ke dalam kelas dan menerima hukuman dari pak Jodi. Aku ingat sesuatu

"Buku Kak Mitha, ya buku kak Mitha, aku harus ke kelasnya untuk memberikannya" gumamku sembari berlari ke lantai 2.

Sebelum aku mengetuk pintu. Seorang bapak guru berdiri di depan kursi kak Randy.

"Tunjukkan tugas kamu !" tegasnya

"kamu juga Mitha!" Sambil melirik kak Mitha dan menunggu tugas tersebut

Mencari sesuatu di dalam tasnya dan membongkar semua isinya " aku udah meneyelesaikannya pak semalam, tapi sepertinya aku lupa bawa" ucap Mitha dan masih tetap berusaha mencari

"Alasan ! bilang aja kamu tidak menyelesaikan tugasmu" bentak nya berbalik arah

"kamu ! mana tugas kamu?" kembali menghampiri Randy dan sebelum kak Randy berbicara

Tok tok tok ...

"Permisi pak, selamat pagi !" aku berdiri di depan pintu kelas itu dan menunduk ketakutan melihat bapak guru yang sedang berdiri memandangku dengan wajah yang sangat menyeramkan.

Pantas saja semua murid didalam tidak ada yang berani berkutik sedikitpun.

Pantas saja semua murid didalam tidak ada yang berani berkutik sedikitpun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat pagi, ada perlu apa kamu?" tanyanya dan menghampiriku

"Saya ingin memberikan buku kak Mitha pak" ucapku dengan suara yang sedikit terengah-engah akibat berlari

"Kamu siapanya Mitha?" liriknya kemudian melihat kak Mitha di kursinya

"Saya adiknya pak" balasku sembari menyerahkan buku yang ada di tanganku.

Sebelum menyerahkan ya ke pada Mitha dia melihat-lihat isi buku tersebut.

"Jadi benar Mitha, kamu menyelesaikan tugasmu, ini bukumu!" ucap bapak itu

"lho, buku Randy kenapa ada di kamu?" sambil menunjukkan sebuah buku dengan sampul yang berisi mama Randy.

"Hmmm. Iya Pak Semalam Randy___" terbata- bata dan melirik ke arah Randy "semalam kami belajar bareng pak di rumah Mitha" jelas Randy mnyelesaikan ucapan Mitha lalu meliriknya memberi kode kerjasama.

"Benar begitu Mitha?" tanya nya lagi. "eeh iya benar pak semalam kami belajar bareng" kata kak Mitha menjelaskan.

Aku hanya diam, dan mengetahui mereka berdua sedang berbohong.

Sepulang sekolah sampai malam kak Mitha gak ada belajar dengan Randy. Janganlah Belajar bareng, batang hidungnya aja gak pernah nongol di rumah sampai detik ini.

Aku tau kak Mitha selama ini selalu rajin ngerjain tugas Double, yang satu tugasnya dan satu lagi ternyata tugas kak Randy. Namun setiap kali aku bertanya kak Mitha selalu buat alasan "Biar makin lengket di otak naya! Jelasnya tiap Kali aku bertanya".

Segitu cintanya kak Mitha kepadanya sampai rela ngerjain tugas kak Randy untuk mencari perhatiannya.

Sesampainya di dalam kelas. Pak Jodi menatapku dengan geram. Tanpa menanyakan alasan keterlambatanku. Pak Jodi langsung menghukumku.

"Hormat bendera dengan satu kaki di atas selama 3 jam pelajaran matematika selesai" ucapnya memerintahkanku.

Kejam amat sih Pak, gumamku dalam hati dan segera melaksanakan hukuman ini.

Satu Tujuh Cheers (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang