Part 32

96 10 0
                                    

"Sepertinya aku memang harus menyihir kamu lagi ya, Nay" ucap Raffa dan bersiap-siap menggoyang telunjuknya mengikuti gaya Harry Potter menyihir sesuatu. Membuatku tertawa dengan sikapnya.

"Apaan sih Raf" balasku kemudian

"Habis jawaban kamu salah lagi nay" balasnya sambil tertawa dan terus mencoba menyihirku. Selama belajar dengannya dia tak pernah kehabisan kesabaran mengajariku yang super lemot ini.

Berbeda dengan Dena yang meskipun sikap keibuannya selalu dominan tapi sering menyentil kepalaku dengan pulpennya jika jawabanku salah.

"4-3-2-1, Abrakadabra! Ting!

Tangan kirinya mengeluarkan permen lolipop dari saku kirinya. "Nih, kamu harus makan ramuan sihirnya supaya otak kamu encer dan bisa ngerjain soal ini dengan benar" ucapnya tertawa dan membuatku terbahak-bahak melihat tingkah lucu Raffa.

Tapi sihirnya seperti biasa berhasil lagi. Penjelasan dan soal yang diberikannya bisa aku selesaikan dengan benar. Aku tidak percaya dengan semua itu.

Tapi otakku bisa bekerja dengan baik setelah disihir oleh Raffa dengan menikmati permen lolipop tersebut sambil mengerjakan soal yang di berikan.

"Sihir kamu berhasil ya Raf" ucapku setelah mendapat tanda ceklis dari Raffa "Hahaha" Raffa tertawa mendengar ucapanku

"Kamu beneran punya sihir" tanyaku melihat Raffa sambil menikmati permen yang sudah mengecil.

"Emang kalau aku beneran punya sihir, kenapa?" Balas Raffa mengangkat kepalanya.

"Emmm.. sihir aku lagi dong Raf" pintaku serius.

"Mau disihir apa?" tanya Raffa sambil membereskan buku-bukunya.

"Sihir aku supaya bisa dapat pacar" ucapku memohon dan melipat kedua tanganku.

"Hahahaha... Nay, nay kamu ini polos banget sih!" sahut Raffa tertawa dan berhenti menyusun bukunya. "Masa kamu percaya aku punya sihir"

"Tapi setelah kamu sihir, nih aku bisa ngerjain soal matematika barusan" ucapku menunjukkan tanda ceklis darinya.

"Aku sama sekali tidak menyihir kamu Nay, tapi kamu bisa mencerna penjelasanku karena itu" tunjuknya ke mulutku

"Haa, ini?" tanyaku sambil menunjukkan permen lolipop pemberiannya tadi.

"yup! Kamu tersenyum dan menikmati permen itu saat mendengarkan penjelasanku dan saat kamu mengerjakan soal ini" katanya kepadaku. "trus" tanyaku kebingungan.

"Nay, segala sesuatu yang dikerjakan dengan senyuman dan hati yang senang pasti akan menghasilkan sesuatu yang baik"

"Dan itu sudah terjadi pada kamu" jelas Raffa kepadaku yang terdiam dan mencoba mencerna semua kalimat Raffa barusan.

"Satu lagi, Nay tanpa sihir pun kamu pasti akan mendapat seseorang yang menyayangimu dengan tulus" ucapnya perlahan pergi meninggalkanku.

Sebelum sampai di gerbang kak Ken menghampiriku yang baru saja keluar dari ruang jurnalistik.

"Nay, ntar sore kamu sibuk gak?" Ucapnya

"Enggak kok kak, ada apa kak?" Tanyaku.

"Ntar sore kita toko buku ya" ajak kak Ken "aku mau cari referensi buat mading kita bulan ini" jelas nya.

"Boleh-boleh kak, aku mau kok" lagian nanti sore aku gak ada kegiatan apa-apa ucapku.

"Yaudah nanti aku jemput kamu kerumah ya" balas kak Ken

Raffa terlihat tidak suka dengan percakapan kami. Sejak kak Ken menghampiriku wajahnya yang tadi biasa berubah kusut seketika. Entah kesalahan apa yang di buat kak Ken kepadanya sehingga membuatnya meringis tidak suka melihat wajah Ken.

Satu Tujuh Cheers (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang